Aku menatap tubuh Yumna yang terbujur tak tak sadarkan diri di atas brankar, dengan selang infus terpasang di tangannya, alat bantu oksigen juga terpasang di bagian hidungnya. Yumna masih tidak sadarkan diri, matanya terpejam, dada nya perlahan bergerak turun naik menandakan kalau adikku masih berusaha untuk terus bertahan hidup. Aku tahu Yumna sangat menyayangi kakak nya ini, mana mungkin ia meninggalkan aku sendiri di dunia ini, tanpa dirinya dan tanpa kedua orangtuaku. Kalau Yumna ikut pergi meninggal dunia seperti kedua orang tua ku, aku rasa aku tak akan sanggup untuk hidup sendiri di dunia ini tanpa keluarga, tanpa penyemangat, ah ... Membayang nya saja aku tak sanggup.
''Sudah selesai?'' tanya Tuan Hendrick yang berdiri di samping ku, kini kami berdiri di sisi brankar tempat Yumna berada.
''Em, iya.'' Aku menjawab sedikit ragu. Sebenarnya aku ingin menemani adikku sepanjang hari sepanjang malam, tapi apa boleh di kata, aku telah menjaminkan diriku kepada Tuan Hendrick demi kesembuhan Yumna.
''Tidak usah khawatir, sebentar lagi suster akan datang untuk menemani adik mu,'' ucapnya lagi menenangkan.
''Iya Tuan.''
''Ya sudah, ayo.''
Aku dan Tuan Hendrick berjalan dengan saling berdampingan menuju mobil yang terparkir di pelantaran rumah sakit, saat sudah sampai di dalam mobil, Tuan Hendrick lalu mengemudi kendaraan roda empat milik nya dengan kecepatan sedang.
Setelah melewati perjalanan yang cukup jauh dan cukup membuat pantat merasa pegal karena terlalu lama duduk di dalam mobil, akhirnya Tuan Hendrick membelokkan mobilnya memasuki pagar tinggi menjulang, aku semakin memanjangkan leherku keluar jendela mobil, aku mencoba melihat Tuan Hendrick membawa aku ke mana. Aku menatap dengan penuh kekaguman bangunan tiga tingkat yang berdiri kokoh di depan kami, bangunan yang sungguh indah dan tentunya juga megah. Di halaman rumah di tumbuhi berbagai macam tanaman, dan kembang berwarna warni, persis seperti sebuah taman yang terurus.
''Ayo turun,'' suara Tuan Hendrick sedikit mengagetkan aku. Ia melepaskan selt bat miliknya, dan aku pun juga. Kami bersiap untuk turun.
''Ini rumah siapa Tuan?'' tanyaku takut-takut. Entah kenapa aku masih saja merasa takut dan sungkan saat berbicara dengan Tuan Hendrick, padahal kami sudah menghabiskan hampir setengah hari bersama. Sore telah datang, dan matahari perlahan mulai bergerak menenggelamkan cahaya nya yang terang di balik awan.
''Jangan banyak tanya, ayo ikut saya,'' ucap Tuan Hendrick yang berhasil membuat aku merasa bingung dengan sikap nya, terkadang ia berbicara dengan nada lembut dan pelan dan terkadang juga ia berbicara dengan nada tinggi dan kasar. Aku lalu mengikuti langkah Tuan Hendrick memasuki rumah mewah lagi megah yang ada di hadapan kami. Rumah Tuan Hendrick sangat bagus, rasanya ini kali pertamanya aku melihat rumah sebagus ini, kekayaan Tuan Hendrick emang tak perlu di ragukan lagi. Saat sudah mulai menginjakkan kaki di dalam rumah pun aku berulang kali di buat kagum melihat isi rumah yang sangat bagus dengan peralatan-peralatan yang aku yakin satu barangnya memiliki harga yang fantastis. Ada banyak barang antik seperti, patung binatang, pot bunga, gucci dan barang lainnya yang terpajang di pojok ruangan dan bahkan ada juga di atas lemari. Selain itu juga ada beberapa orang pelayan yang menyambut kedatangan kami, mereka menunduk dengan penuh hormat saat aku dan Tuan Hendrick memasuki rumah.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 44 Episodes
Comments
Ajusani Dei Yanti
lanjut thorrrr
2023-03-23
0