Lost Memories

Lost Memories

CH. 1 [Arc: Desa Harapan]

"Haaah… haaah… sejauh mana kita akan pergi?!"

"Tentu saja sampai menjauh dari mereka."

Malam yang tenang kini terusik oleh suara gemuruh ledakan dan gemerincing suara pedang serta zirah.

Aku, bersama seorang lagi tengah lari dari kejaran orang-orang di kerajaan ini. Untunglah pakaian kami berwarna hitam yang selaras akan gelapnya malam, sedikit mempermudah kami untuk melarikan diri.

Tapi itu tak bertahan lama sebelum akhirnya kami menemui jalan buntu. Sebuah tebing curam yang di bawahnya terdapat aliran sungai yang cukup deras. Ditambah sisi tebing lain begitu jauh. Kami bisa saja melompat kesana menggunakan sihir. Tapi, energi kami sudah terkuras habis, hampir tak bersisa.

"Sekarang kalian tidak bisa lari lagi. Menyerahlah dan kami tidak akan memberikan kematian yang menyakitkan."

Sial, kami terkepung. Bukan hanya prajurit bersenjata saja, tapi beberapa penyihir juga turut bersiap merapal mantranya ke arah kami.

Dibawah sinar rembulan, orang— wanita di sebelahku ini malah menyeringai.

"Hah?! Menyerah?! Kami tidak akan sudi melakukannya!"

Dia benar. Kami sudah sejauh ini. Kalau kami menyerah, maka semua usaha kami akan sia-sia.

"Be— beraninya kau berbicara begitu setelah semua perbuatan yang kalian lakukan?!"

Sepertinya sang komandan mulai naik pitam.

"Hei, setelah hitungan ketiga, bersiaplah. Satu, dua—"

"Hah? Bersiap untuk ap—!" mulut kami langsung terhubung saat itu juga.

"Pergilah, dan mulai hidup barumu."

Tubuhku didorongnya jatuh ke dasar jurang. Perlahan, kesadaranku ikut hilang ketika tenggelam di aliran sungai di bawahnya.

"Jangan biarkan mereka kabur!"

Komandan itu mulai menyerukan perintahnya, anak buahnya langsung menyerang dan para penyihir di belakangnya mulai menembakkan sihir mereka.

"Tidak akan kubiarkan!"

Suara ledakan yang begitu keras terdengar, bahkan aku yang tenggelam di dalam air masih bisa mendengarnya, hingga kesadaranku lenyap sepenuhnya, aku tak mengetahui kelanjutan yang terjadi di atas sana.

- Kekaisaran Kutai, Musim Semi 1358 -

"Huum… huum… ambil semua tanaman obatnya." Di dalam hutan yang cukup rindang, sebuah senandung kecil terdengar.

Seorang gadis kecil yang tengah mengambil tanaman obat sendirian di tengah hutan tanpa rasa takut. Ia berjalan kesana kemari dengan santainya, hingga langkahnya terhenti ketika melihat seseorang tergeletak bersimbah darah di tepi sungai.

"Bangunlah, kelak tanganmu yang kosong akan di raih dan di genggam oleh seseorang yang kini mungkin kau tak mengenalnya." 

Perlahan aku membuka mataku. Pemandangan yang sangat asing langsung masuk ke mataku. Pepohonan yang rindang, serta berbaring di samping api unggun.

Dengan posisi terbaring disana, aku bangun dengan perlahan. Tubuhku rasanya sakit semua dan entah kenapa aku tak mengenakan baju sama sekali. Untunglah celanaku masih terpasang. 

"Ah, kau sudah bangun." suaranya begitu lembut. Seorang gadis kecil berambut merah mudah yang panjangnya sebahu dan memiliki mata berwarna biru langit. Ia mengenakan pakaian yang terkesan biasa namun kontras dengan warna rambutnya. 

Ia menenteng keranjang yang penuh dengan tanaman yang aku sendiri tidak tahu apa itu. Gadis itu mulai mengambil beberapa tanaman yang ia petik tadi lalu menumbuknya.

"Jadi, siapa namamu?"

Gadis ini tak punya rasa takut, dengan santainya ia bicara begitu pada orang yang baru ia temui.

"Hmm… Azura."

"Baiklah Azura, namaku Riri. Ngomong-ngomong, dari mana asalmu Azura?"

"Asalku… ugh—!" saat mencoba mengingat sesuatu, kepalaku terasa sangat sakit serasa mau pecah.

Setelah melihat kondisiku, gadis itu mempercepat pekerjaannya dan segera menghampiriku.

"Ini, minumlah." ia menyodorkan cairan hijau kental. Sepertinya ini hasil tumbukan tanaman tadi.

Aku mencoba meneguknya, tapi baru beberapa tetes cairan kental itu masuk ke tenggorokanku, mulutku langsung terkunci saking parah rasanya.

"Jangan protes karena rasanya pahit, kau mau sembuh kan?" seolah gadis ini tahu apa yang aku pikirkan dari ekspresiku.

Aku menatap dalam ke arah cairan itu, mengumpulkan semua niatku untuk meminumnya.

"Kalau memang tidak suka, tidak usah di pak… sa." terlambat. Aku sudah meneguk semuanya sekaligus.

Rasanya benar-benar sangat parah. Aku tidak mau banyak berkomentar. 

Gadis itu mulai mengambil kembali wadah bekas obat tadi, lalu mulai mengemasi beberapa barangnya dan mematikan api unggun.

"Kau bisa berdiri, Azura?"

"Mungkin." setelah meminum cairan tadi, rasa sakit yang ku rasakan mulai sedikit menghilang, malah tubuhku terasa lebih segar. 

"Ini bajumu, sudah aku keringkan."

Gadis itu melempar baju berwarna hitam. Baju itu dilengkapi dengan sebuah tudung kepala dan beberapa ornamen. Walau begitu, aku benar-benar tidak ingat tentang baju ini. Tanpa berfikir lebih jauh, aku segera memakainya dan mencoba berdiri. 

"Azura, kau mau ikut denganku? Hari sudah senja, akan berbahaya jika terus di sini."

Saat gadis itu mencoba mengajakku, aku hanya diam tanpa menggubrisnya.

"Kau kenapa Azura?"

"Aku, tidak bisa mengingat apapun. Hampir semuanya tidak bisa aku ingat. Saat kupaksa mengingat sesuatu di masa lalu, kepalaku langsung sakit." 

Tangan gadis kecil itu meraih tanganku. Tangannya yang mungil itu terasa hangat, sedikit menyadarkanku saat pikiranku tidak fokus.

"Tidak apa, aku akan membantumu Azura."

"Kau, tidak takut padaku? Bisa jadi aku ini orang jahat."

Gadis itu menggeleng pelan. "Aku yakin, Azura bukanlah orang yang jahat." ia mulai tersenyum kearahku. 

Ia mulai berjalan pelan sembari menarik tanganku. Tangannya yang kecil itu menggenggam erat. Tinggi gadis ini kurang lebih hanya sedadaku saja.

"Riri…"

"Iya?"

"Kau ini, apa?"

Gadis itu langsung berhenti dan melepaskan genggaman tangannya.

"Apa maksudmu Azura?"

"Tidak— hanya saja, telingamu sedikit berbeda denganku. Aku hanya ingin memastikannya saja, mungkin ada hal yang bisa aku ingat lagi." 

"Benar, aku ini seorang elf. Lebih tepatnya half-elf. Kami berbeda dengan ras elf murni yang memiliki mana dan sihir yang luar biasa, kemampuan kami terbatas dan umur kami tak bisa selama ras elf murni. Kau paham, Azura?"

Aku hanya mengangguk. Semua hal yang dikatakan Riri terasa baru untukku, dan itu langsung memenuhi kepalaku. 

Gadis kecil itu kembali menarik tanganku dan melanjutkan perjalanan pulang.

Pohon demi pohon kami lewati, ditemani suara senandung burung dan semilir angin. Bahkan suara aneh juga turut keluar dari perutku.

"Kau lapar? Tahan ya, sebentar lagi kita sampai."

Selama sisa perjalanan, aku hanya bisa diam sambil memegangi perutku.

Dari kejauhan, nampak seorang laki-laki tengah bersandar di sebuah pohon. 

"Hai! Arnold!"

Saat disapa gadis kecil ini, laki-laki itu langsung menuju kemari. Dengan tinggi yang mungkin setara denganku, mengenakan sebuah pakaian berwarna biru dan coklat. Ia memiliki telinga mirip serigala dan sebuah ekor lebat, rambutnya berwarna biru yang selaras dengan warna matanya menatap tajam ke arahku.

"Aku bawakan tanaman ob—!"

"Riri, awas!"

Sebuah belati melesat ke arah kami. Entah kenapa respon tubuhku bisa begitu cepat saat belati itu mengarah kemari, berkat itu kami bisa menghindar— tidak, belati itu berhasil menggores pipiku.

Gadis kecil itu terkejut melihat hal yang baru saja terjadi.

"Apa yang kau lakukan Arnold?!"

"Seharusnya aku yang bicara begitu." 

Tubuhku memaksaku untuk mundur karena waspada. 

"Aku bisa menjelaskannya Arnold! Dia baru saja—"

"Baru saja terluka dan secara tak sengaja kau menolongnya? Huh, sangat menyentuh sekali. Tapi kewajibanku adalah melindungi kalian, sebagai laki-laki tertua di panti, inilah tanggung jawabku. Ditambah, aku ingin bertanya beberapa hal padanya."

Ia datang ke arahku dengan cepat. Mengambil sebuah belati yang di selipkan di punggungnya dan mulai menyerang. 

Tangannya sangat lihai dalam memainkan belati itu. Aku hanya bisa menghindarinya dan sesekali menepis serangannya. Beberapa luka sayatan tak bisa terelakkan. 

"Kenapa orang sepertimu bisa sampai di tempat terpencil seperti ini?! Apa maumu?!"

"Aku tidak mengerti apa yang kau maksud."

Anak itu diam membatu. Ia mulai melempar belatinya. "Tidak mau mengaku ya…"

"Hentikan Arnold! Ibu Vega bisa marah!"

"Raja binatang buas, datang dan telan jiwaku!" aura aneh mulai menyelimutinya, beberapa bagian tubuhnya juga mulai mengalami perubahan sedikit.

Hanya dengan sebuah kedipan mata ia langsung berpindah tempat— ia sudah tepat berada di depanku dengan posisi tangan kanan yang sudah mengepal.

Responku cukup cepat untuk bisa menahan pukulannya dengan kedua tanganku agar tidak tepat mengenai tubuh. Tapi, kekuatannya jauh di luar perkiraanku, membuatku harus terhempas cukup jauh hingga tubuhku menghantam sebuah pohon di belakang dengan sangat keras, dan itu membuat rasa sakitnya menjalar ke seluruh tubuh. Bahkan, tanganku seperti mati rasa untuk sesaat.

Ia mulai datang kembali, kini dengan cakarnya yang ia arahkan padaku dengan cepat.

Tepat sebelum cakarnya mengenai tubuhku, ia berhenti— di hentikan oleh seseorang yang tiba-tiba berada di tengah-tengah kami sambil memegangi pergelangan tangan anak itu. 

"Apa yang kau lakukan Arnold?"

"I— Ibu Vega!"

"Bukankah aku sudah melarangmu untuk tak menggunakan sihir itu?"

Seorang wanita, cukup tua bagiku. Ia mengenakan setelan berwarna orange dan putih dengan rambut serta ekor yang berwarna kuning keemasan, ia juga punya telinga hewan. Di sekitar matanya terdapat tanda berwarna merah, namun ia selalu menutup matanya.

"Maaf…" perlahan wujud anak itu mulai kembali seperti sebelumnya.

Wanita itu mendekat ke arahku, ia meletakkan salah satu tangannya di kepalaku dan diam sejenak.

Tubuhku tak bisa banyak bertingkah di hadapannya. Seperti akan dalam bahaya jika aku malah melawan. 

"Jadi begitu ya. Riri, kau yang membawanya kan? Ajak dia ke dalam untuk makan bersama yang lainnya."

"Baik."

"Kau juga Arnold. Makanlah bersama yang lain dan dinginkan kepalamu."

"Baik, Bu." 

Terpopuler

Comments

Kang Nyimak

Kang Nyimak

Kutai Kartanegara? Indonesia?

2023-04-11

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!