Humaira yang sedang duduk sambil menikmati minuman dingin dan melihat kedua buah hatinya sedang bermain di area bermain, terkejut saat kedua tepukan mendarat di bahu nya.
"Mas, kamu mengejutkan aku."
"Humaira, apa yang kamu lakukan di sini?"
"Memangnya apa lagi yang akan dilakukan seorang istri di mall pada akhir pekan?"
"Oh, jadi kamu sedang mencoba untuk bersenang-senang tanpa aku?" ketus Chiko dengan nada tinggi.
Dinda yang sedang memilih perhiasan, dan Chiko yang harus mengangkat panggilan membuat Chiko keluar dari toko perhiasan dan berjalan sedikit jauh.
Siapa sangka, jika Chiko justru melihat Humaira. Chiko segera mendatangi Humaira begitu melihatnya.
"Really? Bukankah seharusnya aku yang mengatakan itu kepada kamu, mas?" ucap Humaira.
"Humaira, sejak kapan kamu bersikap seperti ini kepada aku?" Chiko terkejut karena kali ini nada bicara dari sang istri berubah. Jika biasanya Humaira akan berkata lemah lembut, sekarang dia sedikit kasar dan membentak.
"Sejak kamu terus bohong kepada anak-anak saat mengatakan bahwa kamu akan menghabiskan akhir pekan bersama dengan kami."
"Haduh Humaira, Humaira. Hal kecil seperti itu saja kamu permasalahkan. Bukankah besok adalah awal bulan di mana aku akan memulai menjalankan syarat yang akan kamu berikan. Karena ini masih belum awal bulan, jadi terserah aku dong mau melakukan apapun."
"Termasuk menghambur-hamburkan uang untuk wanita lain?"
Deg !!
Kenapa Humaira berkata seperti itu? apa dia melihat bahwa aku tadi pergi bersama dengan Dinda.
"Kesetiaan pasangan memang tidak berarti mereka tidak memiliki ketertarikan pada orang lain selain pasangannya."
"Lalu apa?" tanya Humaira.
"Humaira, apa kamu sedang mencoba untuk mengajak aku bertengkar di sini?"
"Aku hanya bertemu dengan wanita baik dan aku merasa bahwa, aku bahagia saat bersama dengannya."
"Jangan pernah meninggalkan seseorang yang baik untuk orang yang kini kau anggap terbaik. Pada saatnya nanti, jika kau akhirnya memilih pergi. Kau mungkin akan sadar bahwa yang terbaik sebenarnya sudah ada padamu sejak lama."
"Kamu cemburu, karena aku lebih memilih menghabiskan weekend bersama dengan Dinda?" tanya Chiko sambil tersenyum.
"Kita sudah menjalani pintu rumah tangga selama 10 tahun, aku rasa seharusnya kamu mengerti kenapa aku bersikap seperti ini."
"Humaira, mereka hanya anak anak. Aku yakin mereka akan mengerti jika memang aku tidak bisa menghabiskan akhir pekan bersama dengan mereka."
"Janji, mas. Secara tidak sengaja, kamu sudah mengajarkan ingkar janji terhadap anak-anak."
"Mereka masih kecil, sudahlah jangan selalu memberikan alasan karena aku yang sudah melewatkan tiga pekan bersama dengan anak-anak. Lagipula sebentar lagi aku akan menghabiskan waktu selama 30 Hari penuh bersama dengan kamu dan anak-anak. Aku yakin itu pasti akan membuat kamu dan anak-anak senang."
"Jangan pernah merasa kecewa dan sakit hati lagi." imbuh Chiko dengan santai.
"Sakit hati yang begitu dalam hingga mungkin tidak pernah bisa dimaafkan adalah ketika engkau menduakan cinta pasanganmu. Berselingkuh mengejar kebahagiaan yang hina bersama orang lain."
Chiko terdiam, matanya tidak lagi berani menatap Humaira. Chiko mengalihkan pandangannya dan mencoba untuk mencari keberadaan Aisyah dan Almira.
"Pergilah."
"Kamu mengusir aku?" tanya Chiko.
"Aku tidak ingin anak-anak melihat ayahnya ternyata juga berada di mall ini. Biarkan saja, mereka menganggap bahwa kamu sedang sibuk melakukan pekerjaan. Aku tidak sampai hati saat anak-anak mengetahui bahwa sebenarnya dirimu juga menghabiskan air pekan dengan berjalan-jalan dengan seorang wanita yang bukan ibunya," ketus Humaira.
"Humaira, sepertinya memang kamu sangat terluka dengan keputusan aku untuk bercerai. Bagaimana jika kamu mengizinkan aku untuk menikahi Dinda, membiarkan Dina menjadi istri kedua aku. Jika seperti itu maka kamu akan tetap bisa menghabiskan waktu bersama dengan aku."
"Beda istri pertama dengan istri kedua adalah, kebanyakan istri pertama menemani dari nol hingga suami jadi sukses. Sedangkan istri kedua kebanyakan menemani suami dari sukses hingga jadi nol lagi. Dan suami tidak tahu diri akan kembali pada istri pertama karena dicampakkan istri kedua setelah keadaan kembali jadi nol."
"Ketulusan lebih mudah kamu dapat ketika dalam kondisi berjuang, saat berhasil kemungkinan besar kamu hanya dijadikan pelarian sosok yang ingin enaknya saja."
"Humaira..."
"Chiko..."
Dinda terlihat berjalan cepet menghampiri Chiko. Humaira memilih untuk pergi dari hadapan Chiko.
"Sayang, ternyata kamu ada disini? aku mencari kamu kemana-mana. Ayo, aku sudah membeli perhiasan. Bukankah kamu akan membeli tiket bioskop?"
"Ayo, sebentar lagi filmnya akan segera dimulai. Aku tidak ingin melewatkan sedetikpun filmnya."
Dinda menarik tangan Chiko, Chiko mau tidak mau mengikuti langkah kaki Dinda..
Sepanjang film, hanya Dinda yang fokus pada apa yang sedang ditayangkan. Sementara Chiko, terus teringat dengan perkataan Humaira.
Ketulusan hanya dimiliki oleh wanita yang bersedia ada saat pria dalam kondisi susah. Saat kondisi pria sukses bahkan kaya raya, justru lebih banyak wanita yang mengaku tulus meskipun ketulusan itu tidak pernah ada dalam hati mereka.
"Apa mungkin Dinda sebenernya tidak sungguh-sungguh mencintai aku? tapi jika memang benar begitu, kenapa dia meminta aku untuk menikahi nya?" lirih Chiko sambil melihat Dinda yang tengah fokus pada film layar lebar.
Jika takdir wanita hanya menemani dari awal hingga pria capai kesuksesan kemudian ditinggalkan, maka kemungkinan wanita akan melihat pria hancur dengan pasangan barunya.
"Hah, semua kata-kata Humaira benar-benar sudah mengganggu aku dan membuat aku tidak bisa menikmati film yang sangat aku suka. Setelah ini, aku harus pulang untuk berbicara dengan Humaira. Kenapa Aku merasa bahwa Humaira sedang berdoa untuk kehancuran aku."
Chiko meminta izin untuk pergi ke toilet kepada Dinda, karena sepertinya dia tidak bisa menunggu nanti malam untuk mencari tahu sebenarnya apa maksud dari kata-kata yang diucapkan oleh Humaira.
Chiko segera berlari menuju area bermain setelah dia keluar dari ruangan bioskop. Sayangnya saat Ciko sampai di sana, Humaira dan anak-anak sudah tidak ada lagi. Chiko mencoba mencari mereka namun gagal, Humaira dan kedua putrinya sudah pergi meninggalkan mall dan sekarang sedang dalam perjalanan menuju cafe es krim seperti yang dijanjikan Humaira sebelumnya.
Humaira merasa bahagia saat melihat kedua putrinya tersenyum penuh kegembiraan bersamaan dengan mobil yang berhenti tepat di depan kedai es krim.
"Ibu janji ya, akan membelikan es krim apapun yang kami inginkan dan tidak akan mengajak kami pulang sebelum kami puas memakan es krim?" tanya Aisyah yang seolah-olah mengingatkan akan janji dari Humaira.
"Iya, hari ini adalah milik kalian."
Humaira membuka pintu dan mereka sama-sama masuk ke dalam untuk kemudian memesan berbagai jenis es krim yang mereka ingin.
"Ibu, tadi saat bermain aku melihat ayah. Apa ayah tadi menyusul kita?"
Deg !!
Ya Tuhan, apa tadi Aisyah sempat melihat mas Chiko. Apa yang harus aku katakan?
...----------------...
...----------------...
...----------------...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 46 Episodes
Comments
Nurmalia Irma
bahagia tapi hati menangis 😭
2023-02-03
0
Aulia Finza
klo aku di posisi humai pun aku tidak tahu akan bicara apa.....
2022-12-19
1
Senja Ariestya
aaakkhh...bolehkah aku mengumpat chiko jeriko ??
😡😡
2022-12-19
1