Lilla sungguh benci pada lelaki jahara itu. Tapi dia merasa terbakar kala sang calon suami menggoda wanita sintal di kafe itu. Wanita yang diduga adalah pelayan kafe.
Ngeri! Lilla merasa gila, kenapa pula dia harus merasa begitu? Cinta saja tidak. Kenapa harus ada acara bakar membakar hati?
“La, itu, kan bang Satria. Bukan hal aneh, kan kalau dia playboy? Apa masalahnya? Dada lu sampe naik turun, udah kayak roaler coaster mode lambat aja.” Noah terkekeh pendek.
Lilla berdecak. Meniup poni yang terasa menghalangi pandangan mata. Dia segera membuang jauh perasaan yang dikata terbakar itu sejauh-jauhnya.
“Lu mau tahu masalahnya apa? Bentar lagi gue dikawinin sama itu makhluk! Hhh! Ngeselin. Malu banget gue punya calon suami model begitu.”
Cetaaar!
Sekaran guntur menyala di atas kepala Noah.
Apa? Dikawinin? Sebentar, otak Noah sedang mecerna kalimat itu baik-baik. Dia takut salah paham dengan pemikirannya sendiri dan salah arti. Tapi ....
"Udahlah. Ngeselin kalau dibahas. Mendingan buru-buru masuk, yuk. Ngabisin banyak waktu aja."
Lilla segera menarik baju Noah sebelum dirinya selesai mencerna kalimat yang Lilla kata benerapa detik lalu.
***
Detik demi detik terlewati begitu cepat, sampai akhirnya jarum jam hampir menunjukkan pukul sembilan. Noah dan Lilla segera berangkat ke kampus untuk memenuhi kewajibannya sebagai seorang mehasiswa dan mahasiswi. Yaitu belajar.
Namun, Noah masih melamun, kepikiran dengan pengakuan Lilla yang tak disangka-sangka olehnya.
Bagai tersambar petir di siang bolong. Pucuk cintanya yang baru tumbuh itu langsung dipatahkan setelah mengetahui kabar lamaran Satria pada Lilla.
Saat di perpustakaan, Lilla menceritakannya dengan perasaan yang sangat menunjukkan kekecewaan besarnya.
'Aku bahkan belum sempat mengutarakan perasaanku padamu, La. Kamu malah mau diambil orang. Diambilnya sama playboy kadal itu pula. Hati siapa yang akan rela?'
Noah terus melamun sambil mengemudikan motor gedenya. Sampai dia tak sadar motor berjalan masuk ke kawasan bangunan konstruksi.
Dan ....
“Noah! Awas, lu! Itu di depan ada pa—”
“WADUH!” Ucapan Lilla terhenti saat Noah tersadar dan malah berteriak kencang.
"E-eh! Eh! Eeeee ...." Akhirnya Lilla ikut-ikutan menjerit, mengalihkan pandangan mata para pekerja konstruksi itu.
"Noah! Gila lu! Beloook! Balik ke jalaaan!"
Terlambat! Sekuat apa pun Lilla berteriak bak orang kesetanan meminta Noah mengendalikan motornya, hal itu tak membuat Noah bisa melakukannya.
Para pekerja konstruksi kabur begitu melihat motor Noah melaju cukup kencang ke arah mereka.
"Noaaaah!"
Kedua makhluk ini nyungsep akhirnya dalam pasir berbatu kerikil.
"Aduh! Sakit!"
"La, lu nggak apa-apa?!" Susah payah Noah membangunkan Lilla yang sedang memegangi pinggangnya.
"Apanya yang enggak apa-apa?! Mata lu picek apa?! Pinggang gur sakit, nih ...." Lilla merengek. Hampir menangis.
Semua gara-gara Noah tak konsentrasi. Musibah ini pun akhirnya terjadi. Untung, yang tergores hanya motor si Noah saja. Setelah merasa sudah baikan, akhirnya mereka melanjutkan perjalanan dengan saling menyalahkan.
***
Mentari berangsur naik lebih tinggi. Membuat kulit kepala Lilla terbakar rasanya. Dia sedang nongki dengan tiga sahabat perempuannya di tempat kuliah yang bernama, Diah, Bulan, dan Fitri.
"Si Noah tumben nggak ngintilin lu, La?" Diah tetiba menanyakannya. Karena memang tumben. Biasanya cowok satu itu tak pernah ketinggalan ke mana-mana. Sudah macam bodyguard Lilla saja.
"Dia lagi banyak tugas katanya. Tadi udah gue chat, malah nyuruh pergi duluan." Enteng Lilla menjawab. Tanpa dia tahu hati cowok yang sudah setia menjaga hatinya bertahun-tahun itu sedang hancur porak-poranda.
Gara-gara dia.
"Rajin amat. Ini juga tumben," timbrung Fitri.
"Halah biarin ajalah. Sesekali kita nongkrongnya tanpa dia. Kan, enak bisa ngobrolin cogan dengan bebasnya. Ha ha ha ...." Bulan memotong ucapan.
Duh, obrolan para cewek-cewek ini memang agak gila. Yang dibicarakan tak jauh-jauh dari roti sobek cogan dan ketampanan para kakak-kakak tingkat yang ada di sini. Yang populer di kampus.
"Eh asem lu. Tapi ada benernya, sih. Jadi enggak risih, ya. Lu tahu nggak ada kating ganteng banget. Baru liat hari ini. Kayaknya dia anak pindahan gitu, deh."
"Oh, ya?"
Lagi asyik-asyiknya ngobrol santai, lebih ke ghibahin cowok ganteng membahana, tiba-tiba Lilla tersedak air karena melihat penampakan Satria di ujung jalan sana.
"Uhukk! Uhuuuk!"
Satria keluar dari mobil hitamnya dengan bergaya. Halah, biasa itu hanya tebar pesona biar dia menjadi pusat perhatian orang-orang, apalagi wanita.
"Anjir, ngapain si Bang-Sat jalan ke arah sini? Tunggu! Lebih tepatnya dia lagi ngapain?! Dari mana dia tahu gue ada di sini?! Ish!" Lilla serasa sesak napas dadakan. Membuang muka, menutupnya dengan tas selempang yang dia bawa.
Tak terbesit sedikit pun bahwa enyak dan babehnya yang memberitahu di mana lokasi Lilla berada.
"Mampus! Kalau dia ke sini buat datangin gue! Alamat temen-temen tahu, dong kalau gue mau dipersunting ini buaya!" guman Lilla cemas.
"Heh, elu kenapa, La? Kok, ngumpet?" tanya Dia setelah menyadari bahwa Lilla bertingkah aneh.
"Sssht! Jangan berisik. Nanti gue ketahuan."
"Ketahuan apa, sih?"
"Hisssh, dahlah nggak usah tahu!" Lilla bangkit dari duduknya, tapi saat ia menarik tas selempang dari wajahnya, sosok Satria yang gagah menawan sudah berdiri tegap di depannya.
Alamak! Matilah! Wajah Lilla beku seketika, sementara teman-temannya kini malah terpesona oleh si buaya rawa ini.
"Halo, Sayang. Boleh minta waktunya sebentar? Aku akan membawa kamu ke super mall. Kita belanja buat bahan seserahan. Ayolah, pasti menyenangkan," ujarnya dengan suara berat yang begitu memabukkan wanita-wanita.
Semuanya menjerit. Dih, yang diajak siapa, yang kegirangan siapa. Lilla ilfeel bukan main.
"Sayang matamu peang! Ogah banget! Nggak liat ini lagi ngapain?" Wajah Lilla sudah bak kepiting rebus. Merah merona. Malu sebab menjadi pusat perhatian semua orang.
Banyak wanita-wanita terpesona, bahkan kelepek-kelepek macam ayam kena sembelih. Ck. Ck. Lilla saja tunangannya biasa saja, malah banyak ilfeel-nya.
"La, siapa ini? Kenapa nggak pernah cerita kalau kenal cowok seganteng membahana ini?" Fitri menarik-narik pakaian Lilla tanpa mengalihkan pandangan dari wajag ganteng Satria.
"Terima kasih untuk pujiannya, saya Satria, calon suami Lilla."
Hah?! Semua yang mendengarnya percaya tak percaya. Dia? Cowok ganteng itu adalah calon suami Lilla yang terkenal jomlo akut di kampus? Wah! Berita besar ini. Semua orang mulai membuat gosip terpanas. Tak lupa dengan foto Lilla dan si tampan yang dijadikan bukti gosipan mereka.
"La, beneran?!" Tiga sahabatnya bertanya seakan tak percaya, mengguncang tubuh Lilla.
What?! Lilla hanya membisu, menatap lelaki itu dengan tak suka.
Ajigile, si Satria memang kurang ajar! Lilla sampai dibuat tak bisa berkata-kata sekarang.
"Come on, Baby. Lama banget, sih kamu."
Satria mendekatinya, kontan Lilla mengelak. Menepis tangannya yang hendak meraihnya
"No! No! Mau ngapainnn?!"
"Kita shopping. Ayo ...."
"Nggak mau! Aaaaargh!"
Lilla kabur dari tempatnya, tapi Satria garcep, langsung menangkap tubuh Lilla dan menggendong paksa ke dalam mobil mewahnya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 46 Episodes
Comments
Eva Karmita
Lila sama bang- sat sama" kocak orangnya 😂😂😂
2023-01-16
0