Perusahaan merilis sebuah kalung tepat tiga tahun yang lalu, kalung tersebut hanya ada dua di dunia. Satu terjual di pasaran, sementara satunya sengaja Yada simpan sebagai barang kenangan karena kalung tersebut merupakan desain pertamanya.
Dia menyiapkan semua ini selama itu? Sebenarnya dendam apa yang dimiliki olehnya? Pikir Yada.
Yada mengambil kalung tersebut kemudian memakainya. Ini adalah barang favoritnya.
“Kau sangat mengagumi hasil desain mu?” tanya Allard membuat Yada terkesiap. Entah sejak kapan pria itu berdiri di belakangnya.
“Tiga tahun yang lalu tepat di hari ulang tahunmu, David Aurora memberikan sebuah perusahaan perhiasan besar sebagai hadiah.” Allard berjalan mendekat, meraih kalung yang melingkar di leher jenjang Yada. “Dan ini merupakan desain pertamamu.”
Yada terdiam mendengar hal yang diucapkan oleh pria di hadapannya.
“Apa lagi yang kau ketahui?” tanya Yada.
“Semuanya,” jawab Allard dingin.
“Aku mengetahui semuanya. Asal usul keluargamu, dan klan besar yang David Aurora pegang kini,” imbuh Allard.
Yada berkedip. “Tentangku?”
Allard menatapnya dengan tatapan tajam. “Kau terkenal sebagai wanita manja, apa lagi? Semua orang mengetahui itu.”
Yada tersenyum simpul mendengarnya. Jadi Allard telah melewatkan bagian terpenting pada diri Yada. Nyatanya Yada Aurora bukanlah seorang wanita manja hanya karena dibesarkan dan diberi nama oleh keluarga terpandang. Di belakang layar, kehidupannya justru berbanding terbalik.
Yada mengangguk pelan menyetujui kalimat yang Allard katakan. Tapi hal itu justru menarik perhatian Allard, seolah apa yang dikatakannya adalah salah. Allard menatapnya dengan wajah penasaran. Sebenarnya sifat seperti apa yang ada di dalam diri wanita itu. Bukankah hanya seorang wanita manja?
“Kemarilah.” Allard menarik pinggul Yada. “Aku akan memeriksa lukamu.”
Yada terkesiap, kedua lengannya refleks meronta menolak tindakan Allard. Tapi pria itu dengan tidak peduli membuka setiap kancing baju yang Yada kenakan. Dia membukanya hingga habis.
Allard menyeringai. “Sudah lebih baik,” ucapnya dengan pandangan mengarah pada dada Yada.
Bastard!
Dia mendekatkan wajahnya pada leher Yada, mengendus setiap inci leher jenjang itu. “Bersiaplah dengan baik nanti, jangan membuatku kecewa ... lagi.”
Allard melepaskan pelukannya dengan senyuman, dan Yada membalas itu dengan tatapan tajam tidak terima. Kemudian Allard berjalan menjauh keluar dari ruangan.
Jemari lentiknya mengepal erat, deru nafasnya tidak beraturan setelah dengan tidak senonoh Allard melecehkannya, membuka pakaiannya dengan paksa, dan melihat inti tubuhnya.
Pria bastard!
Allard mengendarai mobil sport miliknya, melaju kencang di jalanan yang seolah jalanan itu dibuat khusus untuknya. Tidak memperdulikan pengendara lain di sekitarnya.
Mobil mewahnya terparkir di sebuah basement club malam di kota. Pria itu berjalan masuk diiringi tatapan dan decak kagum wanita-wanita cantik di sana.
“Allard Washington, tidak sia-sia aku datang malam ini.”
“Ternyata kabar di luaran tentangnya memang benar, pria itu sangat tampan!”
“Sayang sekali kehidupan pribadinya tidak pernah tersorot kamera.”
“Aku bahkan meminta seorang hacker handal untuk mencari akun sosial media asli miliknya, namun tidak bisa ditemukan.”
“Dia menjaga ketat privasinya.”
Hanya beberapa menit saja para wanita itu dapat memandang keindahan ukiran tangan tuhan yang satu itu sebelum akhirnya Allard masuk ke dalam privateroom club malam.
“Kau mengadakan sebuah acara?” tanya Allard pada rekannya yang sudah datang lebih awal darinya. Darren, pemilik club nama terkenal dan terbesar di negaranya.
“Tidak ada,” kata Darren.
“Sangat ramai,” protes Allard sembari menyesap whisky miliknya.
“Hanya saja ... aku sedikit menjual namamu. Damn! Para wanita itu rela membayar lima ratus juta hanya untuk melihatmu saja!” ucap Darren berdecak kagum.
Allard menatapnya tajam, tidak terima karena namanya telah dijual hanya untuk mendapatkan keuntungan.
Darren tersenyum kaku. “Tenang saja, hanya tiga wanita, tidak akan membuatmu rugi. Mereka sudah berjanji untuk tidak mengambil gambarmu.”
“Bagaimana dengan hal yang aku inginkan?” tanya Allard mengalihkan topik pembicaraan.
“Tepat di hadapanmu.” Darren menunjuk berkas di atas meja.
“Jadwal pribadi yang akan dilakukan David Aurora untuk tiga bulan ke depan.”
“Bagaimana dengan informasinya?”
Darren berkerut kening, ekspresinya seketika berubah menjadi bingung. “Sedikit rumit. Sama sekali tidak ada informasi dalam kehidupannya selain yang tersebar di kalangan publik.”
“Mereka menutupinya, sama seperti kau menutupi aktivitasmu. Tapi anehnya, selain milik Yada Aurora, informasi anggota keluarga lainnya sangat mudah ditemukan,” imbuh Darren.
Allard menebak, apakah ini ada kaitannya dengan tingkah Yada tadi yang seolah mengolok-oloknya tentang pengetahuan Allard mengenai informasi pribadi miliknya?
“Ada perintah lagi, Tuan?" tanya Darren.
“Cari tahu lagi tentangnya, jangan lewatkan satu titik pun.”
Darren mengangguk. “Baik.”
___
Yada sedang berada di kamar mandi, membuang beberapa butir obat ke dalam kloset.
“Luka-luka ku tidak akan sembuh dengan meminum obat.”
Dia menatap pantulan dirinya di depan cermin, wajah pucatnya mulai membaik semenjak mendapatkan perawatan infus yang diberikan Yoland.
Yada membalikkan punggungnya, melihat kulit putih mulusnya yang masih dilapisi oleh beberapa perban. Jemarinya meraba bagian punggung atas.
Jika tidak menggambarnya, aku akan lupa bentuk tato di punggungku.
Yada bergegas keluar kamar mandi, mencari pena dan secarik kertas. Dia mulai menggambarkan sebuah pola yang mana adalah pola tato di punggungnya dulu sebelum Margareth dan Barrack menghapusnya.
Hanya itu satu-satunya tanda yang Yadaingat di ingatan masa kecilnya, dia tidak ingin melupakannya.
Sementara itu, waktu sudah menunjukan pukul delapan malam. Sudah waktunya bagi Yada bersiap-siap. Jika tidak, pria gila itu akan mengamuk kembali.
Sebuah gaun merah, higheels berwarna merah, dan make up yang cukup mencolok untuk malam ini. Yada sengaja memoleskan lisptik berwarna merah mencolok untuk menampilkan sosok wanita penggoda. Karena yang Yada tahu, pria-pria kaya sangat membenci penampilan wanita ****** seperti ini.
Setidaknya Yada harus mulai menyusun rencana agar bisa lari secepatnya dari tempat terkutuk ini. Dia tidak ingin harga dirinya semakin direndahkan oleh Allard.
Dia keluar dari dalam kamar dan seperti sebelumnya, seorang pelayan akan menuntun jalan untuknya. Kali ini, pelayan itu tidak menuntunnya pada ruang makan, melainkan pintu keluar dari mansion besar itu. Seorang supir dengan sebuah mobil mewah sudah menunggunya di luar sana.
Yada menatap supir tersebut, lalu supir itu membukakan pintu untuknya dan mempersilahkannya masuk. Yada melihat sekeliling mansion yang sunyi, kemudian masuk ke dalam mobil.
Pintu di tutup, dan mobil melaju pelan keluar area mansion. Sampai di luar pagar mansion sekitar sepuluh menit mobil itu berjalan, yang Yada lihat hanyalah hutan rimbun yang sangat gelap, dan hanya ada satu jalan saja yang dilewati, dan jalan itu khusus untuk mansion di tengah hutan milik Allard.
Sekitar setengah jam, mobil itu baru berjalan di area perkotaan yang sangat ramai. Yada tahu tempat ini, sebuah kota yang lumayan jauh dari kediaman Aurora. Kota X.
Bersambung ....
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 45 Episodes
Comments
Triiyyaazz Ajuach
sedikit mencurigakan knp tatto Yada dihapus Barrack
2023-04-23
0