Maju Mundur Salah

Apa yang harus ku katakan, bagaimana menjeleskannya?? Suasana menjadi Hening. Pria itu masih menatapku, memperhatikan gerak gerik kegelisahanku. Aku meliriknya, rasa benci tiba-tiba menyeruak dalam hatiku.

"Percuma jadi boss tapi attitude tidak ada! Main sosor aja! Ya kalo kenal masih mending, ini tuh sama sekali baru pertama kali ketemu, kok bisa dia berani nyium cewek asing!! Wah ga sampe otak gue mikirnya"

Letticia masih mengomel dalam hati sambil berpikir, alasan apa yang tepat. Eh Ada hp bunyi! Letticia langsung ke tasnya dan mencari sumber bunyi tersebut.

"Halo, Mam" Letticia ragu menjawab telepon

"Zha, ini Mama nak. Kami semua mau berangkat ke Turki, Nenek kamu sakit, titip anak perusahaan yang baru Mama kelola ya nak" hening.

Letticia tidak menjawab apapun, terbesit sebuah pikiran jahat bahwa ini adalah trik keluarga mereka membuat Letticia bekerja setelah sekian lama terus menerus sekolah.

"Mam, kan Mama udah tau Letticia tidak mau. Biarkan Letticia berusaha dan berdiri sendiri. Nanti kalau Letticia butuh bantuan, pasti Letticia bilang" Letticia merendahkan suaranya sambil duduk jongkok disudut ruangan.

Pria itu masih mencerna keadaan sambil mendengarkan pembicaraan Letticia dan Mamanya. Ia tahu kalau Letticia orang yang berkecukupan bahkan sangat berkecukupan, namun ia masih tidak paham mengapa ada perempuan yg berani naik mobilnya, mengajaknya bertengkar dan menolaknya. Ini pertama kali dalam hidupnya, biasanya semua wanita yang melihatnya dengan suka rela menyerahkan tubuhnya bahkan dengan senang hati memuaskannya tanpa diminta. Aroma parfum yg bercampur dengan aroma tubuh Letticia tiba-tiba menyeruak ternyata gadis itu berada di sampingnya.

"Saya ingin pergi, tolong lepaskan saya"

"Mau kemana" pria ini melembut.

Letticia mendogak ke arahnya, lagi-lagi tatapan mereka bertemu mengingatkan sekelebat adegan tak menyenangkan tadi. Letticia menggelengkan kepalanya seolah tak punya tujuan.

"Lepaskan saja dulu, buka pintunya" pria ini sepertinya tidak mau pusing, dia melepaskannya. Membuka pintu dan membiarkan Letticia keluar.

Ternyata sudah malam, Letticia langsung membuka hp dan mencari taxi online. Sambil melihat hp ternyata Letticia tersesat di rumah yang besarnya tidak ada apa-apanya dibanding rumahnya sendiri, sambil berusaha mencari jalan keluar ternyata Letticia terduduk kembali di depan jendela besar sambilmelihat pemandangan taman. Letticia menangis mengingat perkataan mamanya di telepon.

"Kalau kamu tidak ingin melanjutkan semua usaha keluarga, menikahlah nak umurmu sudah 27th"

Bagaimana mau menikah, hatinya tertinggal di London. Niat menyembuhkan hati sambil mencari lowongan pekerjaan tak ada gunanya. Dalam kegelapan datang seorang wanita paruh baya menepuk pundaknya.

"Apa kau tersesat nak, kemarilah ku tunjukkan kamarmu"

Letticia langsung menghapus air matanya, samar-samar ia melihat wanita yg wajahnya begitu teduh nan anggun, kecantikannya jelas bukan dari Indonesia.

"Maaf bu, saya mencari pintu keluar" wanita itu tersenyum memegang pundakku.

"Bangunlah, jangan bersedih"

Ibu itu menuntunku menuju sebuah kamar, tidak begitu besar namun sangat apik dan klasik

"Ini kamar barumu, mulai besok bekerjalah disini. Selama bekerja gunakan seragam ini dan jangan bangun siang saya selalu bangun jam 5 untuk olahraga" cobaan apalagi ini, pikir Letticia.

"Maaf bu, saya tidak datang untuk bekerja. Saya tidak sengaja naik mobil yang salah"

wanita itu hanya tersenyum dan berlalu.

Tidak ada pilihan lain, lagi pula Letticia juga sedang tidak ingin bertemu keluarganya. Mungkin ini yang terbaik. Mungkin besok ia bisa menjelaskan kepada Ibu tadi, pokoknya ia harus keluar dulu dari rumah ini. Letticia membuka kopernya, mengambil baju tidur menyiapkan peralatan mandi kesayangannya dan bergegas mandi.

Letticia mandi sangat lama, mandi adalah hal yang paling ia sukai. Lengkap ritualnya kalau mandi. Mulai dari Skincare sampai perawatan tubuh. Bukan Letticia kalau keluar kamar mandi tidak harum. Setelah mandi Letticia menyemprotkan cologne dan parfum rambut kemudian tidur. Tengah malam letticia bangun karena kelaparan, benar juga dari dipesawat sampai malam ini Letticia belum makan lagi. Ia teringat menyimpan roti dalam totebagnya, segera diambil dan dimakan. Letticia keluar ingin mencari air minum, pintunya sengaja tidak di tutup agar ia tidak tersesat lagi. Setelah berkeliling mencari dapur bersih, ia mencari gelas dan air minum. Samar ia melihat bayangan lewat membuat bulu kuduk Letticia berdiri, segera ia ambil satu gelas air dan dibawanya ke kamar. Pintunya masih terbuka namun lampunya mati, oh mungkin lampu otomatis pikir Letticia tidak mau ambil pusing. Ketika mencari saklar untuk menyalakan lampu, Letticia ditarik dan di dorong ke dinding. Tangannya sigap menutup mulut Letticia, lengannya menekan leher Letticia sampai kesakitan.

"Apa rencana busukmu, katakan atau" Letticia tetap berontak dan bergumam tidak jelas lantaran tangan pria ini membekap erat mulut Letticia.

Remang-remang Letticia melihat kaos ketat membalut otot tangan pria itu, menghirup aroma yg familiar mengingatkan pada pria brengsek yg merebut ciuman pertamanya. Apa jangan-jangan ini orang yang sama.

"Jangan berteriak" dilepasnya tangan dan lengan yang membuat letticia sedikit sesak napas.

Letticia menyalakan lampu, benar saja dia pria tadi. Kagetnya baju tidur Letticia sangat menggoda. Bahan sutera berenda tanpa lengan memperlihatkan sedikit belahan dada nya yg montok, lekukan tubuhnya terlihat samar. Pria itu menelan ludah. Letticia ketakutan berjalan mundur. Terdengar suara pintu terbuka, pria itu langsung sembunyi benar saja Ibu tadi mengetuk pintu, Letticia membukanya

"Iya bu" wanita itu tersenyum

"Belum tidur? Cepatlah tidur besok temani saya ke kantor" menutup pintu.

Letticia tetap menjawab dengan sopan "Baik bu"

Setelah merasa aman, pria itu keluar "Siapa kamu"

Letticia kembali panik tak tau harus berkata apa, bahkan pekerjaannya sebagai apa saja ia tidak tau lantas apa yang harus dikatakan. Mulai detik ini Letticia sadar masuk di kandang Singa. Ibarat keluar kandang Macan masuk kandang Singa ya ini.

"Saya Letticia" ucapnya takut.

"Oh namanya Letticia" ucap pria itu dalam hati sambil tersenyum sinis namun tetap cool dan misterius.

Pria itu maju menghampiri Letticia berniat menasehati, namun letticia terus berjalan mundur dan menghindar. Akhirnya Letticia terpojok sendiri di antara dinding, pria itu semakin dekat.

"Hati-hati ibuku lebih berbahaya daripada aku" ucapnya di telinga Letticia.

Nafasnya merayap di leher Letticia, untuk kesekian kalinya tubuhnya merespon namun Letticia menahannya. Pria ini sangat paham dengan ekspresi Letticia, ia tersenyum manis lalu mendekatkan wajahnya sangat dekat dengan wajah Letticia. Aroma tubuh Letticia adalah candu baru untuknya

"Aku sudah bilang, aku tidak akan memaksa"

Pria ini semakin dekat, Letticia tergoda ia memandangi pria itu satu-satu mulai dari mata, hidung dan terakhir bibirnya. Mungkin dengan suasana malam dan cuaca yg sedang hujan menambah godaan setan yang terkutuk.

"Namaku Marlo" bisiknya kemudian mencium bibir Letticia dengan lembut dan penuh ragu.

Letticia masih terdiam, pria itu tidak menyerah. Tangannya memegang leher Letticia sedikit memaksa Letticia membuka mulut, tangannya membelai lengan letticia. Sesekali ia pergi menikmati leher Letticia yang sedaritadi hanya menggeliat dan mulai runtuh pertahanan dirinya. Aroma parfum rambut Letticia semakin menggoda, ia merapikan dan mengangkat rambut Letticia membiarkan leher dan dadanya terlihat sangat jelas. Pria ini tau, Letticia tak pernah tersentuh ini pengalaman pertamanya. Ia kembali ke bibir Letticia, kali ini Letticia menyerah ia membalas setiap ciuman dan gerakan pria itu.

Suasana semakin memanas, pria ini semakin menggila, setelah puas bermain dengan wajah Letticia. Ia mulai menjalar ke bagian lengan dan ketika itu Letticia sadar. Letticia mendorong dan membalikkan tubuhnya, kali ini pria itu terpojok di dinding menggantikan posisi Letticia. Ia mendekatkan wajahnya dan berbisik.

"Aku tidak rela ciuman pertamaku diambil oleh orang yang tidak ku kenal" pria itu sedikit kesal, nafasnya yang tak beraturan menahan keinginan yg digagalkan Letticia.

"Aku sudah memperkenalkan diri" pria itu menjawab dengan lembut sambil bermain rambut Letticia.

"Aku lelah Marlo, mari kita berkenalan pelan-pelan" mendengar kata-kata itu seakan membuat Marlo tersihir. Ia menuruti kata Letticia, tak lupa sebelum pergi ia mencium manis bibir Letticia. Bodohnya Letticia tersenyum manis seperti orang yang sedang jatuh cinta.

Terpopuler

Comments

Emlin Siregar Siregar

Emlin Siregar Siregar

ibunya marlo baik sama leticia TPI msh diselidiki msh takut Krn kan blm kenal

2023-01-21

1

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!