Seragam sekolah yang telah menguning dan lusuh adalah pakaian Nabila yang dia kenakan hari ini.Hari ini adalah hari Senin,hari dimana kata orang adalah hari termalas setelah libur panjang atau bahkan libur singkat yang di gunakan untuk bermain dan istirahat.Tapi,tidak dengan Nabila justru hari Senin adalah hari yang di nanti-nanti kan nya sebab pada hari Senin dia bisa menempelkan mahakarya nya di majalah dinding (MaDing) sekolah,disana lah dia sering menempelkan cerita bersambung nya dan di nikmati oleh kalangan pecinta karya fiksi.
Lumayan bagi Nabila,walau tidak mendapatkan keuntungan dari sana bahkan seringnya mendapatkan kritikan di sebabkan karya nya yang kurang menarik dan bahkan terkesan jelek.Tapi,untuk pemula Nabila Kemala justru itu di jadikan sebagai tolok ukur acuan semangat dalam membangun mahakarya nya menjadi lebih baik dan berkualitas.
Melalui bimbingan petugas perpustakaan dan dari usulan dia pula,Nabila yang seorang kutu buku yang sering mondar-mandir ke perpustakaan di jam istirahat,Nabila bisa menempelkan karya fiksi nya di Mading sekolah.
Nabila,yang berangkat sekolah hanya dengan berjalan kaki yang dapat dia tempuh sekitar 15 menit dengan menenteng dagangan makaroninya,dia berjalan dengan semangat nya diantara teman-teman nya yang berangkat menggunakan kendaraan pribadinya.
Nabila,harus berangkat lebih awal sebab dia berangkat hanya berjalan kaki dan harus menitipkan dagangan nya ke ibu kantin, sisanya dia jual sendiri pada teman-teman nya bila masih ada juga,ada seorang guru yang berbaik hati memborong dagangan nya agar Nabila bisa fokus dalam belajar.
Sebenarnya Nabila termasuk siswi pintar dan pandai, hanya kurang aktif sebab ketidakaktifan nya itu di karenakan faktor ekonomi.Kalau pun waktunya istirahat,Nabila sering pergi ke perpustakaan untuk membaca buku, mengerjakan tugas, berdiskusi dengan temannya,tidur,atau bahkan untuk menahan perutnya yang keroncongan tapi dia tidak punya uang lebih.
Hal itu pula yang menjadi awal Nabila aktif menulis karya fiksi di Mading sekolah atau bahkan di buku diary nya.Dorongan dan bimbingan dari petugas perpustakaan yang menjadi semangat Nabila,karena dia juga merasa iba terhadap kehidupan Nabila yang di katakan kurang mampu dan bahkan sekolah tinggi pun karena faktor semangat bukan karena faktor uang.
Terkadang Nabila mengerjakan tugas kuliah dari petugas perpustakaan dan menggaji nya sebagai uang saku yang terkadang tidak di miliki oleh Nabila.
Semangat hidup Nabila masih ada,kendati kehidupan nya yang pas-pasan dan ejekan demi ejekan sering dia terima dari teman-teman sekelasnya mengenai kehidupan nya yang di kata miskin dengan pakaian yang lusuh dan tak terawat.Maklum saja,Nabila menggunakan seragam yang di kasih oleh tetangganya yang iba terhadap kehidupannya.
Nabila,tak merasa risih sekali walau dia harus menggunakan seragam yang lusuh dan sedikit menguning pemberian dari tetangganya.
Dengan senyum sumringah,dan semangat Nabila memulai harinya sebagai seorang siswi dengan membawa api semangat perubahan dalam mengubah takdir kehidupan.
Pagi ini pula Nabila,sudah menitipkan dagangannya pada ibu kantin dan sisanya dia jual sendiri.Total yang dia jual ada 15 bungkus, setelah tadi dia titipkan ke ibu kantin sekitar 15 bungkus pula.
"Apa masih ada makaroninya?".Tanya seorang pria,yang tak lain dan tak bukan adalah guru dermawan yang sering memborong dagangan nabila.
Buru-buru sekali Nabila menyembunyikan kantong dagangannya dari guru dermawan itu."Sudah habis,pak".Sahut Nabila,sembari berbalik badan menghadap guru dermawan nya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 223 Episodes
Comments