Suasana kapal tenang dan damai. Penumpang menempati semua fasilitas yang disediakan. Ada yang duduk memenuhi ruangan menonton film film yang diputar. Lalu datang awak kapal membawakan minuman teh atau kopi.Tinggal pilih apa yang disukai. Di buritan juga banyak penumpang berleha leha. Menikmati hembusan angin sepoi sepoi.Di bagian lain ada yang ikut ikut awak kapal memancing. Jika dapat ikan yang besar mereka semua berteria teriak senang. Di bagian lain juga ada yang tidur tiduran berjemur, Ada yang mengobrol dan bercengkrama. Keseluruhan penumpang ceria dan senang.
Beberapa penumpang ada yang bersiap siap. Karena mulai terlihat banyak pulau pulau terlewati.
Kapal akan melepas jangkar besok pagi di kota yang hangat yakni kota Merauke. Richi juga sudah bilang ke teman temannya, besok pagi mereka sampai. Horeeee! Gadis gadis itu melompat kegirangan. Meski hanya tiga hari berada di kapal dan tidak membosankan, karena ada banyak fasilitas untuk penumpang menghabiskan waktu. Toh tetap saja daratan mereka rindukan.
Zamzam meraih lengan Betty dan Ros, "Berarti malam ini nembak mas Irawan."
Ketiganya saling memandang.
"Torang berani Zam? kalau di tolak gimana?"
"Ich, bukannya ngomong yang baik baik deh."
"Ya Sorry Zam, kita kan masih anak abg, sedangkan mas Irawan itu dah dewasa."
"Liat saja nanti, aku pasti mendapatkannya."
"Sippp, kita akan liat semoga sukses."
Ketigannya tos kemudian tersenyum. Zamzam memang gadis paling berani dan cuek.
Vana dan Mardo berjalan jalan mengitari kapal. Mendadak Mas Ferdi mengejutkan mereka. Mas Ferdi seorang awak kapal yang sudah menyelamatkan Vana.
"Hello, sedang jalan jalan ya.?"
"Oh mas Ferdi, iya nih bosan di kamar."
"Mas ada sesuatu, kalian tunggu sebentar ya, jangan kemana mana."
Ferdi bergegas dan tak lama ia datang lagi membawa sebuah keranjang berisi buah mangga.
"Yuk kita sama sama menikmati buah mangga ini, soalnya nggak sempat terus sementara mangganya semakin matang."
"Wahhh, ini sedap.yuk kita bantu habiskan Do."
Vana berseri seri.
mereka lantas mencari tempat yang enak untuk menikmati buah mangga.
Di sebuah tempat Halima dan Sarah Lee sedang mengamati si instruktur senam.
Mereka mengintip ngintip dan belum juga menemukan cara untuk bisa mendekat dan menyapa cowo tegap dan kelihatannya familiar serta baik.
"Dia memesan makanan dan minuman, ayo Halimah kita juga kesana."
"Ta-tapi aku malu Lee."
Halima menggaruk garuk rambutnya yang tak gatal.
Uchhhhh hiat!!!, Sarah Lee kesal, Ia dorong tubuh gadis hitam manis itu.
Halima kaget tak alang kepalang mendapati dirinya telah masuk ke ruangan itu.
Sarah Lee menahan tawa di balik dinding.
Sesaat ia kebingungan tak tau mesti berbuat apa. Halima menoleh ke belakang pada Sarah Lee. Saat yang sama si instruktur menolehi Halima dan mengerutkan keningnya.
"Nona, torang jatuh dari mana?" Sembari senyum senyum.
Halima pucat pasi, darahnya tersirap. Untung ia ingat kata kata Mardo,"Ambil napas dan buang pelan pelan, pasti tenang. Saat itu Halima cerita kalau ia selalu ketakutan dan gemetar jika guru bahasa Inggris masuk kelas.
Halima cepat cepat melakukannya. Ting! ajaib ia sekarang sudah tenang. Bibirnya tersenyum dan mulai mendekat ke Instruktur.
"Kak Bram ya? kenalin nih, saya Halima Haremba, salah satu teman Richi pemilik kapal ini."
Halima dengan gaya yang diingatnya dari artis artis drakor beraksi. Ia bersandar di dekat bar menjulurkan tangannya.
Mendengar nama Richi, si Intruktur menyambut tangan Halima,"Aku Bramanto."
"Oh, namanya bagus sekali, kayak orangnya."
Halima pernah membaca kalimat seperti itu dan ia punya kesempatan menyampaikannya.
Halima bergaya semakin berani dan kenes.
"Kwa kwa kwa,bisa aja, oh yaa mau kubelikan minuman?"
"Oh, iya boleh. Tadi juga kesini mau beli minuman. Pucuk dicinta ulam tiba."
Halima kesenangan, Ia lupa pada Sarah Lee yang kesal pada keberuntungan itu.
Ia bergegas ke tempat lain, dan bertemu Hasan Rumadau. Sarah lee langsung tersenyum senang.
"Hasan, sini!!! beta ada berita hot."
Hasan Rumadau melonggo, ia tak percaya. Sarah Lee mengajaknya ke cafe. Betapa hancur hati Hasan Rumadau melihat Halima sedang bercengkrama dengan pria dewasa yang tegap dan ganteng. Ia limbung, untung ada Sarah Lee yang menahan tubuhnya."Sar,dunia gelap."
"Memang udah malam San,"
"Malam-malam seperti ini, apa yang dilakukan Halima?, kuhajar dia."
Tapi mendadak Hasan mengingat sesuatu. Ia tiba tiba mundur dan berhenti.
"Kenapa?, cepat tarik Halima ke sini."
"Tidak akan Sarah Lee, Halima merencanakan punya suami orang yang berkulit putih, beta tidak masuk kretarianya."
Hasan bergegas meninggalkan tempat itu. Sarah Lee terpana, 'Jadi dia sudah sadar."
Sarah Lee kehabisan akal, ia memilih kembali ke kamarnya. Berpikir untuk menonton tivi.
Membiarkan Halima sendirian bersama pria pengajar senam. Nanti dia bisa membayangkan Halima yang berkulit hitam menikah dengan Mas Bram yang kulitnya langsat. Anak-anak mereka pasti cantik dan ganteng. Halima pasti sangat berterima kasih kepadanya karena telah mendorongnya ke tempat minum menemui Bram.
Itu pasti akan menjadi cerita yang abadi.
"Tante Sarah lee, tahukah kau bagaiman ibu dan ayah bertemu?"
Dan Sarah akan menceritakan ide gilanya itu, ha ha ha... Sarah Lee tertawa terbahak bahak.
Ia merasa sangat gila malam itu. Namun menjadi kesal karena Halima lama sekali.
"Apa sih yang mereka lakukan, kenapa menjadi asyik begitu?"
Sarah Lee!
Gadis itu terkejut ketika Halima membuka pintu, dan menghambur masuk. Wajahnya berseri-seri.
"Mamas Bram membelikan aku minum."
Mamas, oh indah sekali panggilan Halima pada mas Bram.
"Serius torang Halima?"
"Kami menikmati minuman sambil mengobrol, dia sepertinya menyukaiku."
Sarah Lee terbengong-bengong.
"Dia bilang beta gadis berkulit hitam yang cantik, so-so beatiful, eksotik, hitam tapi manis."
Sarah Lee bangun dari tidurnya, "Benarkah yang torang ceritakan itu. Oh, so sweet, kamu sangat beruntung Halima."
"Tadinya beta ingin marah sama torang, tapi sekarang beta suka cara torang Sarah Lee, beta suka. Tak perlu ragu dan bimbang."
"Iya Halima, beta senang jika torang bisa bahagia."
Sarah Lee tiba-tiba mengantuk, ia menyalahkan dirinya sendiri yang merasa dirinya jelek dan tak sebanding dengan Mas Bram. Mestinya ia seperti Halima yang memiliki keinginan serta impian.
Sarah Lee, membalikkan tubuhnya membelakangi Halima, "Beta mengantuk, mau tidur."
"Selamat tidur, temanku yang baik cups."
Halima mendaratkan ciuman di pipi gadis temannya, dan gadis itu menjerit geli. wauuuu!
Halima tertawa terkekeh.
Sarah Lee menghapus bekas ciuman si nona black sweet dan mengingat sesuatu, "Halima, torang jangan bilang siapa siapa ya."
"Halima berbalik, "Jangan bilang siapa siapa apa? torang mau ngomong apa?"
"He he he, beta ingin menikah dengan pria bule, laki laki kulit putih."
Sarah Lee nyengir setelah menyimpan rahasia hatinya. Sekarang Halima yang terbengong.
"Menikah dengan pria bule? apa pria bule itu akan ke kota eksotik ini Sarah?"
"Entahlah, kita tidak pernah tau bukan?"
"Baiklah, aku akan mendoakanmu bertemu pria bule itu suatu hari Sarah Lee."
"Terima kasih Halima, sekarang mari kitong tidur, hari telah larut malam."
Lalu, sepi hanya terdengar deru mesih kapal dan ombak yang berdebur.
Bersambung
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 314 Episodes
Comments
Yeni Eka
Semangat
2021-07-25
0
Yuliana
semangat
2021-06-14
0
im_ha
like untukmu ya Thor. doaku berbeda dengan doamu mampir 💪
2021-05-25
0