Bara yang pusing dan tertekan menjadi lebih banyak menghabiskan waktunya untuk bekerja. Tepat pukul 1 malam ia baru sampai di rumah. Langkah kaki malas itu masuk dan berhenti pada mini bar yang ada di sudut ruangan yang menghadap pintu kaca dan menatap langsung ke kolam berenang sebagai view.
Pria itu mengambil gelas bertangkai miliknya yang terisi penuh dengan anggur merah. Lalu beranjak menunju kolam renang yang berkilau diterpa lampu, bayangan bintang di langit seakan begitu mudah ia gapai.
Bibir yang bersih dari kumis itu menyesap anggur sedikit demi sedikit. Entah apa yang ia pikirkan, yang jelas malam ini ia merasakan kegelisahan hati. Tangan kanannya mulai bergerak melepas tiga kancing kemeja bagian atas, lehernya terasa tercekik hingga sulit untuk bernapas.
Gisella yang turun ke dapur hendak mengambil minum, melihat Bara berdiri di dekat kolam renang laju membelokkan langkah kakinya. Senyum simpul terukir di bibir wanita itu. Dengan menaikkan sedikit dadanya dan membuka sedikit baju tidur tipis yang ia kenakan. Ia mulai mendekati sang Kakak Ipar yang tampan.
Semenjak putranya lahir, Gavin mulai cuek dan tak memperdulikannya. Lelaki itu mulai sibuk sendiri dan jarang pulang ke rumah seperti malam ini. Gisella merasa kesepian, ditambah akhir-akhir ini mereka kerap bertengkar. Tentu wanita itu sedikit panik, ia tak mau sampai mereka berdua bercerai dan ia kehilangan kemewahan sebagai menantu keluarga Apsara.
"Aku tak menyangka ternyata lelaki ini jauh lebih tampan dari Gavin dan juga lebih mapan dalam hal finansial. Kenapa dulu aku tak menggoda dia saja? Kenapa Gavin, lelaki payah itu?" batin Gisella. Ia memandang takjub Bara dari belakang.
"Kenapa malam-malam begini sendirian di pinggir kolam, Kak?" sapa Gisella dengan nada manja. Sontak Bara berbalik, sebelah alisnya terangkat melihat tampilan adik iparnya yang sedikit menggoda.
Di balik terpaan lampu dan sinar bulan, baju yang ia kenakan menjadi menerawang. Menonjolkan aset-aset beharga dengan sangat jelas.
"Aku sedang tidak ingin diganggu jadi silakan kamu pergi!" ketus Bara dengan wajahnya yang datar. Pria itu tak pernah tertarik dengan barang bekas pakai dan murahan.
Bara kembali berbalik menatap kolam renang, anggur yang sedari tadi di tangannya mulai ia nikmati kembali hingga kini sisa sekali tegukan saja.
"Sok jual mahal sekali, aku tak yakin diusianya yang sudah sangat matang itu, ia tak membutuhkan tempat untuk menyalurkan hasrat kelelakiannya. Coba kita lihat, apakah dia mampu menghindar dariku!" bisik hati Gisella dengan licik. Seringai kecil di bibirnya pun terbit.
Dengan berani wanita itu memeluknya dari belakang dengan erat sembari mengusap-usap dada Bara dengan gerakan yang begitu sensual. Bara yang mendapatkan perlakuan tiba-tiba tentu saja tersentak kaget.
"Kak, aku tahu kamu kesepian. Aku juga merasakan kesepian yang kamu rasakan. Aku menyukaimu, Kak. Jika kamu mau malam ini aku bisa menjadi milikmu seorang!" goda Gisella. Suaranya yang lembut dan manja menggoda menggelitik pendengaran Bara.
Lelaki itu bukannya terang-sang ia justru merasa jijik dengan wanita yang begitu murahan seperti adik iparnya ini. Tangan Bara melepaskan tangan Gisell yang memeluknya dengan erat dari belakang. Setelah pelukan itu terlepas, Bara mencengkram kedua pipi wanita berdandan sedikit menor itu dengan tangan kanannya.
Gisella meringis merasakan nyeri di pipinya. Bara menghujamkan tatapan tepat ke dalam dua bola mata wanita itu.
"Jangan pernah menyentuhku! Aku tidak tertarik dengan barang bekas sepertimu! Dasar wanita murahan!" ucap Bara tajam. Bukannya takut, Gisella justru tersenyum. Ia menghempaskan tangan Bara agar terlepas dari wajahnya.
"Tidak tertarik atau memang kau yang tak mampu! Aku malah tidak yakin sesuatu yang berada di balik celana itu mampu berdiri dengan sempurna! Apa kamu impoten, Kak?" balas Gisella merendahkan. Ia memindai tubuh Bara dari atas hingga ke bawah dan berakhir pada pusat intinya yang terbungkus celana hitam panjang itu.
Rahang pria itu mengetat, apa yang dikatakan Gisella adalah penghinaan untuknya. Gisella tersenyum simpul, kini ia melepaskan satu tali spageti gaun tidurnya, hingga membuat satu *********** terekspos dan hampir keluar seluruhnya. Ia kembali menggoda Bara dan ingin merasakan tubuh pria itu bergerak liar di atasnya.
Buah dada padat dan sintal dengan ukuran cukup besar itu, biasanya cukup membangkitkan libido pria yang ia goda. Gisella berharap lelaki yang ada di hadapannya ini tunduk di atas tubuhnya. Hingga mereka berdua menghabiskan malam yang panjang bersama. Dua pewaris keluarga Apsara dalam genggaman membuat posisinya tak akan tergoyahkan di keluarga itu.
Langkah kaki wanita itu mulai mendekat. Bara menenggak sisa anggur yang ada di gelasnya dan melemparkan gelas itu ke dalam kolam dengan kesal. Saat Gisella hendak menyentuh bagian intinya, pria itu lebih dulu menahan tangan wanita itu dan mendorongnya ke dalam kolam.
Byurr!
Air terciprat ke pakaian yang Bara kenakan. Gisella yang telah masuk ke dalam air kini muncul kembali ke permukaan dengan wajah yang berantakan karena sebagian make up yang ia kenakan luntur.
"Brengsek! Apa yang kau lakukan padaku! Sialan!" umpat wanita itu dengan kencang. Bara hanya menatap santai sembari melipat kedua tangannya ke dada.
"Aku peringatkan kamu sekali lagi, jangan pernah mencoba menggoda apalagi menyentuhku! Aku tak sudi disentuh wanita murahan sepertimu. Aku terkadang kasihan dengan Gavin, bagaimana ia bisa membuang istri sahnya hanya untuk wanita rendahan sepertimu!" hina Bara. Lelaki itu pun langsung berbalik pergi setelah mengucapkan kalimat yang menyakitkan.
"Arhhkkkk, sial! Dasar lelaki gila! Pantas saja tak ada yang mau dengannya, selain sikapnya yang dingin. Apa yang dikatakan orang diluaran sana benar, ia lelaki impoten! Sialan! Sialan!" maki Gisella memecah kesunyian malam.
Tangannya ia pukul-pukul ke air itu sebagai pelampiasan hatinya yang kesal karena mendapatkan penolakan dan harus merasakan dinginnya air kolam.
Gisella berjalan perlahan menaiki tangga pinggir kolam dengan bibir yang bergemerutuk karena menggigil. Tubuhnya terasa begitu dingin hingga gemetaran.
Bara masuk ke dalam kamarnya dengan hati yang sama dongkolnya. Ia tahu Gisella suka mencuri-curi kesempatan untuk menggodanya. Namun kali ini Bara tak menyangka jika wanita itu bisa melakukan tindakan segila itu, begitu murahan hingga membuat Bara begitu jijik.
Bara melepas pakaiannya dengan cepat dan menghempaskan dengan kasar pada keranjang yang ada di dekat pintu kamar mandi.
Langkah kaki pria itu masuk dan menghidupkan shower, air hangat yang jatuh menerpa kulit kepalanya bagai pijitan pelan di kepala. Bara tidak punya kelainan hingga asetnya tak mampu berperang, hanya saja ia tak suka wanita murahan. Ia juga tak mengerti kenapa tak ada satu pun wanita yang membuatnya tertarik, kecuali satu wanita.
"Ke mana aku harus mencari wanita dalam waktu lima bulan?" Bara kembali teringat ancaman Jelita yang kini kembali membuatnya pusing.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 108 Episodes
Comments
Nikala
mampus lo! kalo situ air mendidih, dorong aja bar😭😭😭 ikhlas pisan teh😭🙏🏻
2024-01-01
0
Nikala
paku sama boneka Voodoo! cepat!
2024-01-01
0
Nikala
ingin gueh basmi banget cewek modelan kek gini hih, geramnyeeee
2024-01-01
0