"Soreeee cantiiik..." Bintang menjatuhkan tubuhnya di samping gadis muda, "buset itu bibir maju semeter" Mencubit gemas kedua pipi tirus gadis itu. Bibir nya bisa buat jaga jarak aman covid. Uppsss!
"Bundaaaaa" Pekikan gadis itu sontak membuat Bintang menutup kedua telinganya. "Abang bundaaa minta di jewer" Imbuhnya menunjuk Bintang kala wanita yang dipanggil Bunda menghampiri, menatap keduanya. Bintang hanya nyengir kuda menunjukkan gigi yang tak terlalu rapi, kecoklatan karena kafein dan seringnya ngisep nikotin.
Untung coklat yah bukan kuning, kalo kuning banyakan apa tuh...
Bintang berdiri memeluk wanita yang telah melahirkan dan membesarkan nya, "sayaaang bundaaa" Selorohnya manjalita. "Auw auuuwww bundaaa sakiiit" Cicitnya menahan perih di daun telinga.
"Bagusss yaaah kelayapan seminggu baru balik, bunda nikahin kamu sama Indah" Gemas bunda Sara sambil terus menarik telinga putra nya yang tak dibanggakan.
CUP
"Ehmm bundaa Bintang kangen tahu, koq sambutannya jeweran kan atiiit" Lebay Bintang setelah mengecup pipi sang bunda yang terawat. Tangan kanannya mengepal ke arah Tari adik satu satunya.
Mentari ia adik perempuan Bintang, biasa di sapa Tari. Usianya masih 19 tahun, hanya berjarak 4 tahun dari Bintang. Bikin nama anak nggak mau ribet ya, satu Bintang satu mentari, anak ke tiga Bulan. Dan untung cuma dua bersaudara, he.
Bunda Sara mendorong tubuh putranya yang semakin gagah, "anak nakal, badboy koq manjah" Ketus bunda Sara. Bintang cengar cengir menggaruk tengkuk yang tak gatal. "Panuan kamu garuk garuk" Seloroh bunda.
PLAAAK
"MANDI! BAU" Titah Bunda sembari memukul lengan putranya.
"Abang bauuuk" Mentari turut membenarkan, menutup hidungnya. "Wleeeek" Menggoda sang kakak dengan menjulurkan lidah.
"Hemm,, bunda cuma sayang sama Mentari. Bahkan Bintang kan yang menemani bunda di gelapnya malam" Seloroh Bintang, berlari ke kamarnya. Eitz jangan lupakan tangannya yang mengacak rambut coklat nya Mentari.
"Abaaaaang!" Sudah pasti suara Mentari yang memekakan gendang telinga. Bahkan jangkrik pun turut menutup telinganya. Biarlah meski jangkrik jauh di sawah sana.
"Mentari! Bisa di kondisikan suaranya?" Bunda pun nampak kesal dengan putrinya ini. Mentari mencebikkan bibirnya yang sexy.
"Bunda memang yah, selalu belain abang" Ucapnya, berlalu pergi ke kamarnya. Bunda geleng geleng, merasa heran dengan kelakuan abang dan adek ini. "Bocah, sudah pada tua masih ajah kolokan. Bunda cariin jodoh juga kalian" Gumam bunda gemas sendiri. Lebih tepatnya kesal.
"Siapa yang di cariin jodoh bun?"
**
Bintang merebahkan tubuhnya di kasur empuk yang seminggu tak iya tiduri. Di pakai tidur maksudnya jangan travelling itu... Matanya menatap langit langit kamar bercat abu abu muda, memejamkan mata yang lelah, beserta kantuk yang menyerang.
BRAK BRAK BRAK
"Abang, mandi buru. Di panggil ayah di ruang keluarga" Siapa lagi kalau bukan Mentari yang dengan baru barunya menggedor gedor pintu kamar sang kakak. Di dalam kamar Bintang mendengus kesal, hampir saja tertidur dan... GAGAL.
"Mentariiii ini bukan hutan yaaa" Bukan Bintang, tapi bunda Sara yang turut berteriak dari lantai bawah. Nahlo bundanya ajah suka teriak teriak kaya di hutan, hihihi.
Bintang segera bangkit dan membersihkan diri di kamar mandi. "Nanananana" Bersenandung layaknya penyanyi kamar mandi. Masih suka nyanyi di kamar mandi mau ngejar ukhti ukhti, aduh Bintang ngerti gak kalo itu hukumnya makruh?
Segar nya! Bintang kini berdiri di depan cermin, menatap bayangnya dengan rambut berantakan. Pria muda itu celingak celinguk bahkan memutari tubuhnya, mencari sosok lain dalam pantulan cermin. Kira kira babang Bintang lihat apa hayooo...
Tap tap tap
Langkah kaki mendekat, "hemmm, Mentari mah gak lihat" Ujar Mentari mengagetkan kedua orang tuanya yang tengah menonton acara Televisi. Duduk bersandar manjah di lengan sang ayah.
"Ya elah anak gadis" Bunda Sara, menggeleng pelan dengan kelakuan bungsunya.
Mentari makin beringsut memeluk tubuh ayah "Cie bunda cemburu tuh yah" Goda Mentari melirik lirik manja sang Bunda yang tepat di samping ayahnya. Jadi posisinya itu ayah di tengah di apit Bunda dan Mentari.
Ayah membalas pelukan Mentari, mengecup sayang pucuk kepala putrinya. "Hekhemm bunda emang posesif" Ujarnya. "Auwww bundaaaa" Pekik ayah kemudian, mendapat cubitan penuh cinta dari sang istri tersayang dan satu satunya.
"Ayah, jangan nakal ih. Nanti suruh tidur di sofa loh" Cicit Mentari pelan di telinga ayahnya. Seketika netra sang ayah membulat, menahan tawa karena ucapan putrinya.
"Mana ada bunda kaya geto" Kesal bunda, menatap jengah dengan kelakuan ayah dan anaknya. "Bundaaaa.. Muach" Bintang mengecup pipi sang bunda penuh sayang. Duduk di sofa single samping bundanya. "Aku mau pamit yah bunda" Imbuhnya mendapat tatapan tajam dari bundanya.
"Baru juga pulang, si abang iiih. Ajakin Tari ngapa bang" Celetuk Mentari, bunda pun memberi tatapan tak kalah tajam dari yang Bintang dapat.
Bunda Sara nih khas emak emak, ketika mulut tak sanggup berbicara maka tatapan mata yang bersuara. Begitulah.
Ayah Hendra mengurai pelukan sang putri, menegakkan tubuhnya. "Bintang ayah mau bicara. PENTING!" Tegas dan berwibawa. Bintang hanya mengangguk tanpa beruara.
"Bintang, kalo kamu jarang pulang gini. Ayah jodohin kamu sama anak temen ayah" Ujar ayah. Entah serius atau hanya menggertak. Mentari tampak terkejut, lain dengan Bunda yang biasa ajah apa lagi si babang yang cuek kaya bebek.
"Bintang sudah punya calon yah" Dengan percaya diri yang memang unlimited, Bintang menjawab santai.
"WHAT??? Beneran nih bang, koq mau sih sama abang?" Bukan Mentari namanya kalo tak menyela, menggoda Bintang. Idiiih Mentari nih suka bener kalo ngomong.
Bintang tersenyum menaik turunkan alisnya, Mentari mencebik sebal. Terus gimana dengan ayah sama bundanya?. Mereka hanya menghembuskan nafas kasar sembari geleng geleng, pusing dengan kelakuan kedua anaknya. Sabar yah ayah bunda, orang sabar ketinggalan.
"Tari Stop yah, ayah mau bicara ma bang Bintang. Nih!" Ayah Hendra memberikan toples camilan pada Mentari agar ia diam dan tak menyela.
"Idih ayah nyuap aku" Lirih Mentari. Dengan senang hati menerima toples camilan, mengedipkan satu mata ke arah Bintang yang sedang menahan tawanya.
"Kenapa yah?" Bintang penasaran juga, melihat keseriusan di wajah ayahnya.
"Bang" Meraup udara banyak agar tetap konsentrasi, "Kemarin ada tawuran di dekat jembatan ujung kampus abang... " Ucapan ayah Hendra menggantung.
"Aku nggak ngikut yah, bukan geng aku itu. Gak level tawuran yah. Levelnya satu lawan satu" Serobot Bintang menirukan gaya crish John. Ini sebenarnya Bintang vokalis apa pemain tinju seh?
"Bintaaaang" Bunda Sara memperingatkan, menggeleng pelan memberi kode agar tak menyela.
Muaaachhh
"Bunda makin cantik, gemesin kalo lagi geleng geleng sambil kedip kedip. Kaya barbie" Bintang malah menggoda sang bunda, Mentari menahan tawanya dengan mulut penuh.
Babang Bintang out of the box banget yah, muka ayahnya sudah kesal menahan tawa tapi gengsi.
"Bintang ayah serius" Tegas ayah Hendra kembali.
"Aku juga serius yah" Nada suara Bintang mulai tak ramah. Mendengus kesal, ayahnya sulit sekali percaya kalo dia gak suka tawuran. Tapi lebih dari itu, eh!
"Oke ayah percaya... " Mengalah juga akhirnya ayah Hendra, bagaimanapun ia mampu melihat kejujuran dari air muka putranya yang nakal. "Tapi, bawa calon kamu kesini" Imbuh sang ayah membuat bola mata Bintang hampir meloncat masuk ke toples Mentari.
Bintang menelan salivanya, tersenyum canggung "aku baru ketemu sekali yah, hehehe" Masih mempertahankan ekspresi tak bersalahnya.
PLAAAK
"Bunda iiiih, senengnya loh KDRT" keluh Bintang semanja mungkin, beberapa detik lalu mendapat tabokan sayang dari bundanya.
"Oke ayah kasih waktu dua bulan, kalo kamu gak bawa calon kamu itu... Siap siap ayah jodohkan" Putus ayah Hendra tak terbantahkan. Mentari masih setia menahan tawa melihat mimik khawatir sang kakak.
"Siap komandan" Bintang berdiri memberi hormat pada ayahnya layaknya seorang prajurit.
'Bidadari gue, senengnya mondar mandir di kepala. Eh malah berani beraninya nongol di kaca' pikiran Bintang melambung kaya balon udara.
"Senyum senyum ndiri. Rumah Sakit Jiwa penuh bang!" Seloroh Mentari menarik ingatan Bintang agar tetap waras di jalan yang benar.
Bintang melirik bundanya yang turut menertawakan nya "gak papa asal bunda bahagia" Cicitnya seolah olah sangat teraniaya. "Bundaaa..." Ujar Bintang lembut penuh permohonan.
"Kalo bunda gak ngijinin, juga bakal pergi kan?" Potong Bunda Sara penuh sindiran, hafal dengan kelakuan sang putra.
Bintang menengadahkan tangan ke hadapan bundanya "minta duit bun... " Tersenyum manis.
"Buaahhahahaah, abang malu maluin tahu gak" Nyaring kali ketawa Mentari, puas meledek kakaknya.
"Tuh denger adek bang"
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 72 Episodes
Comments
💦tiatiandra💦
penulisan enak di baca... semoga gak ada istilah "mension" dan "hiks" dalam novel ini... 2 kata yg selalu bikin ilfil...
2024-01-12
0