The Ruler's Widower
Seorang pria dengan setelan jasnya, menyeret tubuh istrinya yang sedang duduk menemani bayi mereka.
“Lepaskan Filio.”
Orang yang di panggil tidak mengindahkan panggilan dari wanita yang mengaduh kesakitan. Karena rambutnya di tarik oleh suaminya sendiri.
Kulit kepalanya terasa sakit, perempuan tersebut berusaha menahan rambutnya. “Filio lepaskan yang kamu lakukan ini sangat sakit.”
Tatapan penuh amarah yang di tunjukan sang pria membuat wanita tersebut menelan salivanya dengan susah payah.
Pria yang bersikap kasar ialah Filio suami dari Razita. Filio melanjutkan aksinya kembali dan menarik rambut Razita sampai di sudut kamar mereka.
Air mata Razita adalah hal yang paling di benci Filio. Namun air mata kali ini membuat Filio muak. Ia mencengkeram rahang istrinya dengan sangat kuat.
“Berapa pria lagi yang akan kamu ajak bercinta?” Wajah Filio yang mengeras menahan amarah sangat kentara. Pasalnya selama ini wajah tampan tersebut tidak pernah terlihat marah sama sekali.
Wajah ketakutan dari Razita tampak sangat jelas. “Filio, sayang. Apa maksud kamu aku tidak mengerti.”
Tangan Filio pindah ke bagian leher Razita dan menekannya cukup keras. “Aku sudah tahu kebusukanmu. Kamu pergi ke hotel bersama dengan pria berbeda setiap harinya. Wanita murahan!”
Mata Razita membelalak. Ia tidak pernah menyangka Filio akan tahu. Padahal selama ini ia sudah berusaha menutupinya rapat-rapat. Nafas Razita tercekat, bahkan untuk membalas ucapan Filio pun ia tidak sanggup.
Saat tangan Filio melepaskan cengkeraman pada leher Razita. Dengan cepat Razita meraup udara sebanyak mungkin untuk mengisi paru-parunya.
Tatapan tidak sabar Filio membuat Razita dengan cepat membela diri. “Aku tidak pernah melakukan apa yang kamu katakan, aku bersumpah.”
Ucapan Razita berhasil memancing kemarahan Filio. Pria bertubuh tegap itu tidak mungkin salah mendapat informasi, apalagi semua buktinya sudah jelas. Ucapan istrinya berhasil menghadirkan sosok hitam dalam tubuh Filio.
Asisten Filio memasang tali tepat di pintu kamar mereka. Ia berjalan menghampiri Filio. “Sudah siap Tuan.”
Filio kembali menarik rambut Razita dan menyeretnya hingga ke ambang pintu.
“Naik!” Suara yang terdengar sangat tenang namun mengandung amarah dan perintah yang tidak ingin mendapat penolakan.
“Sayang aku tidak pernah mengkhianatimu, apalagi tidur dengan pria lain,” ucap Razita di tengah tangisnya. Ia tidak menyangka Filio akan menjadi pria sekasar ini.
“Naik dan buktikanlah!”
Pandangan Razita tertuju pada tali yang menggantung di pintu. Razita bukan wanita bodoh jelas-jelas ia tahu bahwa tali tersebut biasa di pakai untuk orang-orang yang ingin mengakhiri hidupnya.
Keputusannya memang konyol, tapi satu-satunya cara untuk meluluhkan hati Filio dengan mengikuti perintahnya. Selama ini Filio selalu mengikuti perintah Razita, semua yang Razita mau akan terkabul. Namun air mata Razita kini tampak tidak mempan untuk meluluhkan hati Filio.
Dengan perlahan Razita naik ke atas kursi, lalu berdiri dan menyeimbangkan tubuhnya.
“Pasang talinya ke lehermu.”
Razita memasang tali tersebut ke kepalanya. Ia berjinjit karena tali tersebut menekan bagian lehernya.
Asisten Filio menyerahkan sebuah amplop. Filio menerimanya dan mengeluarkan amplop yang berisi foto-foto Razita yang tengah bercinta dengan pria.
Filio menunjukkan foto tersebut pada Razita dan melemparnya pada tubuh Razita.
Keringat dingin dari tubuh Razita bercucuran. Tamat sudah riwayatnya. Buktinya sudah sangat jelas, dan Razita tidak mungkin bisa menyangkal. Yang ia lakukan sekarang berusaha untuk membela diri.
“Harusnya kamu sadar, apa yang aku lakukan karena ulahmu sendiri, andai kamu tidak pernah menolak saat aku ajak bercinta.”
Kaki Filio menendang kursi yang menjadi pijakan Razita. Omong kosong Razita terdengar memuakkan, bukankah wanita itu yang pertama kali menolak saat Filio meminta haknya dengan alasan ia masih takut melakukannya karena habis melahirkan secara normal.
Penyesalan selalu datang di akhir, kini Razita merasakannya. Razita kesulitan bernafas karena lehernya yang terikat. Tangannya bergerak tidak karuan berusaha menggapai sesuatu. Ia tidak ingin mati sekarang.
Di akhir hidupnya Razita bisa melihat wajah datar Filio. Bahkan saat ajal menjemputnya pria itu hanya menampilkan senyum miring.
Suara tangisan bayi dari kamar sebelah menarik perhatian Filio. Ia berjalan dengan langkah lebarnya menghampiri putri kesayangannya.
Filio membawa Zeina ke dalam dekapannya, ia memberikan botol susu berusaha menenangkan putrinya. “Kamu haus ya sayang, ini minum Nak.”
Bayi yang di pangkuan Filio mulai menghisap botol susunya sampai tandas. Kini bayi mungil tersebut tertidur di pangkuan Filio.
Filio mengecup kening bayi tersebut dan menidurkannya pada box bayi. “Jangan sedih sayang Papi akan menjagamu dan menyangyangimu.”
***
Enam tahun kemudian
Mobil yang di Kendarai oleh asisten Filio melaju dengan kencang. Rapat barusan membuat Filio terlambat menjemput Zeina.
Sesampainya di sekolah Filio segera turun, dan mencari keberadaan Zeina ke gerbang sekolah. Di sana tidak apa satpam penjaga. Filio memilih masuk menuju halaman depan sekolah. Dari tempatnya berdiri Filio bisa melihat Zeina sedang bersama dengan seorang wanita dan pria.
Langkah besar Filio menuju bangku taman tempat Zeina bermain. Dari kejauhan Filio bisa melihat interaksi Zeina yang sangat senang dengan seorang wanita. Entah apa yang mereka bicarakan, namun ini pertama kalinya Filio melihat Zeina sangat antusias.
“Papi,” panggil Zeina dengan suara setengah berteriak saat menyadari kehadiran Filio.
Kedatangan Filio di sambut hangat oleh pelukan Zeina. “Papi kok lama jemputnya, untung ada ibu Sahira dan om Rangga yang menemani Zeina.”
“Maaf sudah merepotkan,” ucap Filio.
“Tidak apa-apa Pak, ini sudah tugas saya sebagai gurunya Zeina.”
Senyum Sahira terlihat sangat menarik di mata Filio, namun yang lebih menarik lagi adalah pria yang berada di samping Sahira, Rangga.
“Terima kasih Ibu Sahira dan Pak Rangga sudah menemani putri saya, kalau begitu saya permisi.”
Sahira dan Rangga tersenyum ramah pada Filio. “Sama-sama.”
Filio menggenggam tangan Zeina dan berjalan beriringan menuju mobil.
“Papi kenapa terlambat menjemput Zeina?”
Tangan Filio mengacak pelan puncak kepala Putrinya. “Maafkan Papi sayang, tadi ada rapat mendadak.”
“Besok-besok jangan terlambat lagi ya Pi,” mohon Zeina.
“Iya sayang.”
Filio dan Zeina masuk ke dalam mobil. Dari tempatnya duduk Filio melihat Sahira dan Rangga keluar dari gerbang sekolah berboncengan menggunakan motor. Posisi tubuh Sahira yang memeluk Rangga dari belakang membuat siapa saja yang melihatnya dapat menyimpulkan bahwa mereka memiliki hubungan spesial.
Siang itu Filio mengantar putrinya ke rumah, sementara ia harus kembali ke kantor.
Filio tampak nyaman duduk di kursi kerjanya sambil membaca beberapa berkas yang harus di tanda tangani. Namun kepalanya terus memikirkan guru Zeina.
Filio menekan tombol telepon yang tersambung pada asistennya. “Ke ruangan saya sekarang juga. Saya butuh data pribadi guru Zeina yang bernama Sahira.”
Tidak berapa lama terdengar suara pintu ruang Filio di ketuk.
“Masuk,” jawab Filio. Maniknya langsung menatap lekat asisten pribadinya, Eric.
Pintu terbuka menampilkan tubuh kekar milik Erik. Tugas Erik bukan hanya sebagai asisten, ia juga pandai bela diri untuk menjaga tuannya.
Erik menyerahkan sebuah map pada Filio.
Filio mulai membuka data diri Sahira. Kini Filio tahu nama lengkapnya Sahira Aolani, wanita berusia tiga puluh satu tahun. Telah menjalani pernikahan dengan Rangga selama lima tahun namun belum di karuniai anak.
“Cukup menarik,” batin Filio.
Filio menatap dalam Erik, ada semburat api yang hanya mampu di lihat Erik. “Saya ingin Sahira menjadi milikku.”
***
Hallo 😊
Bagaimana tertarik enggak buat baca kisah Filio?
Kalau tertarik langsung tekan tombol love (subscribe) agar tidak ketinggalan update terbarunya.
Sampai jumpa di bab selanjutnya 💕💕💕
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 36 Episodes
Comments
RinNi
ak mampir👍🏻👍🏻👍🏻
2022-12-18
0
Dona Sita
baru eps. 1 tapi sdh bagus alurnya..thanks thor
2022-12-18
0
Triiyyaazz Ajuach
wuaduh Fillio mau jadi pembinor
2022-12-18
0