Bab. 4. Maraton Dikejar Kera

Siang itu selepas pulang dari Sekolah Menengah Atas Negeri 55 Sentosa Jakarta, Intan dan Zaky berjalan di tepian jalan raya, tidak sengaja kaki Zaky menginjak ekor anak kera, yang terlepas dari ikatan sang pemilik. Entah dimana pemiliknya saat ini, Kalian tahu sendiri jika kera memiliki emosinya tingkat dewa? Dia harus mencari cara akan membalas perlakuan manusia yang menjahilinya. kalau ikatan dilehernya terlepas, habis. Meski tidak banyak juga dari mereka yang jinak. Meski tidak sengaja sekalipun mereka terkadang suka bertindak kriminal.

Tidak menunggu lama Zaky dan Intan memasang kuda-kuda dengan kuat, bergandengan dan segera berlari sekuat tenaganya meski harus dengan jurus seribu bayangan yang mereka punya. Yah seperti mereka berada pada perlombaan maraton tingkat desa. Haha.

Intan menoleh kebelakang dan kera itu masih mengejarnya, rasanya mereka sudah berlarian berpuluh-puluh kilometer untuk menghindari kejaran kera itu. Tapi kera itu tidak kunjung menyerah.

"Astaga, apa kamu tidak bisa melakukan apapun terhadap kera itu supaya dia berhenti mengejar kita?" Tanya Intan dengan mengimbangi kaki Zaky yang sangat cepat beberapa langkah darinya.

"Aku gak tahu harus gimana? Ya kalau bawa kacang atau pisang kita bisa melemparkan ke arahnya sekarang juga," Zaky menjawab pertanyaan Intan dengan suara ngos-ngosan. Mereka benar-benar lelah pada gerakan kakinya yang extra cepat.

"Lalu apa kita akan selamanya berlarian kayak gini Zaky! Kamu kan anak cowok! Apa gak ada ide di pikiranmu untuk menghentikannya?" Intan rasanya ingin meninju kepala Zaky yang sangat pengecut jadi seorang pria.

"Kalau dia mencakarku, aku akan kena penyakit rabies Intan! Aku gak mau dong!" Zaky berkata sambil tertawa dengan tidak mengurangi langkah kakinya.

"Jurus terjitu saat ini adalah berteriak minta tolong. Tolong! Tolong! Tolong!" Suara mereka kompak bak grup paduan suara tingkat RT. Tinggal menambahi musik suara mereka akan terdengar lebih merdu. Hahah.

Melewati tembok pembatas pagar, rumput ilalang, menerobos tanaman pada kebun milik orang, entah apa saja yang mereka lalui dengan berlarian.

"Kenapa apes banget kita Zaky, dari tadi belum ada seorangpun yang kita jumpai. Pengen nangis aku sekarang ini Zak," wajah Intan sudah mulai cemberut dan suara bising terdengar disampingnya.

"Hua...Hua.. Hua..." Akhirnya Intan tidak bisa menahan tangisnya. Suaranya memekikan telinga Zaky. Hingga dia harus menutup kedua telinganya. Bak anak kecil yang tidak di belikan emaknya Lollipop saat itu.

Intan menangis sangat keras, dan seperti dibuat-buat, saat Zaky menoleh kebelakang kera itu berhenti.

"Eh, berhenti Intan! Kera itu sudah tidak mengejar kita!" Ucap Zaky, Intan menghentikan gerakan kakinya. Dan melihat kera itu berada cukup jauh darinya membawa sebuah pisang di tangannya. Membuka kulitnya dan melahapnya dengan nikmat.

"Huft!" Intan dan Zaky lega. Akhirnya tidak sampai subuh perlombaan maraton mereka terhenti.

Bruk!

Tubuh mereka jatuhkan begitu saja ke tanah diatas rumput. Intan sudah tidak berfikir lagi kalau rumput-rumput itu baru dipakai seorang peternak kambing merumput. Karena begitu lelahnya olahraga di siang bolong saat ini.

Tidak lama dia bangun memandang Zaki dengan wajah murka. Zaky memperhatikannya dan ikut Duduk di sampingnya. Tak butuh waktu lama Intan meninju beberapa pukulan ke lengan Zaky dengan keras.

"Aduh! Ampun! Ampun!" Zaky mencoba menepis pukulan Intan beberapa bisa ditahan, lainnya mengenai wajahnya.

Intan menghentikan pukulannya. Karena energinya sudah terkuras habis saat berlari tadi.

"Sialan kamu Zaky! Beberapa kali ya kau ajak aku maraton kayak gini? Besok apa lagi?" Wajah Intan merah padam karena ulah Zaky yang ceroboh.

"Maaf maaf Intan. Mana aku tahu kakiku menginjak kera itu? Aku juga gak tahu dia ada disana saat kita berjalan," Zaky membela dirinya.

"Oh ya ngomong-ngomong siapa yang menolong kita? Siapa yang melemparinya pisang itu?" Intan masih melihat sekeliling nya mencari seseorang di sekitarnya.

"Aku gak melihat siapapun disana," Intan menoleh masih belum menemukan seorangpun disana. Sambil mengelap keringat yang bercucuran di keningnya dengan lengan bajunya.

"Ish, jorok banget kamu Intan, sebenarnya kamu cewek bukan sih?" Zaky mendorong kepala Intan dengan tangannya.

"Bisa lebih lembut sedikit gak dengan cewek?" Intan tidak terima perlakuan Zaky yang seenak jidatnya.

"Oh, kamu minta di apakan, minta disetrika biar halus banget?" Zaky masih suka menggoda Intan yang sedang sensitif.

Intan menjewer telinga Zaky dengan keras, hingga Zaky berteriak kesakitan.

"Aduh ampun, ampun sakit banget tau!" Zaky mencoba melepaskan tangan Intan dari telinganya yang ditarik kencang.

"Buset, ini cewek. Tenaga laki banget kamu," Zaky memandang sinis namun bercanda pada Intan. Uda kelakuan mereka tiap harinya kaya gitu sih.

"Napa emang? Kamu gak terima Zaky? Bilang aja! Maju sini satu lawan satu!" Intan menantang Zaky yang mulai mundur beberapa centi darinya.

"Ampun Intan, tingkahmu kayak preman dasar wanita begajulan, kamu cewek nggak sih. Sepertinya kamu perempuan jadi-jadian deh!" Ejek Zaky pada Intan yang emosinya sudah di ubun-ubun.

Zaky bersiap berdiri dan mencoba berlari dari Intan. Namun sial, Intan sudah memegangi kerah bajunya dari belakang. Hingga dia tidak bisa lolos darinya.

"Heh, mau ke mana kamu! Mencoba lolos ya dari aku, ini rasakan!"

Intan menjitak kepala Zaky berulangkali. Tanpa ampun. Selalu Zaky menggodanya seperti itu. Dan dia sudah terbiasa dengan perlakuan sahabatnya satu ini.

"Ampun dong Intan, kamu punya hati nggak sih. Lama-lama aku mati mengenaskan di tangan kamu tau. Selalu deh kalau sama aku, suka bertindak anarkis. Jika sampai perbuatanmu aku laporkan ke kantor polisi, bisa-bisa masuk jeruji kamu!" Zaky membela diri.

"Dasar Zaky cemen, bisanya cuma lapor- lapor terus dasar cowok nggak gentlemen!" Umpat Intan kesal, dan terus menjitak kepala Zaky

Zaky duduk dan melindungi kepala dengan kedua tangannya, namun serangan Intan selalu tepat sasaran.

"Kalau kamu nggak berhenti mengajarku, aku teriak nih!" Zaky mulai meminta pertolongan.

Zaky tertawa geli meski kepalanya kesakitan. Dia sangat menikmati Intan menghajarnya seperti itu. Entah itu hoby yang aneh menurutnya. Dia lebih suka Intan yang memiliki sifat tomboy.

"Kenapa kamu tertawa? Memang kurang keras ya jitakannku kali ini?"

"Sudah dong, Intan. Kalau lawan sudah lemah. Masa tega kau bunuh?"

Intan melepaskan kerah baju Zaky, dan dia berfikir apa dia sudah keterlaluan pada temannya satu ini.

"Lah kenapa sekarang bengong?" Zaky bertanya-tanya saat Intan terdiam seketika.

"Udah ah, yuk pulang. Perutku Sudah keroncongan nih," Ajak Intan dengan mengelus-elus perutnya.

"Anak perempuan itu kerjanya bantu ibu didapur, masak, nyuci piring nyuci baju. Ini kamu nggak! Kelayapan aja kerajaanmu!" Zaky mulai mengejek Intan lagi.

"Ih, dasar mulut emak-emak! Bisanya cuma ngedumel aja!" Intan segera enyah dari Zaky. Pria itu membuntuti nya dari belakang.

Terpopuler

Comments

Langit biru

Langit biru

Maraton ini .... gaa5

2023-01-02

2

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!