Setelah melewati perjalanan yang cukup panjang dan melelahkan, akhirnya Yonna tiba di bandara internasional. Ia tersenyum tipis melihat suasana tempat itu tak berubah, masih sama seperti yang ia tinggalkan lima tahun yang lalu.
Yonna sengaja tak memberitahukan pada keluarganya tentang kepulangannya hari ini, ia ingin memberikan kejutan pada keluarganya.
Yonna melangkah anggun keluar dari bandara dengan menarik kopernya, namun baru saja ia keluar dari pintu bandara. Tampak seorang Pria yang begitu terburu-buru tak sengaja menabrak tubuh Yonna dengan begitu keras, cukup membuat tubuh wanita itu limbung karena kehilangan keseimbangan dan siap jatuh ke lantai.
Andai saja lengan lelaki itu tidak sigap menangkap pinggul rampingnya agar ia tidak terjatuh. Posisi mereka saat ini sangat dekat, tubuh pria itu yang membungkuk menatap wajah Yonna dengan terpesona. Waktu seakan berhenti berputar di antara mereka.
Mata Yonna melebar dengan sempurna setelah menyadari sosok pria yang sangat ia benci, namun kini ada tepat di hadapannya, bahkan tubuhnya pun berada dalam pelukannya. Tanpa sadar Gavin semakin mengeratkan rengkuhannya di pinggul Yonna semakin memotong jarak yang ada di antara mereka.
“Gavin,” lirih Yonna tanpa sadar. Hembusan nafas serta aroma tubuhnya membuat Gavin menelan ludah, di tambah bibir merah wanita itu bagai buah ceri yang ranum membuat pandangan mata Gavin tak bisa teralihkan.
Takdir memang seakan ingin mempermainkannya, Yonna yang ingin menghindar dari keluarga Apsara justru dipertemukan kembali dengan salah satu dari mereka tepat saat ia baru saja menginjakkan kakinya di kota itu.
Kedua anak manusia yang dulu pernah dipersatukan dalam ikatan pernikahan itu pun kini terdiam dengan pikiran mereka masing-masing.
Yonna yang sadar langsung mendorong tubuh Gavin agar rangkulan pria itu terlepas dari tubuhnya. Jantung yang berpacu membuat wajahnya memanas.
“Maaf, aku tidak sengaja menabrakmu. Namaku Gavin dan kamu?”
Gavin langsung mengulurkan tangannya untuk berkenalan, tentu ia tak akan menyia-nyiakan kesempatan berkenalan dengan wanita cantik. Apalagi Yonna termasuk kriteria wanita yang ia sukai.
“Terima kasih telah menolongku. Tapi maaf aku sedang terburu-buru!” ketus Yonna mengabaikan. Ia baru saja ingin melangkah pergi, tetapi tangan Gavin lebih dulu menahan pergelangan tangannya. Mata mereka kembali bertatapan dalam diam.
Sentuhan kulit mereka membuat darah wanita itu berdesir. Segera Yonna menepis tangan Gavin dengan kasar.
“No Yonna, kamu bukan lagi Alice tapi Yonna. Please dada ini jangan berdebar! Jangan!” batin wanita itu. Ia berusaha untuk meredam rasa jengkelnya agar tidak terlalu kentara di wajahnya dan akan menimbulkan banyaknya pertanyaan.
Gavin mengangkat sebelah alisnya, menelisik wanita cantik dan seksi yang ada di hadapannya kini. Ia seperti familier dengan wajah cantik itu hanya saja otaknya tak mampu mengingat siapa wanita yang ada di hadapannya kini.
“Apa kita pernah bertemu sebelumnya?” tanya Gavin mencoba memastikan, apalagi tadi pria itu sempat mendengar gumaman pelan Yonna yang menyebut namanya.
Pertanyaan itu kembali membuat Yonna gelisah. “Tidak! Saya tidak mengenal Anda, permisi Tuan!” tandasnya langsung berusaha pergi meninggalkan Gavin begitu saja. Meninggalkan Gavin yang masih terpana dengan kecantikan wanita yang baru saja ia temui itu.
“Cantik, tapi sayang sedikit judes. Tapi … yang galak-galak seperti ini yang cukup menantang,” ucap Gavin sembari tersenyum simpul seorang diri. Ia menarik kopernya kembali, melirik benda kecil yang melingkar di pergelangan tangannya.
Lelaki itu harus segera berangkat, waktu yang dimilikinya sangat mepet jika tidak mungkin saat ini Gavin akan mengejar Yonna dan meminta nomor telponnya. Hal yang selalu dilakukan Gavin saat bertemu wanita cantik lainnya.
Nyatanya setelah menikah dengan Gisella dan meninggalkan istrinya dulu tak mampu membuat Gavin bahagia, tuntutan demi tuntutan yang dilakukan Gisella akan materi membuat Gavin muak dengan wanita itu. Ia seakan hanya dijadikan ATM hidup untuk memenuhi hasrat berbelanjanya. Jadi apa salahnya jika Gavin mencari kebahagiannya sendiri di luaran sana?
“Baru juga sampai sudah bertemu dengannya! Sial sekali hidupku, untung saja dia tidak mengenaliku atau mungkin ia pun tak ingat jika pernah memiliki istri sepertiku!” gerutu Yonna sepanjang jalan.
Hatinya terasa sakit, bahkan setelah ia menyadari jika rasa itu masih terselip di dasar hatinya. Bahkan ia mengutuk dirinya sendiri yang masih mencintai mantan suaminya setelah rasa sakit yang ditorehkan begitu dalam.
Langkah kaki Yonna semakin cepat hingga tiba di parkiran depan ia memanggil sebuah taksi untuk mengantarnya pulang.
Di taksi wanita itu hanya diam, menatap pemandangan dari jendela. Bergelut dengan pemikirannya saat ini. Hidupnya yang terlalu rumit bagai benang kusut yang sulit untuk diurai.
“Untung aku tidak membawa Noah pulang bersamaku, bagaimana jika aku bertemu dengannya dan ia mengenali Noah sebagai putranya. Aku tak mau ia merebut Noah dariku,” pikir Yonna Khawatir.
Noah kecil sangat mirip sekali dengan Daddy-nya. Hanya melihatnya sekilas mereka bagai pinang dibelah dua dalam versi beda usia. Yonna bahkan merasa Tuhan tak adil padanya, Ia yang mengandung bocah itu selama tujuh bulan dan ia juga yang membesarkannya hingga menjadi bocah pintar dan banyak tanya. Tetapi kenapa tak ada yang mirip dengannya kecuali senyumannya saja.
Waktu berlalu begitu cepat, taksi kini sudah memasuki halaman rumah. Yonna turun dari taksi dan membayar ongkosnya. Ia juga dibantu oleh supir taksi untuk mengeluarkan koper yang ia bawa.
Yonna berdiri dan menatap rumah yang kini ada di hadapannya dengan perasaan sedih. Lima tahun ia meninggalkan rumah itu, janji yang ia katakana akan pulang setiap tahun hanya menjadi janji yang menguap begitu saja.
Rasa rindu kini kian membuncah di dadanya, tak ia hiraukan rasa takut saat mendapati kedua orang tuanya yang pasti akan marah besar padanya nanti, karena ia pulang sendiri tanpa membawa cucu mereka. Yonna tak tahu apa keputusan yang ia ambil saat ini sudah benar atau tidak.
Langkah kaki itu semakin mendekat, ia memencet bel yang ada di samping pintu dan menunggu hingga pintu itu terbuka layaknya seorang tamu.
Hingga kedua pintu dari kayu yang kokoh itu terbuka. Menampilkan perempuan tua yang sebagian rambutnya telah memutih dimakan usia. Keriput di matanya tampak jelas kentara. Mata Yonna menghangat melihat wanita tua di hadapannya saat ini.
“Maaf anda siapa dan mau cari siapa?” tanya Maya lembut. Ia memindai wanita cantik yang ada di hadapannya kini dari ujung kaki hingga ujung kepala.
Maya merasa familiar dengan wajah wanita yang ada di hadapannya itu. Hanya saja melihat tubuhnya yang berkali-kali lipat berbeda, membuat Maya ragu apa benar wanita cantik itu adalah seseorang yang selama ini ia rindukan.
“Apa Mama tak mau memelukku?” ujar Yonna menahan air matanya yang sudah mendesak untuk terjatuh di pipi.
Mata Maya melebar dengan sempurna mendengar suara yang begitu ia hafal diluar kepala. Matanya mulai berkaca-kaca dengan ekspresi takjub tak percaya. Ia kembali memindai tubuh Yonna, berpikir apa yang ia lihat hanyalah khayalannya belaka.
“Alice, itu kamu, Nak? Ini benar kamu, ya Tuhan …,” Maya tak mampu melanjutkan ucapannya.
Maya langsung menghambur ke tubuh ramping itu dan membawanya ke dalam pelukannya yang hangat. Cinta seorang ibu yang tak pernah putus pada anak-anaknya walau dalam keadaan apa pun.
Maya begitu bahagia, hingga bulir-bulir Kristal itu mengalir dengan deras, berlomba-lomba untuk turun membasahi pipi.
Dua wanita beda generasi itu hanyut dalam perasaan di depan pintu hingga tak menyadari ada mobil hitam yang terparkir di depan sana, seorang lelaki berkaca mata hitam memperhatikan setiap gerak-gerik mereka.
~bersambung~
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 108 Episodes
Comments
Ratu Fadira
thor gak konsen ya, itu kan anakmya bara bkn anaknya gavin
2024-05-05
1
Intan IbunyaAzam
knp hrus ga in sich,knp GK bara aj yg Dy tabrak emmm
2023-10-23
1
Apa Omong Kau
akhh,,Thor gk konsen nihh anak bara kok di bilang anak nya si Gavin tukang selingkuh sihh
2023-10-11
2