Chapter 11

Happy Reading.

Kenan mengemudikan mobilnya dengan kecepatan tinggi, meskipun tidak ugal-ugalan tapi masih bisa dia kendalikan. Pikiran nya benar-benar kacau, sakit hati tentunya dibodohi selama bertahun-tahun oleh istrinya sendiri.

Sungguh Kenan tidak pernah menyangka jika Tasya wanita yang licik seperti itu, hanya demi mengejar obsesinya untuk mendapatkan nya, Tasya melakukan hal yang seharusnya tidak perlu dia lakukan karena ternyata rasa bersalahnya pada wanita itu tidak berguna.

Bodoh! bodoh! bodoh! makinya dalam hati.

"Aaarrggkk!! Wanita brengsekk!" Kenan memukul setirnya berkali-kali, ketika mengingat kejadian demi kejadian yang sudah dia lalui selama ini.

Tasya membohonginya, Tasya menjebaknya dan Tasya mempermainkannya. Apakah wanita itu menganggap Kenan sebagai hewan peliharaan yang bisa sesuka hati mengikuti kemauannya.

"Sialan!!" teriak Kenan Untuk yang kesekian kalinya. hati-hati hancur dan sakit bagai di tusuk sebilah pedang yang tajam langsung mengenai ulu hatinya.

Kenan bukan marah karena yang sudah mulai respect kepada Tasya, tetapi dia marah karena selama ini dia hanya dibodohi oleh wanita itu dan dia tidak tahu apa-apa sama sekali.

Padahal dia sudah menyiapkan diri untuk hari ini dari beberapa hari yang lalu, sebelum memutuskan untuk membongkar rahasia Tasya, Kenan harus mendapatkan surat cerai itu terlebih dahulu.

Agar rencananya mulus dan dia akan langsung mengusut tuntas kasus itu ke polisi.

Kenan juga memutuskan untuk kembali ke apartemennya yang dulu, tentu masalah ini akan berbuntut panjang karena keluarga mereka akan shock dengan semua yang terjadi.

Kenan akan membongkar semuanya, juga masalah Vincent yang mengancam Tasya, meminta sebagian saham di Abimanyu Grup untuk menutup mulut Vincent yang sebenarnya adalah korban Tasya.

Kebenaran sudah terungkap semuanya, setelah akta cerai mereka keluar, Kenan akan langsung melamar Dea, wanita yang sudah berhasil merebut hatinya, membawa separo hatinya pergi entah kemana, hingga membuatnya tidak bisa melirik wanita manapun.

Sekarang Deanya telah kembali, dan bisa dipastikan jika wanita itu masih single dan tidak memiliki kekasih. Kenan sudah menyelidikinya.

'Dea, tunggu aku, kali ini aku akan mendapatkan mu dan tidak akan membiarkanmu lari lagi dari sisiku!'

****

Dea melihat Tasya yang saat ini tengah menangis tersedu dihadapannya, sudah hampir setengah jam Tasya seperti itu dan Dea hanya bisa mengusap bahu bergetar wanita itu dan memberikannya dukungan.

"Maaf sebelumnya, sebenarnya apa yang sedang terjadi dengan anda, Bu Tasya, apakah anda merasa sedang sakit?" tanya Dea, kali ini dia harus mendapatkan jawaban dari wanita ini

Karena sejak tadi Dea tidak mendapatkan jawaban apa-apa dan hanya mendengarkan wanita itu menangis.

Oh, ayolah! Apakah Tasya tidak mengerti jika Dea masih banyak pasien yang akan konsultasi dengannya. Dia bukan seorang psikolog atau psikiater yang bisa mendengar keluh kesah seorang Tasya.

"Maafkan saya, Dok, saya benar-benar sedang kalut, bingung dan juga sedang sakit hati," jawab Tasya mengusap wajahnya yang masih berderai air mata.

Tentu saja hal itu membuat Dea sangat terkejut, kenapa Tasya bisa merasa sakit hati? Apakah Kenan tidak mau menjalani program bayi tabung mereka? Dan hal itu membuat Tasya frustasi seperti ini.

"Maaf sebelumnya, apakah permasalahan ini ada sangkut pautnya dengan program bayi tabung kalian?" tanya Dea.

Tasya menggeleng, masih berusaha meredam air mata yang terus keluar sejak tadi tanpa mau berhenti.

"Kami tidak jadi melakukan keluarga bayi tabung itu, Dok! Hiks!!" tangisan Tasya semakin keras.

Bahkan wanita itu memukul dadanya berkali-kali, Dea langsung memeluk Tasya karena merasa begitu kasihan, apalagi kondisi Tasya yang sepertinya memang tidak baik-baik saja.

Mungkinkah dia dan Kenan bertengkar sampai membuat Tasya menangis seperti ini di hadapannya. Jadi Tasya menemuinya bermaksud untuk membatalkan bayi tabung mereka.

Apakah safatal itu permasalahan mereka? Sampai Tasya memutuskan untuk berhenti melakukan program bayi tabung yang akan menghasilkan bayi impian mereka.

Bukankah itu impian setiap orang yang sudah lama berumah tangga dan belum dikaruniai anak.

"Kenapa tidak jadi? maksud saya apakah ada masalah kesehatan atau apa sehingga kalian membatalkannya?"

Dea kembali mengambil tisu di meja kerjanya dan ia berikan kepada Tasya.

"Kenan sudah menceraikan saya dokter, jadi kami tidak bisa melanjutkan program bayi tabung itu," jawab Tasya merasa sedikit menyesal karena telah membuat dokter Dea kecewa karena program bayi tabung mereka dibatalkan.

Deg!!

Dea sungguh sangat terkejut, kenapa bisa jadi seperti ini? Apakah mereka memiliki masalah yang besar sehingga mengharuskan perpisahan terjadi.

Ah, kenapa dia kepo sekali? Apakah dia harus senang atau bersedih mendengar kabar berita ini.

"Maaf Bu, saya benar-benar merasa tidak enak, tapi bukankah dua minggu yang lalu kalian masih bersemangat untuk melakukan program bayi tabung?"

Tasya sudah berhenti menangis tetapi masih sesegukan, kemudian wanita cantik itu menatap Dea dengan tatapan yang syarat akan kesedihan.

"Mungkin memang ini karma untuk saya, karena saya terlalu egois dan terobsesi untuk mendapatkan Kenan, jadi saya akhirnya mendapatkan balasannya!"

Dea tidak bisa tidak semakin terkejut, sepertinya selama ini ada banyak hal yang telah dia lalui tanpa diketahui olehnya.

Apa mungkin ini juga ada hubungannya dengan Kenan yang mengucapkan kata-kata tidak masuk akal waktu itu.

"Dea, selama ini kamu pergi kemana? apa kau tahu jika aku mencari mu?"

"Apa maksudmu?"

"Ya, aku selalu mencari mu setelah kamu lulus, tapi aku kehilangan jejakmu!"

"Apakah kamu tidak ingin tahu kenapa dulu aku tidak menerima cintamu?"