“Aku berhenti didepan saja. Terima kasih, Roy dan Emilia.
Maaf kalau aku sudah mengganggu kalian.” Ucap Netta sebelum turun di tempat
yang ditunjukkan olehnya.
“Hati-hati dijalan, Net. Kamu yakin kamu tidak apa-apa
sendirian kan? Langit menjelang malam, kamu cepat pulang ya.” Ucap Emilia
sambil tersenyum lebar.
“Baiklah, sampai bertemu kembali. Hati-hati menyetirnya,
Roy,” Ucap Netta pada sang pengemudi.
“Okay, sampai bertemu kembali juga.” Roy melambaikan
tangannya pada wanita yang sudah berada di luar mobilnya.
Mobil yang dikendarai Roy pun kembali melaju menyusuri kota
Jakarta di jam kemacetan yang super parah seperti biasa ini. Emilia bisa
melihat seringai sinis Netta dari balik kaca spion mobil. Emilia juga
menyeringai sinis. “Kamu akan mendapatkan apa yang kamu inginkan tidak lama lagi.”
Gumam Emilia dalam hati.
Sejenak Emilia melihat pria yang duduk disebelahnya. Roy yang
mengetahui kalau calon istrinya sedang menatapnya, tersenyum cerah dan tangan kirinya
hampir saja ingin mengusap pipi Emilia yang menggemaskan. Namun, Emilia berkelit
hingga jari Roy tidak bisa menyentuh pipi calon istrinya. Meskipun Emilia tidak
memiliki kulit putih bersinar, namun kulit ciri khas wanita Indonesianya
menjadi daya tarik tersendiri bagi siapapun yang melihatnya. Sebenarnya, bukan
hanya kecantikan Emilia saja yang memikat hati Roy dan mengubah pendiriannya dari
menolak Emilia menjadi menerimanya sepenuh hati untuk menjadi istrinya. Tapi,
juga prinsip Emilia yang menolak berhubungan intim sebelum sah menjadi suami
istri. Bahkan, sejak pertama mereka bertemu sampai sekarang, Emilia selalu
menolak untuk dicium oleh pria yang memiliki profesi sebagai pegawai
pemerintahan yang memegang jabatan penting di instansi tempat dia bekerja
sekarang.
“Sayang, setelah kita menikah nanti, kamu sudah berjanji
untuk menjadi ibu rumah tangga sepenuhnya. Aku sebagai suami kamu yang akan
membiayai semua kebutuhan kamu jadi kamu tidak perlu khawatir kekurangan
meskipun kamu sudah tidak bekerja lagi.” Roy mengingatkan sekali lagi akan
janji Emilia untuk berhenti bekerja jika mereka telah menikah nanti. Emilia tersenyum
tipis mendengarnya.
“Janji kamu untuk membiayai semua kebutuhanku itu tidak pernah
kamu penuhi, sejak hari pertama kita menikah. Bahkan, kamu langsung
memperlakukan aku seperti budak **** dan pembantu di rumahku sendiri.” Gumam
Emilia dalam hati. Dalam ingatannya di masa depan, Emilia dan Roy tinggal
dirumah nenek Emilia setelah mereka menikah. Roy membuat hidup Emilia seperti
dalam neraka. Pada awalnya Emilia menerima semuanya dengan penuh kerelaan
karena dia menganggap kalau itu yang memang harus dia lakukan sebagai seorang istri
yang baik. Namun, peran ibu mertuanya yang ikut campur urusan rumah tangganya,
membuat hidup Emilia seperti antara hidup dan mati. Dan lebih sialnya lagi,
Emilia menerima semua perlakuan buruk itu selama sepuluh tahun lamanya, tanpa
membantah.
“Kita sudah sampai.” Akhirnya, rumah yang akan menjadi awal
dari segala penderitaan Emilia di masa depan pun tampak didepan mata. Disinilah
semua penyesalan yang akan Emilia alami nantinya jika menikah dengan Roy. Semua
pengorbanannya sia-sia dan tidak dihargai oleh siapapun.
“Selamat datang, calon pengantin. Kami senang sekali
akhirnya kalian bisa datang bersama-sama kerumah ini.” Sonia, calon ibu
mertuanya masih tampak sama seperti dulu. Hanya saja, rambutnya masih sedikit
lebih panjang dari ingatan Emilia di masa depan. Emilia berusaha memberikan
senyum ramahnya.
“Nak Emilia sudah datang. Ayo, lekas masuk. Kami sudah lama
menunggu kalian.” Arka, calon ayah mertua Emilia yang sangat menyayangi dan
membantu Emilia di masa depan, tampak masih sehat dan bugar. Kelak sepuluh tahun
kemudian, kesehatan Arka akan memburuk karena Sonia tidak mengurus suaminya
dengan baik. Yang dilakukan Sonia hanyalah bersenang-senang dengan teman
sosialitanya dan yang lebih gilanya lagi, Emilia pernah memergoki Sonia masuk ke
kamar hotel dengan seorang lelaki yang lebih muda, ketika Emilia ingin menemui
salah satu temannya yang bekerja di hotel itu.
Emilia membalas sapaan Arka dengan senyum ramahnya. Mereka berempat
pun menuju ruang tamu dan menempati sofa yang ada di tengah-tengah ruangan.
“Ini pertama kalinya kalian datang kerumah bersama-sama. Ibu
senang akhirnya Roy menemukan wanita yang tepat untuk dijadikan istri. Ayah dan
ibu berharap, pernikahan kalian akan langgeng dan bahagia selalu selamanya.” Ucap
Sonia dengan senyuman dan kata-kata manisnya. Emilia tahu kalau Sonia
berpura-pura bersikap baik karena suaminya mengancam akan membekukan kartu
kredit dan menghentikan semua aktivitas istrinya di luar jika tidak bersikap
manis pada Emilia. Satu yang masih menjadi misteri buat Emilia adalah sikap
ayah mertuanya yang terlalu baik padanya, apakah ada sesuatu dibalik itu? Itu
yang tidak diketahui Emilia dari dulu.
“Ayah juga senang mengetahui kalau calon istri Roy adalah
Emilia. Ayah sudah mengenal kedua orangtua Emilia dengan baik sejak lama. Mereka
orang yang sangat baik. Andaikan waktu bisa berputar kembali, saat ini saya
pasti tidak akan bisa ada disini. Dan, Roy tidak akan pernah dilahirkan.” Ucapan
Arka membuat sepasang mata Emilia membelalak lebar, begitu juga Roy dan Sonia.
“Suamiku, jangan pernah katakan itu lagi. Itu semua sudah
takdir. Tidak ada yang bisa menolak takdir dari Tuhan.” Sonia menjawab perkataan
suaminya. Tapi tidak dengan Emilia yang langsung tertunduk lemah.
“Jadi, apakah ini sebabnya ayahnya Roy bersikap baik padaku
karena alasan hutang budi? Apakah ada yang terlewat dari ingatan masa depanku? Percakapan
seperti ini tidak terjadi sebelumnya. Kami hanya duduk-duduk berbicara singkat
dan langsung makan malam. Apakah ada pemicunya sehingga ada kejadian yang berubah?”
Gumam Emilia dalam hati.
“Lia, Lia, apa yang kamu pikirkan?” Roy menepuk bahu Emilia
yang tenggelam dalam lamunannya. “Aku memanggilmu berkali-kali tapi kamu tidak
menjawabku.” Ucap Roy lagi.
“Aahh, ah, maafkan aku. Aku hanya …”
“Sudah aku katakan, suamiku. Jangan pernah membuka luka lama
itu kembali. Yang sudah pergi tidak akan bisa kembali lagi. Yang kita harus
pikirkan sekarang adalah masa depan.” Ucap Sonia dengan suara tegas dan
lantang.
“Benar, masa depan! Aku tidak akan mengulangi kesalahan yang
sama di masa depan. Aku harus menghentikan semuanya dari sekarang.” Emilia
kembali sadar dengan tujuan semula. Dia menghembuskan napas dengan senyum
kembali lebar.
"Tidak apa-apa, bu. Ayah, terima kasih atas ucapan
ayah. Aku yakin kedua orangtuaku tidak menyesal melakukan itu dan mereka sudah
tenang sekarang di surga. Aku sudah dewasa jadi aku tidak akan meratapi lagi
seperti waktu masih kecil.” Jawab Emilia dengan penuh ketegasan.
“Betapa beruntungnya mereka memiliki anak seperti kamu, Emilia.
Meskipun kamu perempuan tapi kamu sangat tangguh dan mandiri. Aku dengar dari
nenek kamu kalau kamu tidak pernah membawa pria manapun kerumah jadi kami yakin
kalau kamu tidak punya kekasih. Untuk itulah kami menyetujui pernikahan kamu
dan Roy.” Ucap Arka lagi panjang lebar.
“Itu yang ingin saya beritahukan.” Perkataan Emilia yang
tiba-tiba membuat ketiga orang yang ada di ruangan yang sama memberikan respon
heran dan bingung.
“Apa maksud kamu, Lia?” Tanya Roy dengan dahi berkerut.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 86 Episodes
Comments