3. Pergi Ke Rumah Roy

“Aaahh, maafkan aku. Aku tidak sengaja.” Emilia reflek

meminta maaf bahkan sebelum mengetahui siapa yang dia tabrak karena berjalan

cepat tanpa melihat kearah depan dengan baik.

“Hmm,” Hanya deheman yang menjadi jawaban permintaan maaf

Emilia.

“Aahh, tuan Julian. Maafkan aku, aku tidak melihat tuan

disini.” Emilia membungkukkan badan berkali-kali meminta maaf pada direktur

tempatnya bekerja. Mungkin tuan Julian sedang menuju toilet lelaki yang

letaknya di sebelah toilet perempuan, makanya bisa tabrakan dengan Emilia tanpa

sengaja.

Pria bernama Julian itu tidak menjawab atau mengatakan

apapun. Dia berjalan lurus melewati Emilia dan masuk ke dalam toilet pria.

“Huft, dia selalu arogan dan sikapnya tidak bersahabat dari pertama

aku bekerja.” Emilia bergumam sendiri dan masuk kedalam toilet wanita.

Gumaman Emilia ternyata terdengar oleh Julian yang belum

menutup rapat pintunya. Pria itu menghela napasnya dan berjalan menuju wastafel

untuk mencuci tangannya.

Sebenarnya, begitu melihat Emilia berjalan menuju ke toilet,

Julian reflek ingin berjalan menuju ke toilet agar bisa berpapasan dengan karyawan

perempuan yang langsung memikat hatinya sejak pertama kali bertemu. Saat itu

Julian baru saja di tempatkan di kantor cabang yang ada di Indonesia, setelah

sebelumnya pria itu menempati posisi penting di kantor pusat yang berada di

Italia. Emilia yang sudah bekerja sebagai manajer marketing di perusahaan itu,

mendapatkan kesempatan untuk sering bertemu dan rapat dengan Julian. Seiring berjalannya

waktu, Julian mulai merasakan benih-benih cinta pada perempuan yang sangat

sederhana namun memiliki prinsip yang tegas dan kuat.

Sayangnya, pernyataan cinta Julian pada Emilia harus

dipendam dalam-dalam karena Emilia sudah menerima lamaran dari pria yang bukan

pacarnya. Ya, Julian tahu kalau lamaran itu terjadi karena factor paksaan dari

keluarga Emilia. Tapi, biar bagaimanapun, Julian tidak akan pernah berniat

merebut apa yang sudah menjadi keputusan orang lain. Terlebih lagi, dia sendiri

belum menyatakan cinta pada Emilia dan Emilia juga belum mengetahui kalau

sebenarnya Julian menyukainya.

Saat yang ditunggu-tunggu telah tiba. Emilia sudah menunggu

di kafe tempat dimana dia dan Roy berjanji untuk bertemu sepulang bekerja. Tidak

dapat dipungkiri, kalau jantung Emilia berdegup kencang menunggu pria yang akan

menjadi suaminya itu. Pria yang bahkan tidak pantas disebut sebagai seorang suami

karena sikap dan sifatnya yang membuat Emilia jijik mendengarnya. Dulu Emiilia menyetujui

saja permintaan neneknya untuk menikah dengan Roy, karena Emilia berkeyakinan

kalau Roy adalah tipe pria yang ideal untuk menjadi seorang suami.

Sikap pria itu yang santun pada neneknya, tidak pernah

keberatan jika Emilia harus bekerja lembur bahkan saat harus masuk kerja di

akhir pekan. Emilia seolah menemukan pria yang membuatnya yakin untuk melepaskan

masa lajangnya dan juga karirnya. Namun, itu adalah Emilia yang dulu. Setelah mimpi

menyeramkan itu, bahkan Emilia tidak yakin kalau itu disebut mimpi. Mimpi itu

lebih tepatnya adalah kehidupan di masa depan dan kini dia dilemparkan kembali

ke kehidupan saat ini untuk memperbaiki dirinya.

“Emilia, apakah kamu sudah menunggu dari tadi?” Suara Roy

dari kejauhan yang menyapanya, membuyarkan lamunan Emilia. Baru saja Emilia ingin

menjawab pertanyaan Roy, tiba-tiba dia mengurungkannya karena melihat seseorang

dibelakang Roy ikut masuk dan tersenyum lebar padanya.

“Lia, lama tidak berjumpa. Aku tadi kebetulan bertemu dengan

Roy di luar dan ternyata kalian akan bertemu disini. Jadi, aku sekalian mampir

saja. Apakah aku tidak mengganggu kalian?” Perempuan yang berselingkuh dengan

suaminya, sekaligus sepupunya, Netta, tersenyum penuh ceria pada Emilia dan

Roy.

“Tentu saja tidak. Ini kan tempat umum. Siapapun berhak

untuk masuk. Bukan begitu, Emilia?” Tanya Roy pada Lia yang tersenyum getir.

“Iya, tentu saja.” Jawab Emilia. “Topeng yang kalian mainkan

ternyata sudah dimulai dari sekarang. Aku tidak akan pernah bodoh lagi

menganggap semua itu hanya pertemanan biasa. Netta, aku kecewa padamu.” Ucap Emilia

dalam hati.

Roy duduk disebelah Emilia sedangkan Netta duduk dihadapan

Roy. Mereka bertiga masih ingin menikmati sensasi minum kopi di kafe dengan

suasana yang nyaman dan menenangkan.

“Oya, ibuku sudah tidak sabar untuk bertemu kamu. Sepertinya

kalian akan akrab karena kalian memiliki persamaan satu sama lain.” Ucap Roy,

masih dengan sikap santai dan sesekali tersenyum lebar. Emilia tidak tertarik

dengan ucapan Roy, dia justru tertarik dengan ekspresi yang ditunjukkan Netta. Sepupunya

itu tampak diam sambil tersenyum terpaksa. Ekspresi yang mengartikan kalau dia

tidak nyaman dengan situasi yang ada sekarang dan tidak ingin mendengarnya.

Emilia tergoda untuk memancing respond Netta lebih jauh.

“Oh begitu. Oya, setelah kita menikah, kemana kita akan berbulan

madu? Lalu, kita akan tinggal dimana?” Emilia bertanya pada Roy dengan senyum

lebar, seolah-olah dia tertarik dengan pernikahan ini. Lagi-lagi ekspresi Netta

tampak kesal dan bibirnya menyeringai sinis. Perempuan itu tidak pandai menutupi

perasaan yang ada didalam hatinya.

“Oh itu, aku belum memutuskan kita akan berbulan madu

dimana. Tapi, aku sudah mengambil cuti untuk hari pernikahan kita dan liburan bulan

madu. Kamu mau kemana, aku terserah kamu saja.” Ucapan manis Roy inilah yang

membuat Emilia mabuk kepayang dan lupa akan jati dirinya.

“Baiklah. Apakah kita bisa pergi sekarang?” Emilia bertanya

pada Roy dan Netta dengan senyum lebar seolah dia tidak mengetahui siasat licik

dua orang yang ada didekatnya ini.

“Tentu saja, lebih cepat lebih baik. Aku akan membayar kopinya.

Kalian tunggu disini saja.” Roy pun bergegas menuju meja kasir untuk membayar

tagihan kopi mereka bertiga.

“Lia, aku iri padamu.” Tiba-tiba Netta berkata yang membuat

Emilia cukup kaget mendengarnya.

“Iri? Kenapa kamu iri?” Emilia tersenyum dalam hati.

“Aku iri karena kamu mendapatkan calon suami yang mapan karirnya,

keluarganya pun sangat menerima kamu, dan Roy adalah lelaki yang sangat diidolakan

banyak wanita.” Ucap Netta sambil mengaduk-aduk dan menatap kopi machiattonya

dengan sendu. Emilia tersenyum tipis mendengar ucapan sepupunya.

“Bagaimana hubungan kamu dengan Bram? Bukankah kalian sudah

berpacaran cukup lama?” Emilia memanfaatkan kesempatan ini dengan mengorek

urusan pribadi Netta.

“Bram tidak seperti Roy yang berani untuk serius melangkah

ke jenjang selanjutnya. Dia masih fokus ke pekerjaannya dan tidak mau menikah

dalam waktu dekat ini. Padahal, aku ingin sekali segera menikah dan memiliki

anak.” Jawab Netta lagi.

“Kalau begitu, kamu putuskan saja hubungan kamu dengan Bram

dan mulai menjalin hubungan dengan lelaki lain. Mudah kan?”

“Itu tidak semudah yang kamu katakana, Lia. Aku dan Bram sudah

berhubungan sangat jauh dan … aku rasa, tidak aka nada pria yang mau menerima wanita

yang sudah tidak perawan seperti aku.” Jawab Netta, sambil mengerutkan

bibirnya.

Emilia sesungguhnya sangat terkejut. Bram yang terlihat lugu

itu ternyata sudah berhubungan jauh layaknya suami istri dengan Netta. Memang,

jangan pernah menilai seseorang dari tampilan luarnya saja.

“Ayo, kita langsung menuju rumah ibuku.” Roy datang dengan

wajah cerianya dan mengajak Emilia dan Netta untuk keluar dari kafe.

“Aku boleh ijin menumpang di mobil kamu? Karena hari ini aku

sedang tidak membawa mobil.” Netta bertanya dengan wajah memelas pada Roy. Roy menatap

Emilia untuk meminta persetujuannya.

“Tentu saja, kenapa tidak?” Jawab Emilia.

“Ah benarkah? Terima kasih banyak. Kalau begitu, ayo kita

segera keluar. Ibu kamu pasti sudah tidak sabar untuk bertemu calon menantunya.”

Netta mengedipkan satu mata pada Emilia dengan senyum bersahabat. Namun, siapa

sangka dibalik topeng ramahnya, tersimpan kebencian yang teramat sangat yang

ada di dalam hati Netta untuk Emilia.

Netta sangat membenci Emilia sejak merea masih kecil karena

Emilia selalu mendapatkan juara kelas dan di setiap lomba yang diikutinya. Semua

orang memujinya, begitu juga dengan kedua orangtua Netta yang merupakan om dan

tante Emilia. Namun, tidak dengan Netta yang selalu kalah dalam segala hal. Netta

mendekati Emilia hanya agar bisa ikut terkenal dan ikut menjadi pusat perhatian

saja.

Emilia tersenyum sinis melihat senyuman yang diberikan Netta.

Tentu saja Netta tidak melihat ekspresi yang diberikan Emilia. Roy berjalan

dibelakang dua perempuan. Tanpa sepengetahuan mereka, seorang pria menenggak

kopi dalam satu napas. Rahangnya mengeras dibalik topi baseball yang

dikenakannya. Dialah Julian yang mengganti setelan jas kerjanya dengan kaos dan

jaket juga topi casual. Pria itu telah berada didalam kafe saat Emilia masih

duduk sendiri menunggu calon suaminya, Roy.

Emilia duduk di sebelah Roy yang mengemudikan mobil,

sementara Netta duduk di kursi penumpang tepat di belakang Roy. Emilia bisa

melihat dari sudut matanya kalau Roy sesekali melirik kearah Netta duduk dari

kaca spionnya. Namun, daripada cemburu, Emilia justru menyeringai sinis dan

tersenyum sambil memalingkan wajahnya kesebelah kirinya.

“Aku berhenti didepan saja. Terima kasih, Roy dan Emilia. Maaf

kalau aku sudah mengganggu kalian.” Ucap Netta sebelum turun di tempat yang

ditunjukkan olehnya.

“Hati-hati dijalan, Net. Kamu yakin kamu tidak apa-apa

sendirian kan? Langit menjelang malam, kamu cepat pulang ya.” Ucap Emilia

sambil tersenyum lebar.

Episodes
1 Emilia Lavanya
2 2. Kesempatan Kedua
3 3. Pergi Ke Rumah Roy
4 4. Rahasia Di Balik Rencana Pernikahan
5 5. Tinggal Di Hotel
6 6. Aku Tahu Apa Yang Terjadi Padamu
7 7. Jadilah Istriku Selama Satu Tahun
8 8. Hanya Satu Syarat
9 9. Pemaksaan Roy
10 10. Sifat Yang Harus Dirubah
11 11. Melunasi Hutang 500 Juta
12 12. Menikah
13 13. Sarapan Pertama Kali Sebagai Pasangan Suami Istri
14 14. Rencana Makan Siang Bersama
15 15. Makan Bersama Di Dalam Mobil
16 16. Malam Pertama (Menikah)
17 17. Pagi Pertama Setelah Menikah
18 18. Alat Yang Aku Manfaatkan
19 19. Mengunjungi Nenek (1)
20 20. Mengunjungi Nenek (2)
21 21. Bermalam Di Rumah Nenek (1)
22 22. Bermalam Di Rumah Nenek (2)
23 23. Satu Kesalahan Sangat Fatal
24 24. Kembali Ke Jakarta
25 25. Semakin Lemah Dan Tidak Berdaya
26 26. Disiplin Tanpa Toleransi
27 27. Pria Bernama Alfred
28 28. Romantis Dengan Caranya Sendiri
29 29. Masalahmu Juga Masalahku
30 30. Tidaklah Seburuk Yang Dipikirkan
31 31. Dua Cangkir Teh Manis Hangat
32 32. Berakhir Dengan Menyakitkan
33 33. Pertemuan Pertama Sophia dan Alfred
34 34. Pria Yang Banyak Bertanya
35 35. Spontanitas Yang Disesali
36 36. Lelaki Meganthropus Erectus
37 37. Teman Tapi Mesra
38 38. I Miss You Too
39 39. Kencan Pertama Failed
40 40. Pria Bernama Edwin
41 41. Kedatangan Donna
42 42. Selena Moretti
43 43. Cinta Masa Kecil
44 44. Memangnya Siapa Yang Mau Melamar Kamu?
45 45. Rintihan Tidak Sengaja
46 46. Oleh-oleh Dari Suami
47 47. A Duty's Wife
48 48. Bersembunyi Di Dalam Lubang
49 49. Kompensasi Dalam Pernikahan
50 50. Pria Dengan Celemek
51 51. Permintaan Yang Konyol
52 52. Serangan Tiba-tiba
53 53. Masuk Dalam Perangkap Harimau
54 54. Jalan-Jalan Berdua
55 55. Emosi Sang Suami
56 56. Sampai Maut Memisahkan
57 57. Ciuman Tipis-tipis
58 58. Pembalasan Sang Suami
59 59. Pagi Pertama Sophia dan Edwin
60 60. Rencana Balas Dendam Roy
61 61. Perempuan Berkepang Dua
62 62. Percobaan Pembunuhan
63 63. Meski Kelahiran Beberapa Kali
64 64. Alasan Pulang Telat
65 65. Roy Melarikan Diri
66 66. Pengakuan Secara Tersirat
67 67. Bertemu Orangtua Edwin (1)
68 68. Di Rumah Edwin
69 69. Act of Service
70 70. Dua Sahabat
71 71. Pertemuan Pertama Julian - Edwin
72 72. Tidak Ada Lagi Keraguan
73 73. Your Wish Is My Command
74 74. Kamu Ketahuan
75 75. Menatap Dalam Diam
76 76. Merahasiakan Hubungan
77 77. Masa Depan Hancur
78 78. Ke Rumah Mantan Calon Mertua
79 79. Menjaganya Sepenuh Hati
80 80. Terlambat
81 81. Teh Lemon Hangat
82 82. Pertama Kali Dalam Hidupnya
83 83. Satu Bisikan Halus
84 84. Kotak Beludru Warna Merah
85 85. Ke Dokter Kandungan
86 86. Reaksi Berlebihan
Episodes

Updated 86 Episodes

1
Emilia Lavanya
2
2. Kesempatan Kedua
3
3. Pergi Ke Rumah Roy
4
4. Rahasia Di Balik Rencana Pernikahan
5
5. Tinggal Di Hotel
6
6. Aku Tahu Apa Yang Terjadi Padamu
7
7. Jadilah Istriku Selama Satu Tahun
8
8. Hanya Satu Syarat
9
9. Pemaksaan Roy
10
10. Sifat Yang Harus Dirubah
11
11. Melunasi Hutang 500 Juta
12
12. Menikah
13
13. Sarapan Pertama Kali Sebagai Pasangan Suami Istri
14
14. Rencana Makan Siang Bersama
15
15. Makan Bersama Di Dalam Mobil
16
16. Malam Pertama (Menikah)
17
17. Pagi Pertama Setelah Menikah
18
18. Alat Yang Aku Manfaatkan
19
19. Mengunjungi Nenek (1)
20
20. Mengunjungi Nenek (2)
21
21. Bermalam Di Rumah Nenek (1)
22
22. Bermalam Di Rumah Nenek (2)
23
23. Satu Kesalahan Sangat Fatal
24
24. Kembali Ke Jakarta
25
25. Semakin Lemah Dan Tidak Berdaya
26
26. Disiplin Tanpa Toleransi
27
27. Pria Bernama Alfred
28
28. Romantis Dengan Caranya Sendiri
29
29. Masalahmu Juga Masalahku
30
30. Tidaklah Seburuk Yang Dipikirkan
31
31. Dua Cangkir Teh Manis Hangat
32
32. Berakhir Dengan Menyakitkan
33
33. Pertemuan Pertama Sophia dan Alfred
34
34. Pria Yang Banyak Bertanya
35
35. Spontanitas Yang Disesali
36
36. Lelaki Meganthropus Erectus
37
37. Teman Tapi Mesra
38
38. I Miss You Too
39
39. Kencan Pertama Failed
40
40. Pria Bernama Edwin
41
41. Kedatangan Donna
42
42. Selena Moretti
43
43. Cinta Masa Kecil
44
44. Memangnya Siapa Yang Mau Melamar Kamu?
45
45. Rintihan Tidak Sengaja
46
46. Oleh-oleh Dari Suami
47
47. A Duty's Wife
48
48. Bersembunyi Di Dalam Lubang
49
49. Kompensasi Dalam Pernikahan
50
50. Pria Dengan Celemek
51
51. Permintaan Yang Konyol
52
52. Serangan Tiba-tiba
53
53. Masuk Dalam Perangkap Harimau
54
54. Jalan-Jalan Berdua
55
55. Emosi Sang Suami
56
56. Sampai Maut Memisahkan
57
57. Ciuman Tipis-tipis
58
58. Pembalasan Sang Suami
59
59. Pagi Pertama Sophia dan Edwin
60
60. Rencana Balas Dendam Roy
61
61. Perempuan Berkepang Dua
62
62. Percobaan Pembunuhan
63
63. Meski Kelahiran Beberapa Kali
64
64. Alasan Pulang Telat
65
65. Roy Melarikan Diri
66
66. Pengakuan Secara Tersirat
67
67. Bertemu Orangtua Edwin (1)
68
68. Di Rumah Edwin
69
69. Act of Service
70
70. Dua Sahabat
71
71. Pertemuan Pertama Julian - Edwin
72
72. Tidak Ada Lagi Keraguan
73
73. Your Wish Is My Command
74
74. Kamu Ketahuan
75
75. Menatap Dalam Diam
76
76. Merahasiakan Hubungan
77
77. Masa Depan Hancur
78
78. Ke Rumah Mantan Calon Mertua
79
79. Menjaganya Sepenuh Hati
80
80. Terlambat
81
81. Teh Lemon Hangat
82
82. Pertama Kali Dalam Hidupnya
83
83. Satu Bisikan Halus
84
84. Kotak Beludru Warna Merah
85
85. Ke Dokter Kandungan
86
86. Reaksi Berlebihan

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!