Hujan turun dengan derasnya disertai gemuruh yang mengedor-gedor langit seakan menumpahkan amarahnya. Langit seakan dapat merasakan kesedihan yang dirasakan Alice.
Wanita itu turun dari taksi online dalam keadaan mabuk berat. Langkah kakinya sempoyongan memasuki kediaman keluarga Apsara, sesekali terjatuh dan tertawa.
Setelah memergoki suaminya yang berselingkuh untuk kesekian kalinya, Alice pergi ke bar meluapkan semua rasa sedihnya dengan menenggak beberapa gelas minuman beralkohol.
Ini kedua kalinya wanita bertubuh tambun itu melakukan hal bodoh itu. Pertama, karena patah hati melihat suaminya kedapatan berjalan dengan mesra bersama model cantik yang lelaki itu akui sebagai kekasihnya.
Sekarang pria itu justru ingin menikah lagi dengan perempuan lain dan mengabaikan perasaannya sebagai seorang istri. Alice tak terima tapi dirinya juga tak ingin berganti status dari seorang istri menjadi seorang janda.
Janda perawan yang mendengarnya saja membuat Alice malu. Sebegitu jelekkah dirinya? Apakah orang gendut tak boleh dicintai?
"Astagfirullah al'azim, Non Alice. Anda kenapa bisa mabuk seperti ini lagi, Non. Apa Tuan Gavin menyakiti Non Alice lagi?"
Satpam yang baru datang dari belakang rumah menatap Alice iba. Alice berdiri di teras dengan kondisi basah kuyup dan setengah sadar.
Pria berumur 37 tahun itu tahu apa yang dialami wanita ini dalam rumah tangganya. Satpam ini jugalah yang membantu Alice ke kamarnya. Ketika mabuk dulu dan menyembunyikan peristiwa itu rapat-rapat agar wanita muda ini tak malu pada keluarga mertuanya.
"Dia mengkhianati aku lagi, Pak Iman. Bahkan dia akan menikahi wanita lain. Apa aku seburuk itu, Pak? Hingga suamiku sendiri jijik padaku. Apa aku tak patut untuk dicintai? Padahal aku sudah berusaha menjadi istri yang baik, hik hik!" racau Alice meluapkan apa yang ada di hatinya saat ini. Isak tangisnya semakin membuat Pak Iman sedih.
Pak Iman memiliki dua orang putri di kampung yang mulai beranjak dewasa, kebayang jika putrinya menikah nanti mendapatkan perlakuan buruk dari suaminya seperti yang dialami Alice saat ini.
Membayangkannya saja hati Pak Iman sudah berdenyut nyeri. Begitupun dengan orang tua Alice. Tapi lelaki tua itu tak dapat berkata dan membantunya, dia hanya orang luar yang tak memiliki hak untuk ikut campur.
"Sabar, Non ... sabar! Nanti juga Tuan Gavin sadar dengan kesalahannya dan menyesali apa yang sudah dia perbuat pada Non Alice. Sekarang Non Alice masuk ke kamar dulu, ya! Nanti masuk angin kalau basah kuyup begini!" ajak Pak Iman.
Baru saja ingin beranjak, pintu rumah besar itu pun terbuka. Pak Iman terkejut melihat siapa yang ada di balik pintu tersebut.
"Ada apa dengannya? Kenapa kondisinya berantakan begitu? Apa tak sadar umurnya yang sudah tua, tapi masih main hujan-hujanan seperti bocah saja!" cibir lelaki tinggi putih dengan binar mata yang dingin.
Tubuhnya yang berotot sebagai tanda kalau ia rajin menjaga pola makannya dan berolah raga.
Bara Alwan Apsara putra tertua dari pasangan Imanuel dan Jenita Apsara. Seorang pengacara handal yang memiliki segudang prestasi. Namun masih betah menyendiri di usianya yang sudah menginjak 28 tahun.
"Non Alice mabuk Tuan. Sepertinya dia sedang sedih, saya akan mengantarnya ke kamarnya segera," jelas Pak Iman gugup.
Tatapan mata Bara yang tajam membuat siapa pun lawan bicaranya menjadi tak berkutik. Wajahnya tampan bahkan lebih tampan dari pada adiknya Gavin. Sudut mata yang tajam ditambah rahang yang tegas menambah aura tak biasa pada dirinya.
Bara menaikkan satu alisnya, ia menahan lengan Pak Iman, menghentikan langkah kaki pria tua itu untuk merangkul tubuh Alice. Tubuh tuanya tak kuat jika harus membopong wanita tersebut
"Nggak ... aku nggak mabuk kok. Aku hanya minum sedikiiiittt saja. Aku juga tidak nakal, tapi Kak Gavin yang jahat padaku! Disini rasanya sakit sekali!" racau Alice kembali dengan nada manja.
Alice memukuli dadanya beberapa kali tanpa sadar. Meluapkan segala kekesalan hatinya. Air mata terus mengalir di pipi gadis itu, sebagai bentuk rasa kecewa yang tak dapat dia ungkapkan.
"Biar aku yang urus, Pak Iman kembali ke pos jaga saja!" titah Bara. Ia mengambil alih tubuh adik iparnya.
"Baik Tuan." Lelaki tua itu mengangguk sopan seraya pergi menuruti keinginan Tuannya.
"Kak Gavin brengsek, mata keranjang, lelaki tak setia. Apa aku begitu buruknya hingga kamu menghinaku seperti ini. Jika tak mencintaiku, kenapa dulu menikahiku?" gumam Alice mulai lemah, ia bersandar di dada bidang Bara.
Kaos hitam yang dikenakan pria itu pun ikut basah karena tertempel baju Alice yang sudah basah kuyup.
"Dasar wanita bodoh!" ejeknya sambil membawa Alice masuk. Tak lupa menutup pintu.
"Untung Mama dan Papa tak ada di rumah. Jika tidak, rumah ini akan heboh karena menantu kesayangan mereka pulang dalam kondisi seperti kucing terlempar ke sungai. Menyedihkan sekali. Mana berat lagi!" Gerutu Bara geram.
"Kenapa perempuan terlalu mudah patah hati hanya perkara cinta. Sudah tahu Gavin tak setia, tapi masih saja dimaafkan dan kembali lagi padanya. Bego!" Bara mulai mengomeli wanita yang ia papah.
^^^^^^^^
Alice terbangun dari tidurnya saat cahaya matahari masuk menembus gorden kamar menerpa wajahnya. Kepalanya terasa begitu berat. Alice menoleh ke ke kiri, ia langsung bangkit saat menyadari ada lelaki lain yang tidur di atas ranjang bersamanya.
Tubuhnya menegang seketika melihat wajah pria yang ada di sebelahnya itu. Ia terdiam, mencoba mengingat kembali kejadian yang terjadi semalam.
Alice ingat semalam pria itu mengantarkan dia yang mabuk hingga ke kamar. Karena lelah dan letih membopong tubuhnya yang berat dari lantai bawah hingga ke kamarnya di lantai dua. Membuat Bara kehausan dan tanpa izin ataupun bertanya, lelaki itu pun meminum air pada teko kecil yang terletak di atas nakas sebelah ranjangnya.
Air putih yang sengaja Alice campur aphrodisiac dua hari yang lalu untuk menjebak suaminya. Namun sayang, selama dua hari itu Gavin yang datang tak kunjung meminumnya. Walau Alice sudah mencoba untuk menawarkannya. Bodohnya lagi, Alice lupa untuk menyingkirkan minuman itu setelah rencananya gagal.
Setelah gai-rah yang memuncak disertai udara dingin serta guyuran hujan. Kondisinya yang mabuk pun menjadi salah satu alasan terjadinya apa yang seharusnya tak terjadi semalam.
Mereka berdua tidur dalam keadaan polos tanpa sehelai benang pun. Tubuhnya yang pegal serta perih di pusat inti cukup menjelaskan pada Alice apa yang telah terjadi semalam.
Pergulatan panas itu nyata, bukan hanya khayalan ataupun ilusinya semata. Wajah Alice memerah. Di tambah potongan-potongan ingatan yang muncul di kepala membuatnya menyadari satu hal. Kegadisannya telah hilang pada lelaki yang kini berada di samping.
Alice menunduk menatap nanar tubuhnya dan mengeratkan selimut yang menutupi tubuh polosnya. Matanya melebar mendapati banyaknya hickey di atas dada. Ia bingung harus bereaksi seperti apa?
Menangis atau tertawa, saat suaminya sendiri jijik menyentuhnya. Dia justru berakhir dalam dekapan lelaki yang tak pernah bisa dia tebak hati dan pikirannya.
Pria di samping Alice terbangun karena gerakan yang disebabkan olehnya. Mata mereka berdua bertemu pandang dan terdiam untuk sesaat.
"Apa yang kau berikan di dalam minuman itu?"
Degh.
Alice menelan ludah, tatapan tajam pria itu membuat bibirnya kelu. Dia bingung harus mengatakan apa pada pria itu. Satu sisi malu, di sisi lain seharunya dialah yang dirugikan dalam hal ini.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 108 Episodes
Comments
Lady Pam
37 masih tergolong muda siih
2023-10-28
0
Intan IbunyaAzam
wah bkal nyesel nie Gavin Krn Alice JD keknya SMA bara heeee
2023-10-23
0
Muh. Yahya Adiputra
huufft
..
malah berakhir dengan kakak ipar sendiri 😪😪😪
2023-10-13
0