Berkat misi mengembalikan nona Black Sweet akhirnya pak Bramantyo membuka rute kapal motornya dari kampung tersebut. Halima Haremba bisa kembali bersekolah. Ayahnya sendiri yang mengantarnya. Sarah Lee dan Mardo menyambutnya di gerbang sekolah. Mereka bertiga langsung ke koperasi sekolah membeli seragam. Mardo juga membeli untuknya kerena teguran wali sekolah.
"Nona lihat!"
Halima muncul dengan seragam sekolah putih biru. Sekarang roknya tak lagi lebar melainkan rok sepan standar sekolah. Ia terlihat berbeda. Mardo juga mengenakan rok baru dari sekolah. Ia juga melihat perubahan dirinya. Lebih terlihat dewasa he he he.
Sarah Lee merapikan baju Halima. Ia juga menganti sepatunya dengan yang baru. Sepatu rekomendasi sekolah yakni sepatu warior. Mardo dan teman-temannya patungan untuk membelikan Halima seragam dan sepatu baru.
"Hemmm, ini baru keren! nona Black sweet!"
Sarah Lee mendandani dan mengajari Halima menjadi gadis masa kini, tapi tetap sopan, santun,dan smart.
"Kalau torang mau meniru seseorang Ma, tirulah nona pendatang. Sederhana tapi terlihat elegan dan mempesona."
Mereka berbisik-bisik sembari mencuri-curi pandang pada Mardo yang sedang merapikan tasnya. Ia baru saja melipat rok mininya dan menaro di dalam tas.
"Nona Mardo sih anak Jakarta, kita tak bisa menirunya."
"Tidak perlu meniru seseorang Halima. Lebih baik jadi diri sendiri."
"Torang bagaimana sih? tadi suruh beta meniru nona ekslusif!"
Halima memarahi Sara lee yang wajahnya serius sekali. Mardo menatap pada mereka.
"Ayo, kalian sudah selesai."
"Ini, Halima dibilangi supaya kalau jalan jangan seperti anak laki-laki. Bicara juga jangan keras-keras. Muka jangan cemberut. Biar enak dilihat."
"Satu lagi banyak membaca buku seperti nona ekslusif biar pintar."
"Cerewet, guru bawel he he he."
Mardo agak geli juga mendengar perdebatan dua anak itu dalam bahasa mereka.
Halima seperti anak kecil yang tidak tau apa apa, sementara Sarah Lee cerewet bak emak emak.
Namun Mardo terkagum kagum melihat Halima. Dia keren. Sarah Lee tersenyum bangga saat membawa Halima keluar dari kamar ganti.
Kemeja Halima sekarang putih bersih dan lembut, roknya tidak lagi lebar seperti gadis gipsi di negara Meksiko sana. Roknya sekarang sebatas lutut seperti anak anak lainnya.
Semua sudah ditanggalkan dari Halima.
Tas sekolahnya seperti kepunyaan Mardo. Tidak lagi tas besar dan lebar seperti punya emak emak.
Sepatunya warior, tidak lagi tipis seperti kepunyaan Bruce lee.
Semua tertawa melihat dan mendengar ulah Sarah Lee dan Halima.
"Wah, apakah itu Halima Haremba? ohhh keren! hebat!"
Mardo takjub pada perubahan Halima. Gadis manis itu melebarkan bibirnya. Seperti inilah yang ia inginkan. Tapi tidak tau caranya mengubah penampilannya. Betapa Halima ingin seperti gadis gadis pendatang yang modis. Baju, rok, tas dan sepatu. Mereka terlihat hebat di matanya. Dan sekarang ia sudah seperti gadis gadis pendatang itu. Rasa percaya dirinya menguasai dirinya. Ia sekarang tak lagi malu malu dan minder. Halima merasa ia telah menjelma menjadi gadis yang berbeda. Halima sekarang punya banyak baju seragam, sepatu juga tas. Mardo membelikan Halima dua buah tas, Richi juga memghadiahi Halima banyak sekali. Tas, sepatu, jam tangan, kaos kaki, dan juga sepatu. Halima sampai terbengong melihat pemberian Richi.
Zamzam yang orang tuanya memiliki toko kain dan pakaian juga memberi Halima banyak baju untuk hari-hari dan jelana jeans. Halima memeluk celana jean tersebut. Betapa ia iri melihat teman teman saat berlibur memakai celana jean yang keren. Entah kapan ia bisa memilikinya. Betapa ia dulu putus harapan karena tak bisa mendapatkan apa yang ia inginkan. Halima memeluk semua teman teman yang telah perhatian padanya.
Kecuali ia tidak memeluk Richi, Sulaiman, Husen serta Willam, ha ha ha.
Sekarang ia punya semau barang barang yang ia inginkan. Semua memberinya hadiah.
Bak terbakar jenggot Yuliana dan Mimi melihat perubahan itu.
"Oh, Mimi! coba sini torang lihat! Halima penampilannya su rubah."
Yuliana menyimpan tasnya sembari menegur Mimi yang sedang menulis.
"Si bodoh itu? meski pun diapain tetap bodoh dan tolol."
Mimi tak perduli, sibuk membuat pr.
"He he he, torang benar."
"Pasti tak lulus lagi, setelah tiga tahun di kelas tiga baru lulus ha ha ha..."
Keduanya tertawa keras keras.
"He! apa torang bilang? Beta bodoh dan tak lulus lulus lagi?"
"Nona Mardo, dan Sarah Lee dengar! beta pasti lulus di ujian sekolah nanti."
"Beta akan belajar bersungguh sungguh, supaya sukses. Kalau beta tidak lulus, jangan anggap lagi beta sebagai teman."
"Sudah Halima, tak perlu berjanji. Kita teman selamanya dan akan bantu torang hingga kita sama sama lulus."
Sarah Lele memeluk tubuh Halima yang gemetar oleh emosinya.
"Iya Halima, kamu pasti bisa. Yang penting rajin belajar dan disiplin."
Mardo mengajak Halima duduk. Sesekali gadis itu masih memandang pada Mimi dan Yuliana.
Ia benci sekali pada sikap meremehkan dua orang itu.
Halima semakin membara untuk menunjukkan kemampuannya. Sementara ketulusan Mardo, Sarah Lee juga teman yang lain membuka pikiran yang tertutup dan tumpul. Halima tiba tiba merasakan ada sinar terang memasuki kepalanya. Ia bisa memahami penjelasan guru guru dan bisa menjawab soal soal. Halima sangat bersemangat dan gembira. Sifat mindernya juga menghilang. Sekarang ia haus membaca dan menyukai kegiatan itu.
Ketulusan Mardo dan teman-temannya, persahabatan yang lucu penuh sendau gurau. Membuka pikiran yang tertutup dan tumpul.Halima tiba tiba merasa ada sinar terang di kepalanya.Ia bisa mengerti apa yang diajarkan guru.Bisa menangkap dan menguraikan banyak hal. Ia sendiri merasa heran. Sifat mindernya juga menghilang entah kemana. Ia sekarang suka membaca, ingin tau banyak hal. Mardo meminjamkan banyak buku cerita dan buku buku mengenai pengetahuan. Halima sekarang haus membaca dan ingin tau banyak hal.
Hasilnya, Halima lulus dan mendapat ranking ke empat. Bahkan gurunya Sarah Lee tidak mendapatkan ranking. Namun Sarah lee bahagia karena Halima datang kepadanya untuk yang pertama dan memelukknya kuat.
"Sarah Lee, terima kasih. torang banyak sekali membantuku."
"Iya Halima, aku senang kamu banyak perubahan." Sarah Lee memeluk balik dan mencium pipi Halima. Bapak wali kelas juga sangat bangga. Halima menjadi contoh yang hebat. Ia memberikan hadia istimewa untuk muridnya itu. Gratis belajar bahasa Inggris di sebuah tempat kursus, wauuu!
"Pertahankan di smu ya." Pak wali kelas menyalami.
Halima Haremba mengangguk angguk,"Terima kasih pak, berkat bapak yang perhatian dan juga teman-teman, saya bisa mencapai ini semua."
Yuliana dan Mimi meninggalkan kelas sembari bersungut sunggut.
Biasanya mereka juara kelas. Tapi kali ini posisinya direbut oleh Mardo, Sulaiman, Rusi dan Halima Haremba.
"Horeee."
Mardo, Sarah Lee, Halima, Sulaiman, Husen dan juga Wiliam berlarian. Wajah mereka berbinar dan bahagia.
Richi mengundang mereka makan makan di rumahnya merayakan nilai yang bagus.
"Mardo, kalian di mana? aku menunggumu, Mamiku masak ikan special cepat ke sini."
Richi tak sabar menunggu Mardo dan teman temannya.
"Sebentar, kami sudah di perjalananan kok."
Hemmm gara gara pak wali kelas, biasalah nasehat dan nasehat ha ha ha...
Mardo dan teman temannya tertawa lepas.
"Baiklah baiklah..."
Richi menarik perhatian teman temannya.
"Mulai besok kita libur. Hingga setengah bulan mendatang."
Iya sudah tau.
Zam zam mereguk minumannya.
"Aku mengajak kalian berlibur naik kapal laut milik keluargaku! apa kalian mau ikut?"
"Hah!"
"Coba ulangi lagi Rich."
"Aku mengajak kalian berlibur naik kapal laut milik papaku? apa kalian mau ikut?"
Mardo dan teman temannya saling berpandangan, seperti mimpi. Belum pernah ada penawaran seperti ini seumur umur.
"Serius Rich?"
Sarah Lee adalah gadis yang tak mudah percaya, ia membesarkan matanya lebar lebar, dan bibir yang monyong.
"Tentu saja Sarah Lee, memang aku suka bohong? mana pernah."
Sarah Lee tersenyum, " Ia juga sih, Richi tak pernah bohong."
Semua orang tau keluarga Richi adalah keluarga terpandang. Mereka punya beberapa kapal, bahkan hotel dan restoran.Tetapi mengajak teman temannya berlibur dengan kapal laut dan tinggal di hotel selama setengah bulan. Rasanya seperti tak mungkin.
"Rich, serius?"
Betty sekali lagi meyakinkan.
"Dua rius, yang penting kalian minta ijin dulu sama orang tua ya."
"Siap, aku ikut ya Rich, ikut ya."
Halima bersimpuh di dekat Richi.
"Iya Halima, kau juga Lee, Sulaiman, Hasan, Wiliam, bersiaplah!"
"Asyiiikkkk."
"Aku baru mendengar pengumuman yang seru seperti ini."
"Sulaiman mengambil sepotong daging ikan tuna dan melahapnya nikmat."
"Mardo, aku mengajakmu. Kenapa kamu tak berkomentar?"
Richi menolehi gadis itu yang diam saja.
"Aku belum bisa menjawabnya Rich, aku harus nanya pada Papi dan Mami dulu."
Richi mengangguk angguk. Ia akan sangat kecewa jika Mardo tak ikut.
Cowo itu justru mengharapkan Mardo ikut.
Setelah makan siang yang ramai dan menyenangkan, masih lagi disambung dengan berbincang bincang di ruang tamu. Tiba tiba suara deru mobil memasuki grasi. Raka, Deni, dan Sammy kelaur dari mobil dan memasuki rumah.
"Ada apa nih ramai ramai."
Raka melihat adiknya dan teman temannya sedang bercengkrama di ruang tamu.
Pandangan matanya juga jatuh pada wajah yang cantik.
"Kelulusan ya? hemm menyenangkan bagaimana nilaimu Rich?"
"Tentu saja bagus seperti biasanya, Papi sudah mengabulkan permintaanku berlibur bersama teman teman dengan kapal kita."
"Oh yaa, selamat ya Dek."
Raka, mendekat dan memberi ucapan selamat.
Ia mengulurkan tangannya pada Mardo, ingin memberi ucapan juga.
"Lulus juga kan? selamat ya."
Ragu ragu Mardo melihat tangan yang terulur kepadanya.
"Terima kasih."
Mardo menyambut tangan Raka dan menariknya cepat. Keduanya saling menatap.
"Tidak menyalamiku kak Raka, aku juga lulus."
Sarah Lee mendekat menjulurkan tangannya pada Raka yang tengah terpukau di depan Mardo.
"Oh iya, selamat ya, buat kalian semua."
Raka dan teman temannya saling memberi selamat. Lalu beranjak ke kamar Raka.
Deni berbisik di telinga Sammy.
"Aku tau kenapa ia mengucapkan selamat pada Richi dan yang lain."
"Kenapa? kamu sok tau."
"Sebenarnya ia hanya ingin menyentuh jemari si Mardo."
"Kau benar ha ha ha."
Mereka tertawa kegelian.
Sampai sebuah benda mengenai kepala keduanya. Rupanya bantal guling sudah melayang oleh Raka.
"Sampai nanti kalian merasakan bagaimana rasanya jatuh cinta, barulah kalian mengerti."
"Oh iya?"
Deni dan Sammy bergedik ngeri.
Bersambung
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 314 Episodes
Comments
Lady Meilina (Ig:lady_meilina)
wih keren liburan ke merauke 😍
2022-03-05
0
Yen Lamour
aku mampir jg nih thor
5 like prtama dariku, pelan"ya thor 😊😊
saling dukung, semangat ya 💪💪
2021-09-03
0
Emak Femes
Hula hulaaaa.
mamaknya Rakhania hadir dimaree
salam sehat dan semangat selalu yaa kak thor 💪💪💪
2021-08-06
0