Episode 8. Pada Kapal Watam Pone
Bagaikan tersihir Mardo menatap ombak yang berkejaran. Seumur hidup baru sekali ini ia naik kapal laut. Berada di tengah tengah laut. Ia takjub dan tak bosan memandangi ombak berbuih putih yang segar menyentuhi dinding kapal. Ombak itu bergulung gulung kemudian tersibak.
Pluk pluk pluk!
Tiba tiba kulit mangga berjatuhan dari atas. Oh! Apa ini? Mardo terkejut dan replek mendongak ke atas. Di sana
bersandar di pinggiran kapal dan menghadap ke laut, sesosok yang tak asing. Agaknya ia tak tahu kalau kulit mangganya berjatuhan menimpa seseorang. Ia asyik menikmati buah mangganya sembari menatap pada laut.
Setelah mulutnya kosong, ia mulai lagi mengupas mangga yang dipegangnya. Tentu saja kulit kulit mangga tersebut berjatuhan menimpa tepat pada rambut dan tubuh seorang gadis yang sedang asyik menikmati pemandangan.
"Ish! ish! Ih! Heiii!"
Mardo berteriak kesal. Membiarkan kulit kulit mangga tersebut di rambut dan tubuhnya. Ia ingin memperlihatkan hasil perbuatan pria itu terhadapnya. Pria muda itu kaget mendengar suara seorang gadis di bawahnya. Dan juga melihat kulit kulit mangga di atas rambut serta bahu gadis itu. Mulutnya terlongo, sesaat ia terbengong. Kulit-kulit mangga itu berasal dari mangga yang ia kupas.
Oh!
Panik dan kebingungan karena telah melakukan kesalahan. Apa lagi dia adalah Mardo, gadis yang sangat berkesan di hatinya.
"Aduh, maaf maaf sekali, aku tak sengaja."
Keduanya saling menatap, hingga Mardo melengos sembari bergumam, "Dasar ceroboh!"
"Tunggu di situ, biar kubersihkan."
Pria yang tak lain Raka adanya, sontak berbalik serta menuruni tangga. Mardo membuangi kulit-kulit mangga di rambut dan bahunya lantas pergi. Tak sudi Raka membersihkan tubuhnya, ih amit-amit. Mardo mengomel panjang pendek masuk ke kamarnya.
Sampai di bawah, Raka cilinguk ke sana ke mari. Tidak ada sosok Mardo. Ia hanya melihat kulit-kulit mangga yang berserakkan lantai. Rupanya Mardo yang kesal padanya sudah pergi. Raka mengingat gerakkan bibir yang kesal
"Dasar Ceroboh!"
Raka gemes, ia lagi membuat gadis itu kesal. Matanya yang sukar diartikan, apakah marah? sekedar kesal atau mata yang jatuh hati. Dengan lesu Raka kembali ke kamarnya di atas. Deni dan Sammy sedang menonton film sembari menikmati buah mangga. Mereka mendapat sekarung mangga dari pengagum. Saat itu memang sedang musim mangga. Raka muncul dan tiba tiba menendang karung berisi mangga yang tak mengerti sedikitpun kesalahannya.
"Loh! ada apa nih? tau tau marah marah."
"Buang saja mangga itu, membuat Dia marah lagi."
Deni dan Sammy saling pandang. Mereka menatap pada Raka yang menghempaskan tubuhnya pada sofa.
"Tadi, saat aku makan mangga di dinding kapal, kulit-kulitnya berjatuhan mengenai rambut dan tubuhnya, Aku tak sengaja dan sudah minta maaf tapi ia sepertinya marah dan pergi begitu saja."
"Ya ampun, siapa orang yang terkena kulit manggamu? kasihan sekali dia."
Deni menatap Raka ikut prihatin.
"Mardo!" sahut Raka hampir tak terdengar.
"Oh gadis itu!"
Tak ada yang bisa mengartikan kata oh itu, Deni dan Sammy saling pandang.Sesuatu yang sensitif jika sudah menyangkut Mardo.
"Kenapa kalian diam, bukannya membantu cari jalan keluar."
"Aduh, bagaimana? kami juga belum pernah pacaran, tidak tau caranya meluluhkan hati seorang gadis."
"Hah! Hah! kalian ini payah, sama sekali tidak pernah membantu seorang teman."
Raka mengomel panjang pendek. Masalahnya apa pun nanti yang mereka kritik dan beri saran tidak berguna. Gadis itu segalanya baginya. Tidak ada yang boleh mengeritiknya. Keduanya memutuskan buru-buru keluar dari kamar dengan alasan mencari minuman. Padahal di kamar mereka semua tersedia.
"Pergi kalian! hanya membuatku kesal!"
Raka tak memperdulikan sikap kedua temannya. Ia membanting pintu. Lalu meremasi kepalanya yang pusing. Teringat lagi kepala gadis itu, bajunya menjadi tempat mendarat kulit-kulit mangga. Sial, kenapa dia mengupasi mangga tepat diatas gadis itu berdiri? seandainya ia bergeser sedikit. Mungkin bisa saja ia saling berpandangan dengan Mardo, saling tersenyum dan ia lantas mengerling mengoda. Tapi sekarang ia merasa tak enak.
Mardo mengetuk dan mendorong pintu kamar, wajahnnya tentu saja dalam keadaan kesal dan dongkol.
"Kenapa Do, wajahmu kelihatan masam begitu."
"Itu biasa! si pria idolamu dan idola gadis gadis kota eksotik. Dia tadi mengupas mangga di lantai dua, aku ada di bawahnya. Dan kulit kulit mangganya berjatuhan di kepala dan bahuku, kotor semua!"
"Oh ya ampun kak Raka."
Vana ingin tertawa, tetapi ia menahannya. Mardo kelihatan sangat kesal. Vana berusaha memeriksa baju gadis itu tapi semua bersih.
"Nggak ada yang kotor kok Do."
Vana menepuk nepuk punggung cewe itu. Tidak ada getah yang menempel.
"Aku sudah membuangnya, kalau mau lihat sana di bawah tangga. Di tempat yang tadi."
"Sudahlah, kak Raka tidak sengaja ini Do, ganti sana bajunya kalau merasa kotor."
Mardo bersungut sungut. Tentu saja Vana membela si pria idola, dia salah satu pemujanya.
Namun Mardo menuruti saran Vana, mengganti bajunya.
Richi menyuruh Sulaiman mengajak cewe cewe berkumpul di cafe dan tempat bersantai. Ada yang belum sarapan karena terburu buru tadi.
"Nona nona cantik! yuk kita ke resto, Richi menunggu kita loh."
Halima paling cepat berkemas. Ia mengetuk ngetuk pintu kamar teman- temannya. Halima paling ceria dan gembira. Pertama kali dalam kehidupannya ia bisa pergi berlibur. Terlebih ia bersama orang orang istimewa. Entah mimpi apa dirinya mendapat keberuntungan itu.
Yang lain juga menyukai Halima Haremba. Dia gadis Papua yang lugu, baik, melonjak lonjak dan kadang hesteris Persahabatan diantara mereka menjadi lebih berwarna, dan heboh.
"Sabar Halima, Husen sedang pakai kemeja weee."
Pipi Halima semakin hitam mendengar nama Husen. Bibir mungilnya tersipu malu. Sejak kelas satu Husen memang naksir Halima. Tapi tak berani nembak. Selain itu Halima juga sulit di dekati. Kerjanya lari kesana dan kemari. Husen lelah mengejarnya.
Meja meja besar di susun sedemikian rupa. Untuk tempat menikmati makan, minum sembari bercengkrama. Richi, Sulaiman, Wiliam, dan Husen sudah berada di restoran itu. Sudah memesan minuman dan makanan untuk teman temannya.
"Hai Rich, dah lama nunggunya?"
Vana, ZamZam, Betty disusul Rose, Mardo, Halima dan Sarah Lee mengambil kursi. Bersamaan makanan berdatangan.
"Wahhh enak nih, makasih ya Rich."
Mardo mengucapkan terima kasih pada Richi. Yang lain mengikuti.
"Semoga masakkan kokinya enak, sesuai selera, yukkk santap."
Richi duluan mengambil mangkok kecil dan mengisinya dengan sop panas. Semua sibuk mengisi piring atau mangkok makan. Menyuap dengan semangat. Sambil mengobrol.
Mendadak cewe cewe yang ada di ruangan itu tercekat. Mardo mengikuti pandangan teman temannya. Oh! dia lagi. Wajah Mardo langsung berubah. Sosok itu diikuti kedua temannya memasuki resto. Mereka cool sekali dan gantengnya mempesona. Semua yang melihat Raka terbuka mulutnya, melonggo.
"Kak Raka? apa tak salah lihat?"
Gadis gadis saling berpandangan dan bertanya-tanya dalam hati. Richi juga mengikuti pandangan gadis-gadis itu.
"Pria Idola ada di kapal Watam Pone Ini? wah! luar biasa!"
Suasana dalam ruangan berubah. Bak tersihir pemandangan yang indah.
Huek!
Mardo terbatuk. Menyadarkan teman temannya.
"Kenapa Do, tersedak ya...minum ayo minum."
Mereka berebut membantu menyodorkan minuman.
Tadi sedetik Mardo beradu tatap dengan lelaki itu, membuatnya tersedak. Uhh sungguh memalukan.
Deni dan Sammy mengiringi Pria Idola, mereka menuju ke sebuah meja di pojok. Tak lama pelayan datang menanyakan pesanan. Raka menyuruh Deni memesan apa saja,terserah.
Richi dan teman temannya nampak sudah selesai menikmati sarapan, tinggal lagi bercengkrama dan bertukar cerita. Ia lihat Mardo dengan baju yang berbeda.
"Mardo, kamu sudah mengganti bajumu?"
Pertanyaan iseng saja, sebab tadi ia lihat Mardo mengenakan kemeja yang berbeda. Gadis itu terdiam, Vana yang lantas menjelaskannya.
"Bajunya kotor tadi, dan aku menyuruhnya menganti dengan yang baru."
Richi menganguk-anggukkan kepalanya. Raka tentu saja mendengar percakapan itu sebab duduk tak jauh dari anak-anak itu. Tetapi ia harus memperlihatkan siapa dirinya bukan saja pada Richi tapi juga teman-temannya. Ia lantas memanggil adiknya dan menyuruh datang ke mejanya.
"Richi sini sebentar!"
Semua menatap dan menunggu apa yang terjadi dengan kakak dan adik tersebut.
Segera Richi pamit dan pergi menemui Raka. Sekarang Richi bersama tiga pria muda.
Raka menatap adiknya lekat lekat, lalu katanya.
"Papi menyuruhku mengawasi kalian, jangan sampai terjadi sesuatu yang menimpamu dan teman temanmu itu. Selagi tidak ada masalah, tidak ada yang terjadi silahkan saja kalian bersenang senang. Tapi jika terjadi sesuatu harus cepat beritahu padaku, Deni atau pada Sammy. Dia bagai kakakmu juga."
"Kalian semua masih di bawah umur, jadi aku yang bertanggung jawab terhadap kalian. Kalau terjadi sesuatu maka itu menjadi tanggung-jawabku. Sebab itu masing-masing menjaga diri, dan saling memperhatikan. Kalau saja Papi tak memintaku untuk menjagamu dan teman-temanmu aku tak mau menanggung beban seberat ini."
"Jadi kau juga harus menjaga mereka semua hingga kembali ke kota kita."
Raka mengakhiri perkataannya. Richi akhirnya mengerti kenapa Raka ada di kapal tersebut. Sebenarnya ia kecewa sebab Papi tak mempercayainya seratus persen. Tapi Raka betul mereka semua dibawah umur. Kalau terjadi sesuatu harus ada orang dewasa yang bertanggung jawab.
"Ok kak, aku akan menurutimu, berhati-hati dan bertanggung jawab."
Mereka berempat tersenyum, Richi merasa aman karena ada empat orang kepercayaan Papi yang menjaganya dan teman teman.
"Oh iya, satu lagi kakak mau memberi kalian mangga, masing masing dua buah. Nanti akan kak Raka antar atau kakak kasih semua dulu ke Vana gimana?"
"Oh, asyik sekarang aja kak, mumpung kami kumpul semua di sini,"
Benar juga, Raka meminta tolong pada Deni dan Sammy untuk mengambil mangga. Raka juga bilang,ada yang memberinya mangga tersebut.
Tak lama, ada bagi bagi mangga di resto. Semua mendapat dua buah mangga yang besar. Semua berterima kasih kecuali Mardo, ia memberikan mangganya pada Vana.
"Nggak suka mangga, katanya." Vana hanya tersenyum dan melirik pada kak Raka.
'Sayang, sukanya kak Raka padamu Do, bukan padaku atau pemuja lainnya. Hemmm.'
Bersambung
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 314 Episodes
Comments
Yuliana
hadir
2021-06-14
0
Sis Fauzi
sepuluh likes, comments, rates 🌟🌟🌟🌟🌟🌟🌟🌟🌟 🌟 di dua karyamu Thor ❤️
2021-05-26
1
Cahaya mata
like
2021-05-22
0