Aku memang disini, namun keberadaanku tidak untuk di lihat.
Aku memang ada, namun aku seolah tidak terlihat.
Aku memang menetap, tapi sesuatu telah pergi membuatku hampa ... dan aku tak tahu apa yang hilang itu.
Apapun aku, siapapun aku, hanya aku sendiri yang tahu.
###
Deg.
Regaz terlonjak saat tepukan keras bersarang di bahu kanannya. Ia menutup buku yang bersampul kertas koran itu dengan cepat. Ia menoleh, wanita paruh baya yang dulu mati-matian melahirkannya sedang menatap padanya dengan bibir yang menyunggingkan senyum.
"Bunda," ucapnya pelan.
Anna—Bunda Regaz—tersenyum seraya mengelus puncak kepala Regaz yang sedang duduk di kursi. Perutnya yang mulai membuncit, membuat ia kesusahan untuk bergerak leluasa.
Regaz menangkap pergelangan tangan Anna, ia menangkup kedua tangan yang susah membesarkannya dengan lembut. "Ada apa? Bunda ingin sesuatu?" Tanyanya lembut, berbeda dengan ia yang tadi di sekolah.
Anna menggeleng, senyum masih menghiasi bibirnya. Di usianya yang sudah akan memasuki kepala lima, ia malah terlihat sangat cantik dan sekarang ia sedang mengandung anak ke empatnya.
"Kalau gitu, Princess-nya Kakak mau apa?" Regaz mengelus perut buncit Anna. Membuat wanita paruh baya itu terkekeh geli.
"Egaz," panggil Anna.
"Iya, Bun?" Regaz mendongak menatap Bundanya.
Anna menghela napasnya pelan. Senyum yang tadi ada memudar dengan cepat, matanya menyorot pilu anaknya. "Kamu nggak usah sedih terus. Kan masih ada Edgar, Bunda, Papa. Ya, walaupun Papa kamu jarang ada karena keseringan operasi," ujarnya.
Regaz tersenyum tipis, membuat wajah bahwa ia baik-baik saja. "Iya, Bun. Lagipula, bagus kan ... nggak akan ada lagi yang makannya banyak," candanya.
"Huss, kamu itu ya," Anna menepuk kepala Regaz pelan.
"Adududuh, sakit Bun," ringis Regaz seraya mengelus kepalanya yang baru saja di tampol Anna. Anna tergelak, ia mengelus kepala Regaz lembut.
"Egaz," panggilnya lagi.
"Iya, Bun," ujar Regaz seraya menyungingkan senyum pahit.
oOo
"Candy, balik kesini! Weh, piket! Jangan kabur!" Teriak Rena dari kejauhan.
Kabur dari tugas piket biasanya dilakukan oleh anak-anak nakal yang malas di suruh bebersih kelas. Candy adalah murid pencinta kebersihan, bukan yang kotor-kotor. Ia tidak suka buang sampah bekas jajanan ke bawah meja. Ia juga bukan tipikal murid yang curi-curi makan saat jam pelajaran masih berlangsung. Bungkus permen sekecil apapun, Candy selalu membuangnya ke tempat sampah.
Akan tetapi, berkat Regaz ia justru kabur ketika Rena—ketua kebersihan—menyuruhnya memegang lap pel. Bimbingan perdananya lebih penting daripada piket kelas. Piket bisa diganti besok. Tapi, amukan Regaz tidak busa dipending.
Ia membuka pintu perpustakaan dengan sekali sentakan. Tidak sengaja sebenarnya, tapi apalah dayanya saat kepanikan lebih mendominan daripada ketenangannya.
Setelah mengisi kunjungan ke perpustakaan. Netra cokelat yang teduhnya menyusuri ke seluruh ruangan yang sangat sepi.
"Regaz dimana, ya?" Gumam Candy seraya terus mencari.
Masih kurang lima menit lagi sebelum bel berbunyi. Itu artinya ia tepat waktu. Malah sangat tepat waktu. Tadi guru yang mengajar di pelajaran terakhir tidak datang, jadinya kelasnya di bubarkan lebih awal. Keberuntungan untuk Candy kali ini.
Dengan penuh perhitungan, kakinya melangkah mendekat pada meja panjang di sudut ruangan. Kemarin Regaz duduk disini. Besar kemungkinan, Regaz juga nanti akan kesini lagi.
Candy meletakkan tasnya di salah satu kursi. Kepalanya ia telungkupkan diatas meja, mencoba menenangkan diri.
Napasnya tersenggal. Karena berlari dengan kecepatan penuh, jika dilihat-lihat itu seperti serial Naruto saja. Itu semua karena ancaman dari Regaz seorang!
Hebat! Sekali mengancam, Regaz berpotensi untuk menjadikan orang itu atlet lari. Lima puluh meter dalam waktu satu menit? Ini Regaz yang gila atau kewarasan Candy yang harus di pertanyakan lagi?
"Buka halaman tiga!"
"Astaga!"
Punggungnya langsung menegap tegak. Candy membelalak saat tahu-tahu Regaz sudah ada di dekatnya.
"Kamu! Kamu bisa nggak kalau muncul jangan tiba-tiba?" Kayak setan, tambahnya dalam hati. Kalau dikatakan langsung bisa benar-benar mati dia.
Sebuah buku tebal yang Candy kenali sebagai buku penunjang olimpiade, di tenteng oleh Regaz. Seragam cowok itu berantakan. Bajunya tidak di masukan dengan dua kancing teratas yang terbuka. Rambut yang acak-acakan dan peluh yang membasahi keningnya. Sangat jarang melihat Regaz seperti ini. Selama dua tahun belakang cowok itu selalu terlihat rapi oleh Candy.
"Kamu habis ngapain?" Tanya Candy polos. Lagi-lagi pandangannya jatuh pada seragam Regaz yang awut-awutan.
"Jangan banyak bac*t! Cepet buka halaman tiga!" Balas Regaz dengan nada ketus andalannya.
Hoo ... Regaz sedang mengaktifkan mode kyubi rupanya.
"Padahal cuma tanya doang," Candy mendumel pelan.
Ia membuka buku yang sama yang Regaz pegang. Cowok itu duduk tepat di sampingnya.
Dari sudut matanya, Candy bisa melihat rahanya Regaz yang mengeras. Matanya berubah lebih cekung dari biasanya. Sejalan dengan ekspresinya, cengkeraman Regaz pada buku juga menguat.
Dari situ saja, Candy bisa menebak mood Regaz sudah melewati batasnya. Dan ia tidak berniat untuk menjadi sasaran empuk kemarahan Regaz.
"Kita belajar soal Newton," Regaz memejamkan matanya sejenak, seakan mengatur emosinya. "Yang mau gue tekanin disini hukum gravitasi. Waktu kelas sebelas lo pernah belajar 'kan?"
Regaz memakunya dengan tatapan tajam. Candy mengangguk kaku.
"Iya, pernah."
"Lo masih hafal hukumnya?"
Kali ini, ia meringis. Penyakit pelupanya itu memang semakin parah. Candy menggeleng pasrah.
"Aku lupa," ujarnya pelan.
Regaz menghela napas panjang. Ia membuang pandangannya pada buku.
"Dengerin gue. Lo cukup hafalin apa yang gue omongin!"
Matanya kembali pada gadis bersurai hitam yang duduk di sampingnya.
"Hukum gravitasi adalah setiap dua benda di alam ini saling tarik dengan gaya yang besarnya sebanding dengan massa setiap benda dan berbanding terbalik dengan kuadrat jaraknya."
Candy mengerjapkan matanya beberapa kali. Ini serius? Ucapan Regaz lebih terdengar suara nyamuk yang melintas. Masuk telinga kanan, keluar ke telinga kiri.
"Gaz, jangan kecepatan. Aku nggak ngerti," protesnya langsung yang di tanggapi dengan dengusan.
Cowok itu mengacak rambutnya frustasi. Rambutnya semakin acak-acakan sekarang.
"Sebenarnya Pak Jaya salah milih atau gimana?! Kalau model begini muridnya, gue yang gila!" Gerutu Regaz pelan yang membuat Candy tersinggung.
"Namanya juga manusia, mudah lupa. Nggak ngerti, ya wajar. Lagian kamu yang ngajarnya macem nyamuk! Ngieung-ngieung nggak jelas," sembur Candy sebal. Oke, dia sudah tidak tahan lagi. Mereka saling bertatapan sengit.
"Gue yang kecepatan atau emang otaklo yang masih sekelas teri?!"
Jleb. Kata-kata Regaz memang tak ada duanya. Regaz tidak berusaha menyembunyikan omongan sinisnya. Tampang gadis ini memang berbanding terbalik dengan isi otaknya. Ia pikir walaupun Candy tidak mengenakan kacamata layaknya orang jenius kebanyakan. Tapi penampilan sederhananya sudah cukup mencerminkan isi otaknya. Ah, tapi perkiraannya meleset, gadis itu memiliki kepintaran rata-rata bukan luar biasa.
"Kemampuan setiap orang kan beda-beda," balas Candy sewot. Nah, kan ia jadi emosi.
Regaz membuang napas. Akan sangat tidak bermutu kalau perdebatan soal otak diteruskan. Orang bodoh mana mau mengaku bodoh.
"Dengerin gue baik-baik. Gue bakal ngulangin lagi! Catet baik-baik di otak teri lo, cara gampang ngapalin hukum gravitasi!"
Candy mengigit bibir bawahnya kuat. Ia harus bersabar. Karena Ibunya tak pernah mengajarkan padanya untuk mengumpat.
"Ibarat gue sama lo terlibat suatu hubungan. Oke, anggep kita pacaran," Regaz berkata mantap.
What?! Candy mengerjapkan matanya dua kali. Apa katanya?
"Bisa nggak jangan pake anologi gitu?"
Regaz menatapnya datar. "Namanya juga anologi. Emangnya lo mau dianologiin 'Candy pacaran sama amoeba'?"
Candy bergidik ngeri.
"Hubungan pacaran butuh ketetapan hati biar nggak selingkuh sana-sini, dan bikin anak orang nangis berharu-hari."
Regaz menarik tutup pulpen. Pulpen yang Regaz gunakan mulai menari diantara kertas yang masih putih bersih.
Candy mengangguk. "Pacaran butuh ketetapan hati biar nggak selingkuh. Iya, terus?"
Regaz menegakan duduknya. Ia menyisir surai hitam yang berantakannya menggunakan jari.
"Pacaran, gue ibaratin G. Lo massa satu sedangkan gue massa dua. Cinta kita sama-sama besar, itu diibaritin sama gaya tarik menarik,"
Entah mengapa mendengar itu, Candy jadi terdiam. Walau sebagian dirinya merinding bukan main, namun kenapa cara menjelaskan Regaz beda sekali dengan yang pernah ia lihat dulu? Ah, sudahlah.
"Aku massa satu. Kamu massa duanya. Kita saling cinta sama besar diibaratkan tarik menarik," ulang Candy dengan berat.
Regaz mengangguk.
"Yup! Tapi kalo kita masih pacaran, pasti kita masih punya jarak satu sama lain 'kan? Lo nggak tahu hal pribadi yang sering gue lakukan. Kita masih punya jarak."
Sekarang, Candy menahan napasnya karena Regaz sudah menyangkut-nyangkut hal pribadi, katanya? Anologi Regaz kenapa menyerempet kesana ya Tuhan.
Regaz kembali mencoret-coret buku Candy. "Jadi rumus ngitung gravitasi itu, G dikali massa satu kali massa dua di bagi jarak kuadrat. Kita berdua pacaran, tapi masih punya jarak. Ngerti?!"
Candy terdiam. Bagaimana mungkin hukum gravitasi yang Regaz buat membuatnya mengerti seperti ini.
Luar biasa!"
"Ngerti," ujar Candy semangat.
Jika cara menghafal seperti ini, Candy yakin ia tidak akan lupa dan cepat mengerti. Wah, Regaz memang beneran jenius.
"So, kita masuk ke dalam perhitungan," Regaz mengetukan pena pada soal yang tersaji. "Buat awalan, gue bakal lima soal buat lo ... dan lo!" Regaz tiba-tiba menunjuk wajah Candy. Matanya memincing tajam.
"Harus kerjain bener-bener. Karena gue berlakuin push up tiap jawaban yang salah!"
Glek. Aturan macam apalagi ini? Candy mengerang frustasi dalam batinnya. Regaz bukan hanya jenius, tapi cerdas membuat muridnya tidak berkutik. Padahal mereka seangkatan, ya walaupun umurnya selisih satu tahun. Tapi mengapa Regaz jadi seperti dosen killer di hadapan Candy.
"Iya," Candy mengangguk lesu.
Lima soal sama dengan lima kali Push up. Ternyata bukan hanya uji otak, Regaz juga menguji daya tahan tubuhnya. Sungguh cowok yang kelebihan hormon.
\=\=\=\=\=\=
-TO BE CONTINUED-
A/N: Yo baca ulang gaes ... ini udah revisi lho~
Trims buat readers yang udah support ... support uka terus ya
I Purple U
Bhubhay^^
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 42 Episodes
Comments
Shen
woww
2020-11-01
1
Nenah Nurjanah
OK, seru kayanya
2020-10-31
2