Lima tahun waktu yang Alice habiskan di Jerman dalam keadaan terpuruk dengan identitas baru telah ia lewati begitu saja. Hadirnya putra kecil yang tampan penyemangat hari-harinya membuat ia lupa akan siapa dirinya sebenarnya dan penderitaan apa saja yang telah ia lewati.
Bahkan kini ia sudah menikmati perannya sebagai singgle parent yang membesarkan seorang putra. Walau ia harus merahasiakan siapa Ayah dari anaknya yang sebenarnya.
Awal-awal kelahiran putra yang ia beri nama Noah cukup membuatnya kewalahan. Bocah itu lahir prematur karena kondisi fisiknya yang drop. Untung saja bocah lelaki kecil itu mampu bertahan dan kini tumbuh menjadi anak yang pintar serta cerdas. Selama empat tahun lebih, ia berhasil menjadi Ibu sekaligus Ayah untuk anaknya.
Ia mengubur dalam-dalam kenangan masa lalunya, kini ia hidup dengan nama baru dan juga penampilan baru. Penampilan yang mungkin membuat orang yang mengenalnya tak akan menyangka, jika dirinya adalah gadis gendut yang dicampakkan suaminya sendiri karena tidak menarik.
Yonna sempat berpikir ia akan hidup bahagia berdua saja denagn putranya di Negara itu, namun takdir berkata lain. Robert yang sudah semakin tua kini mulai sakit-sakitan, pria tua itu baru saja menelpon Yonna dan memintanya untuk kembali ke rumah. Dengan hati yang gelisah, ia terpaku di bawah pohon marple yang menjadi tempat Favoritnya kala ada masalah.
Haruskah ia pulang ke Indonesia sekarang? Lalu bagaimana dengan Noah? Bagaimana jika ia bertemu lagi dengan salah satu keluarga Apsara? Pertanyaan-pertanyaan itu hadir di kepalanya membuat ia gelisah.
Keningnya berkerut melihat lelaki kecil yang berlari mendekat padanya dengan wajah yang sangat sedih. Noah tadi bermain dengan temannya yang tinggal di sebelah rumah, lalu pulang lebih cepat dari yang Yonna kira.
“Are you oke? Apa ada yang mengganggumu?” tanya Yonna. Ia mengusap air mata yang mengalir di pipi mulus anaknya.
Tak biasanya bocah lelakinya pulang dalam keadaan menangis, yonna sempat khawatir dan memeriksa setiap bagian tubuh putranya. Kalau-kalau anaknya habis terjatuh dan mengalami luka yang membuat ia sakit. Akan tetapi tak ada sama sekali.
“Mommy, where’s Daddy? Kenapa aku tidak pernah melihat Daddy seperti temanku yang Daddy-nya setiap hari pulang ke rumah?”
Degh!
Dada Yonna seakan berdentum kuat dengan rasa nyeri yang mencubit hatinya. Untuk pertama kalinya bibir kecil itu bertanya hal itu padanya. Mata coklat milik Noah mengerjap-ngerjap menatapnya dengan rasa ingin tahu.
Yonna bungkam dengan mata yang berkaca-kaca, ini kali pertanya bibir kecil anaknya bertanya akan sesuatu yang begitu sulit untuk ia jelaskan.
“Mom, jawab!” desak Noah karena tak kunjung mendapatkan jawaban. Yonna mengusap kepala putranya dengan sayang, lalu mendekatkan bibirnya untuk mengecup kening putranya penuh kasih. Ia meraih tubuh kecil itu ke dalam pelukannya.
“Daddy sudah tidak ada, ia sudah tenang dan bahagia bersama Tuhan di surga, Sayang!”
Bulir bening dari pelupuk Mata wanita berambut panjang itu meluncur bersamaan dengan kebohongan yang ia ucapkan. Yonna sudah menpersiapkan hari ini, hari di mana putranya akan bertanya tentang ayahnya. Namun saat mendengarnya sendiri dari bibir anaknya, rasa sedih yang ia rasakan tak mampu ia bendung.
“Maaf kan Mommy, Sayang. Maaf jika Mommy harus membohongimu,” batin Yonna pilu. Hatinya semakin pilu melihat wajah putranya menunduk sedih dengan air mata yang juga menetes.
“Jadi yang dikatakan Brian benar, aku tidak punya Daddy lagi,” bibir kecil itu mulai terisak.
Yonna memeluk putranya, membiarkan bocah kecil itu menangis di dalam dekapannya. Pohon marple dengan daun yang kemerahan gugur sebagai saksi betapa kejamnya takdir yang harus mereka lalui.
Yonna bisa saja mengatakan pada putranya, siapa ayahnya yang sebenarnya. Hanya saja ia tak ingin putranya merasakan sakit menjadi seseorang yang tidak diinginkan kehadirannya seperti yang dia rasakan dulu, menganggap orang itu tidak ada mungkin jauh lebih baik menurutnya.
Yonna pikir, bisa saja di tempat yang jauh di sana, lelaki yang seharusnya Noah panggil dengan sebutan Daddy sedang hidup bahagia dengan keluarga kecilnya.
Malam harinya Yonna duduk di pinggir ranjang sembari mengepak pakaian miliknya dengan perasaan yang begitu bimbang. Pandangan mata yang kosong membuat wanita berambut panjang bergelombang itu tak menyadari kehadiran Bianca yang kini berdiri di sampingnya.
“Ada apa denganmu? Kenapa baju yang sudah kau lipat justru kau lempar ke lantai?” suara Bianca membuyarkan lamunan Yonna. Sontak Ibu satu anak itu melihat tumpukan pakaian yang seharusnya ia masukkan ke dalam koper justru berakhir di lantai seperti yang dikatakan saudaranya.
“Astaga, kenapa baju-baju itu jatuh ke bawah?” serunya yang di balas gelengan kepala oleh Bianca.
Wanita yang tengah hamil 4 bulan itu, kini beralih duduk di hadapan Yonna dengan koper sebagai pembatas di antara mereka. Bianca mengusap perutnya seraya menaikkan satu alisnya melihat Yonna mengumpulkan pakaiannya kembali dan meletakkannya ke atas ranjang . Ia mulai melipat ulang dan menyusunnya kembali ke dalam koper.
“Apa yang membuatmu tak fokus seperti itu?”
“Noah,” jawab Yonna singkat.
“Jangan khawatir soal anakmu, kami akan merawatnya dengan baik. Di sini tak hanya ada aku, tapi ada Mama, Papa dan Ed yang akan menjaga anakmu dengan baik. Kau cukup fokus saja dengan kesembuhan Papamu!” balas wanita yang dulu tomboy namun kini telah berubah menjadi wanita yang begitu keibuan.
Rambut pendek sebahu dengan dress bunga-bunga yang menutupi perut buncitnya, terlihat manis sekali.
Bianca bertemu tambatan hatinya satu tahun yang lalu. Hanya butuh beberapa bulan untuknya memantapkan hati dan berakhir pada jenjang pernikahan. Kini mereka berdua sedang berbahagia menunggu kehadiran anak pertama mereka. Kemesraan mereka berdua terkadang membuat Yonna iri.
Yonna menghela napas berat. Ia kembali teringat tentang ucapan putranya siang tadi yang terus saja mengusik hatinya.
“Bukan masalah itu tapi tadi siang Noah bertanya tentang di mana Daddynya. Kenapa temannya memiliki Daddy yang setiap hari pulang ke rumah, sedangkan dia tidak.” Mata Yonna kini kembali berkaca-kaca.
“Terus kamu bilang apa?”
“Aku bilang Daddynya sudah ada di syurga!” jawab Yonna. Bulir kristal itu meluncur kembali melintasi pipinya. Ia tak ingin menangis, namun hatinya yang rapuh tak mampu menahannya.
“Ia bukan anak kecil lagi, ia bocah yang cerdas. Lalu apa tanggapan Noah saat kau mengatakan itu?”
“Ia menangis dengan raut wajah yang kecewa. Hatiku hancur melihat air matanya, tetapi apa yang bisa aku lakukan? Apa aku harus mengatakan padanya siapa ayahnya yang sebenarnya? Sedangkan pria itu saja tak mengetahui kehadiran anaknya di dunia ini. Jika dia tahu, apa dia mau menerima Noah? Aku bingung Bianca, aku tak sanggup melihat kesedihan putraku itu!” lirih Yonna dengan wajah sendu.
Bianca paham apa yang dirasakan Yonna saat ini. Ia hanya ingin berusaha melindungi putranya dari rasa sakit. Tanpa Yonna sadari, dirinya justru mengahadirkan rasa sakit yang baru untuk putra kecilnya itu.
Bianca memeluk tubuh Yonna, memberikan ketennagan untuk wanita itu, karena ia pun bingung harus berkomentar seperti apa. Hanya doa yang mampu wanita hamil itu panjatkan agar Tuhan segera mengganti penderitaannya dengan kebahagiaan.
~Bersambung~
Jangan lupa follow akunku, like, subscribe. Jika bersedia boleh tinggalkan komen kalian atas cerita ini sebagai dukungan aku untuk terus berkarya, terima kasih ^~^
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 108 Episodes
Comments
Dwi Setyaningrum
Lo katanya bara sempat mau bertanggungjawab d sempat ketemu dijerman tp youna menolak trus itu gmn coba yg perlu disalahkan siapa🤔🤔
2024-02-02
1
Intan IbunyaAzam
terlalu egois Yona baiknya katakan saja, diterima atw tidak it urusan belakang,SMA aj qm merusak mental ankmu
2023-10-23
0
b.tyagust🤩
coba bara dl tahu kl alice hamil krn perbuatannya psti bara mau tgg jwb krn bara gk sprt gabin eh gavin😅
2023-09-26
1