Setelah lelah mengisi seminar pendidikan pada hari ini, gus Fadil langsung menuju kamar hotelnya. Dan langsung menuju kamar mandi untuk melepas penat dan keringat. Selesai mandi dan solat isyak, Gus Fadil terkejut dengan bunyi telepon masuk yang memecah kesunyian di kamar hotel itu
Drt.... drt... drt...
Gus Fadil melihat ada telpon masuk dari dek Haifa
"Assalamualaikum gus Fadil." Umi mengawali percakapan
"Sudah sampai hotelkah??" umi langsung bertanya.
"Waalaikum salam... dek " Gus Fadil menjawab dengan singkat
"Sudah di kamar dek, habis solat isyak"gus Fadil merasa ada sedikit kejanggalan.
"Gus Fadil sudah makan??" umi bertanya lagi
"Alhamdulillah belum dek, duh ...calon istri perhatian banget, belum dek..." Gus Fadil mencoba menggoda umi , yang di kira adalah Haifa.
"INI UMI GUS FADIL... bukan dek Haifa." umi mempertegas suaranya.
.
" Maaf umi..." pantesan kok panggilnya gus, bukan kak, Gus Fadil menepuk jidatnya dan menahan malu.
"Apa kabar Gus?" umi memecah kecanggungan gus fadil
"Alhamdulillah baik mi... umi apa kabar? dek Haifa dan mas Hasyim apa kabar juga." gus Fadil sangat bisa menguasai kegugupanya.
" Alhamdulillah semua sehat gus.. umi mau tanya? guse sudah makan?" umi mengulangi pertanyaan nya kembali
" Insya Allah belum umi." Gus Fadil merasa malu.
" Gini gus... dek Haifa hari ini masak banyak, kalau guse mau singgah untuk makan malam silahkan." Umi mengundang makan malam di rumahnya.
"Insya Allah mi, kami akan datang." Gus Fadil menjawab umi sedikit malu.
"Kang zein sudah di sini gus, tadi kebetulan kak Hasyim mau ke hotel guse, tapi ketemu sama kang Zein, jadi sekalian di bawa ke sini.hahaha .." Umi tertawa
"Oooo... ya sudah saya ke sana mi... di tunggu ya mi... jangan di habiskan dulu makananya." Gus Fadil bahagia seperti anak kecil yang mendapat kan permen
" Iya, Sudah di tunggu ini, Assalamualaikum, hati hati di jalan ya jangan ngebut."
"Waalaikum salam umi, insya Allah " kak Hasyim menjawab salam Umi.
Tak butuh waktu lama, hanya 10 menit saja jarak yang di tempuh dari hotel ke rumah Haifa. Sesampai di depan gerbang ternyata kang Zein dan kak Hasyim sudah menunggu di teras. Gus Fadil pun turun dari mobil dan menghampiri mereka.
'Assalamualaikum" gus Fadil terlihat sedikit marah dengan kang zein.
"waalaikum salam..." jawab kak Hasyim dan kang Zein kompak.
Tanpa basa basi gus Fadil memukul bahu kang zein.
"Kang... tega banget ninggalin aku sendiri di hotel." Gus Fadil sudah cemberut
"Tunggu dulu Gus, Sebenarnya aku mau ke kamar njenengan gus, tapi kang Hasyim menculikku." kang Zein membela diri
"Alasan saja."sambil bersalaman dan memeluk kak Hasyim
"Gus memang betul aku menculik kang Zein." kak Hasyim pun membela kang Zein
"Huuuf.... pasti kalian lagi ngerjain aku man?" Gus Fadil merasa ada yang ganjil di antara mereka.
"Gus... Sudah mau nikah aja masih suka ngambekan, Gimana nanti kalau sudah jadi suami." kang Zein menutup mulutnya yang ember, sampe2 jadi kayak ibu2 rempong.
"Sudah sana, temui calon istrimu," kata2 kak Hasyim menambah kebingungan gus fadil saat ini.
"Mas Hasyim ini bercanda saja" Gus Fadil tambah gugup.
"Lo nggak mau to gus? yo wes tak pek aku wae yo kang Hasyim." ( ya sudah buat aku saja ya kang Hasyim. )kang Zein mengejek gus Fadil .
"Huss... ngawur sampeyan kang, nanti aku di dukani Abuya kaleh Umma piye?" ( nanti saya di marah Abuya sama ummah Gimana?)" kak Hasyim meninju bahu kang Zein.
"Lo lo.... kok gowo2 Abuya kaleh ummah ki..." Gus Fadil semakin di buat bingung oleh mereka berdua.
"Walah Ketinggalan kereto gus, ngene lo ceritane.( wah Ketinggalan karena gus... gini lo ceritanya) ." kang Zein akhirnya bercerita...
Flash back on
Setelah pulang dari rumah Haifa semalam, kang zein menelpon Abuya
"Assalamualaikum Abuya" kang Zein mengucapkan salam.
"Waalaikum salam Zein... piye kabare gusmu? Wes wani ngomong.?" Abuya sudah memulai pembicaraan
"Mpun buya, tapi dek Haifa ngentosi guse rampung seminar meh jawabi." kang Zein menyampaikan alasan Haifa belum memberi keputusan.
"Alah ....kesuen..(alah... kelamaan kang) " Abuya yang malah tidak sabar.
"Sesok tak rono karo mas mase lan mbake... ragil pancen isinan...( besok aku kesana, sama kakak2nya dan mbak nya, si bungsu memang pemalu) "Abuya tambah gregetan sama gus Fadil.
"Nggeh bah..." kang Zein hanya pasrah dengan keputusan Abuya dan ummah, walau nanti akhirnya kena marah guse.
"Sesok tak seserahan san.. Ben gk kesuen
Nggeh Ummah? ( besok sekalian seserahan Saja, biar gk kalaman, ya kan ummah )"Abuya meminta persetujuan istrinya
"Padahal wes di siapke siapike 2 th wingi. ( Padahal sudah di siapkan sejak 2 tahun yang alu)" ummah menambahkan
"Wah yo beres niku Ummah, gari beto mawon.( wah beres itu Ummah, tinggal bawa saja)"jawab kang Zein bersemangat.
"Yo makane Fadil kok kei ngerti yo, sesok meh do neng pekalongan.( makanya gus Fadil jangan di kasih tahu, besok kami akan ke pekalongan )" Ummah mengingatkan.
"Nggeh ummah..." jawab kang Zein.
"Ben rampung kabeh urusane Ben ndang rabi. ( Biar selesai semua urusanya, biar cepat menikah) hahahaha..." abuya terlihat bahagia
"Amiiin..." kang Zein mengamini.
Flash back off
"Ngono gus... mau ba'da duhur Abuya kaleh ummah,Gus Rahman,ning Zahra dugi mriki.." kang Zein menceritakan.
"Mas Azmi mboten nderek? la alamate ngerti saking pundi? ( mas Azmi gak ikut? terus alamatnta dari mana?)" Gus Fadil menanyakan bagaimana keluarganya bisa sampai di sini.
"Abuya ngebel kulo jam 9 gus." kak Hasyim menambahkan.
"Iyo gus jam 12 dugi pekalongan, mampir solat dhuhur ten alun2."kang Zein yang sudah mengetahui rencana Abuya menjelaskan secara detail.
"Kono ndang mlebu gus? calon istri sudah masak buat calon suami. ( masuk ke dalam sana gus, calon istri sudah memasak buat calon suami) " kang Zein menggoda Gus Fadil lagi dan lagi
"La njenengan kang?" gus Fadil merasa tidak enak dengan mereka berdua.
"Kulo sampun gus...( Saya sudah gus) " kang zein memamerkan piring nya yang kosong.
"Kui jenenge ngerjain aku ( Itu namanya ngerjain aku) " Gus Fadil meninju bahu kang zein.
"Ben... kono ndang mlebu. ( Biarin... sudah sana masuk) " kang zein mendorong gus Fadil.
"Yo wes tak mlebu. ( Ya sudah aku masuk dulu)" gus Fadil bangkit dari duduknya.
"Gak usah isin2. (Jangan malu malu )" kak Hasyim menambahkan.
"Nggeh mas. ( Ya mas.. ) " sambil menganggukkan kepalanya
🌟🌟🌟
Akhirnya gus Fadil pun masuk,
"Assalamualaikum...." sambil membuka pintu ruang tamu
Haifa terkejut dengan suara yang sejak semalam tadi selalu mengganggu pikiranya.Diapun masuk ke dalam kamar , haifa belum bisa melihat wajah seseorang yang sangat membuatnya tk bisa tidur semalam.
"Waalaikum salam..." jawab umi
"Pripun kabare umi..." Gus Fadil menyalami umi dan mencium punggung tangannya
"Alhamdulillah sehat..." Umi menepuk nepuk pundak gus Fadil.
"Ngapunten mi.... Abuya kaleh ummah dugi mriki mboten ngabari....( Maaf umi... abuya sama ummah kesini gak kasih kabar terlebih dahulu )" Gus Fadil yang merasa tidak enak hati karena kedatangan keluarganya yang sangat mendadak itu.
"Gak po2 le... Abuya kaleh Ummah pengen silaturahmi.. mpun dangu mboten kepanggeh. Pinarak sek gus tak celukke dek Haifa.(gak pa2... abuya sama Ummah pengen bersilaturahmi, sudah lama nggak bertemu, duduk dulu gus, tak panggilkan dek haifa)" umi menarik kursi meja makan untuk calon menantunya.
"Nggeh umi... matursuwun ( Iya umi... terima kasih)" gus Fadil tersenyum penuh kebahagiaan.
Masih nampak di sini bekas tamu yang datang bukanlah sedikit, dilihat dari kursi ruang tamu yang pindah di teras... di ganti dengan kambal tebal dari turkey, serta ruang tengah yang penuh dengan isi seserahan yang Abuya bawa, Gus Fadil tak percaya keluarganya sangat memperhatikanya, bahkan urusan jodoh pun tidak mengekangnya.
Tak beberapa lama datang dek Haifa bersama umi
"Assalamualaikum..." Haifa tersenyum malu dan menunduk
"Waalaikum salam dek..." gus Fadil menoleh ke sumber suara dan sesaat mata mereka bertatap.
"Mpun dangu kak ( sudah lama kak )?" tanya Haifa dengan masih menunduk.
"Nembe mawon dek... ngapuntene yo dek, Abuya kaleh ummah dugi mriki ndadak, kulo nggeh mboten ngertos. ( baru saja... Maaf ya dek... abuya sama ummah datang kemari mendadak.... Saya sendiri juga tidak tahu) " Gus Fadil merasa bersalah.
"Mboten nopo2 gus...( nggak apa2 gus)." Haifa menyembunyikan wajahnya kesamping, dan juga menetralkan degup jantungnya yang tak mau berhenti.
"Mpun dahar dereng... Gus...( sudah makan malam belum gus)?" umi memecah keheningan diantara mereka.
"Dereng mi...(belum mi)" gus Fadil menggelengkan kepalanya.
"Kono nduuk kancani guse dahar. ( sana nduuk temani guse makan malam)" umi menyenggol bahu haifa
"Nggeh mi, monggo kak( Iya mi... silahkan kak)"
Gus Fadil mengikuti di belakang Haifa, menuju ruang makan, sedang umi memanggil kak Hasyim dan kang zein untuk masuk ke dalam. Haifa mengambilkan makanan untuk gus Fadil.
"Kebanyakan atau kurang kak.?" Haifa menyodorkan piring berisi nasi dan lain pauknya.
"Cukup dek... aku bukan kuli panggul." Gus Fadil tersenyum menatap wajah Haifa yang bersemu merah.
"Iya kak..." Haifa menunduk dan duduk di sebrang gus Fadil.
"Dek Haifa sudah makan??" gus Fadil menyeringai pada haifa
"Sudah tadi sama Abuya dan ummah." Haifa mengerucutkan bibirnya.
"Lo mereka kapan balik ke Demak dek?" ucap gus Fadil terkejut.
"Habis solat isyak." haifa mengingat ingat sambil memijat pelipisnya.
"Baru sejam ya dek?" tanya gus Fadil dengan tersenyum.
"iya..." Haifa jadi salah tingkah
Maaf masih banyak typo
Jangan lupa like and komen nya
TERIMA KASIH
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 27 Episodes
Comments
💝SONIA 💝
ceritanya bagus, bacanya sambil membayangkan mereka ngobrol sambil tersipu malu🤭🤭🤭
2021-01-17
0