Kesalahan terbesar Kate

Gaffi masuk ke kamarnya setelah melampiaskan kekesalannya pada Kate. Biarlah wanita itu menderita seumur hidupnya, supaya semua rasa bersalah Gaffi terbayarkan. Gaffi duduk di sofa tunggal yang ada di kamarnya, menatap foto besar yang berada di dinding atas ranjangnya. Sebuah foto yang selalu membuat hati Gaffi porak poranda, bahagia, sedih, kecewa, marah, sesal semua bercampur menjadi satu. Gaffi mulai berandai, seandainya dia tidak membiarkan istrinya pergi sendiri karena begitu ingin makan crepe yang ada di depan rumah sakit miliknya. Andai Gaffi tahu bahwa Bellvania hamil saat itu, sehingga dialah yang akan pergi ke kedai yang menjual crepe tersebut, dan banyak lagi andai-andai yang terlintas dipikiran Gaffi.

" Sorey Bells... Aku.... Kehilangan mu.. " Air mata Gaffi luruh juga akhirnya. Setelah beberapa hari ini, sejak dia mempersiapkan balas dendam yang epic untuk Kate, dirinya tak lagi menangisi kepergian sang istri. Namun pagi ini, semuanya kembali seperti saat awal Gaffi mendengar bahwa sang istri meninggal.

" Tuan... Tuan.. " Dor... Dor... Dor... Pintu kamar Gaffi diketuk dari luar.

" Ada apa? " Tanya Gaffi setengah emosi ketika dia membuka pintu kamarnya dan melihat Kate digendong oleh salah satu penjaga di rumahnya.

" Nyonya pingsan tuan... Apa perlu saya panggilkan dokter Masif? " Tanya bibi kepala pelayanan di mansion Gaffi.

" Tidak perlu... Nanti dia juga bangun sendiri.. " Ujar Gaffi cuek.

Bibi Pamela hanya menggelengkan kepalanya melihat sikap tuannya yang entah kenapa menjadi sangat dingin dan kejam. Padahal dulunya tuannya tidak begini, karena bibi Pamela sudah bekerja dengan keluarga de Niels sejak para pangeran dan putri keluarga ini masih kecil. Bibi Pamela menyayangkan perubahan tuan mudanya yang satu ini.

" Jangan pernah menyebarkan apa yang kalian lihat dan dengar di mansion ini. Kalian dengar? ! " Suara Gaffi yang penuh penekanan dan tinggi itu membuyarkan lamunan bibi Pamela.

" Ba... Baik.... Tuan.. " Gaffi pun mengusir pekerja mansion nya itu. Gaffi langsung masuk ke kamar mandi, membersihkan diri agar lebih segar lagi.

Eughhh...

Kate sedikit demi sedikit mulai membuka matanya, perlahan dia melihat dinding di atasnya, Kate tahu ini adalah kamarnya. Mungkin ada orang yang menemukannya pingsan di kamar mandi tadi, pikirnya. Telinga Kate mendengar suara gemericik air di dalam kamar mandi di dalam kamarnya. Kate yakin yang ada di dalam itu adalah suaminya. Dia bergegas bangun dan menuju kamar Carmel untuk membersihkan diri di kamar mandi yang ada di kamar putri sambungnya itu. Badan Kate kotor karena terkena makanan yang ada di piring yang dilempar Gaffi tadi.

Kate langsung menghampiri Carmel setelah selesai membersihkan dirinya, namun sebelum menggendong putri kecilnya ini, dia menyemprotkan hand sanitizer ke telapak tangannya. Hal ini karena Gaffi selalu memperingati siapa saja yang memegang Carmel harus bersih tanpa ada bakteri apapun di tubuh mereka. Kate segera menyusui Carmel karena *********** sudah kencang dan sangat sakit. Sakit yang dirasakan payudara Kate saat kontraksi memang begitu menyakitkan sampai membuat Kate kadang tidak mampu berbuat apa-apa. Baru setelah Carmel menyusu atau dia memompa ASI nya barulah rasa sakit itu hilang.

" Carmel tadi makan sama apa mbak? " Tanya Kate pada pengasuh khusus putrinya itu.

" Tim hati ayam kampung nyonya, tapi nona Carmel makan cuma sedikit. " Jawab pengasuh Carmel.

" Diganti minum susu saja mbak yang lebih sering, biar nggak nangis terus karena lapar.. " Kate menatap mata putri sambungnya itu sambil memberi instruksi pada pengasuh Carmel. Mata Carmel menurun dari sang daddy, tajam dan juga berwarna biru cemerlang. Kate begitu menyukai hal tersebut karena memang dia juga menyukai warna mata suaminya. Terlepas dari semua perlakuan Gaffi padanya, Kate sudah sejak lama jatuh hati pada suaminya itu.

Satu bulan telah berlalu, tidak terasa sudah selama itu Kate menjadi istri Gaffi. Jangan ditanya bagaimana perasaannya selama ini, yang jelas sangat kacau. Tiada hari tanpa Gaffi mengamuk dan mencaci makinya. Kekerasan fisik dan verbal menjadi makanan Kate setiap hati selama satu bulan ini. Sanggup, tentu saja tidak, namun memikirkan Carmel membuat Kate mau tidak mau bertahan dengan pernikahan yang mirip seperti neraka ini.

Kate yang sibuk di dapur tidak melihat kepulangan suaminya. Namun saat dia hendak membersihkan dirinya, dia melihat sang suami berada di kamar mereka tengah memandang foto Bellvania, istri Gaffi yang meninggal satu bulan lebih yang lalu..

Kate melihat suami kejamnya itu tengah meringkuk, menangis di atas sofa single yang menghadap foto Bells, sapaan untuk istri Gaffi yang pertama. Kate dalam diam ikut menangis, rasa bersalah bercokol dihatinya enggan untuk pergi. Bagaimanapun juga, dia juga mengenal baik Bellvania Rudolf karena wanita itu adalah teman sekaligus dokter pribadinya. Empat tahun mereka saling mengenal, dan bagi Kate istri pertama Gaffi itu adalah safezone baginya. Namun sungguh dirinya yang sangat berdosa, teman sekaligus tempat ternyamannya itu meninggal karenanya.

Kate masih ingat dengan jelas, pagi itu firasatnya sangat buruk. Namun dia tidak punya pilihan lain selain harus mengendarai mobilnya sendiri untuk melihat pabriknya yang terbakar. Kate kala itu masih menjabat sebagai wakil presdir Berliana Group, perusahaan milik keluarganya. Pagi itu adalah pagi yang mengubah jalan cerita hidupnya, dia tergesa-gesa menuju ke pabrik dan saat melewati JN Hospitals SC mobil Kate sedikit oleng hingga dia tidak bisa menguasai kemudi dan berakhir menabrak beberapa kendaraan dan juga orang. Salah satu korban dan merupakan satu-satunya korban meninggal, dia adalah Bellvania Rudolf.

" Maafkan aku kak, maafkan aku.... Ini semua salahku... Mungkinkah aku yang berniat serakah menggantikan mu akhirnya mendapatkan ganjaran penderitaan yang tiada tara seperti saat ini.. Maafkan aku... " Tubuh Kate merosot ke bawah, menyandar pada tembok di samping pintu kamarnya. Pantas saja Gaffi begitu membencinya, rupanya karena dia sungguh amat tidak tahu diri karena hendak mengambil tempat Bellvania.

Sedangkan di dalam kamar utama, Gaffi juga sama hancurnya dengan Kate. Karena selain harus kehilangan sang istri, dia juga harus menerima pembunuh istrinya tinggal di rumahnya.

" Bells... Apa yang harus aku lakukan? Aku membencinya, tapi aku membutuhkannya untuk menjadi ibu susu Carmel. Aku muak melihat wajahnya yang sok polos seperti orang tanpa dosa. Aku bendi dia Bells, maafkan aku.. " Sesal Gaffi.

Gaffi merasa sudah puas menangis, hendak keluar dari kamarnya. Namun begitu dia membuka pintu yang tidak tertutup rapat itu, dia melihat Kate menangis dalam diam. Emosi Gaffi langsung sampai ke ubun-ubun, melihat pembunuh istri tercintanya berada tepat di depannya. Tanpa banyak berkata lagi, Gaffi menyeret Kate untuk masuk ke dalam kamar dan menjatuhkannya tepat di lantai menghadap ke foto istrinya.

" Kau lihat Bells, wanita yang kau kasihi bahkan kau anggap sebagai saudara mu sendiri. Nyatanya adalah orang yang telah membunuh mu. Dia itu iri melihat mu bahagia makanya dia membunuh mu. DASAR WANITA JAL***!!!!!! " Gaffi langsung menghajar Kate tepat di depan foto wajah sang istri yang tengah tersenyum manis.

" Ampun mas... Ampuni aku mas.... Aku sungguh tidak berniat melakukan itu... " Kate menangis histeris meminta ampun.

" Tapi nyatanya istri dan calon anak ku meninggal karena mu... Dasar SIALAN... " Gaffi menghempaskan tubuh Kate ke lantai setelah dia mengangkat Kate untuk mensejajarkan wajahnya dengan wajah Kate.

" Terima saja mulai dari sekarang, pembalasan dendam ku pada mu. Dasar wanita tidak berguna... " Gaffi menendang kaki Kate lalu berlalu dari kamar begitu saja.

Kate menangis terisak begitu keras, rasanya tubuhnya tidak lagi mampu menerima perlakuan kasar Gaffi. Hatinya sudah hancur karena kata-kata yang dilontarkan Gaffi begitu menyakitinya. Kate tidak sanggup lagi, karena Gaffi selalu memberi luka pada tubuhnya setiap luka yang lama menghilang, begitu seterusnya selama satu bulan ini.

Tubuh Kate kembali bergetar hebat, matanya melotot tajam, dadanya naik turun seperti sedang menahan emosi, nafasnya pendek... Kate mencengkeram apapun yang bisa diraihnya, setelah itu tubuh Kate mulai collaps dan berakhir pingsan di dalam kamar.

Episodes
1 Tidak Seperti Angan Kate
2 Kesalahan terbesar Kate
3 Mimpi Buruk Kate
4 Sakit tubuhku tak sesakit hati ku
5 Sudah sakit tertimpa tangga
6 Aku baik-baik saja
7 Layak menjadi cinta pertama putrinya
8 Tanpa bisa melampiaskan.
9 Benalu dalam rumah tangga ku
10 Emily Castano
11 Menjadi lebih kuat
12 Beraktifitas untuk menghibur hati
13 Suami idaman
14 Bolehkah aku menyerah
15 Aku benci kepura-puraan dirinya
16 Semoga saja tidak
17 Meninggalkan pesta
18 Kejutan terindah atau terburuk
19 kecelakaan naas
20 Kegagalan kedua
21 Visual
22 Hati ayah yang terluka
23 Enggan bertemu
24 Izinkan aku pergi
25 Tidak rela kehilangan
26 Dua hati dua derita
27 Rahasia bersama
28 Kembali bertemu
29 Mengenang Kak Bells
30 keinginan yang tak sama
31 psikolog muda dan tampan
32 Penyakit rindu mama
33 jodoh yang telah usai
34 menjadi penguntit
35 Gaffi bingung
36 bimbang antara pergi atau tinggal
37 perlu waktu untuk bicara
38 keseharian Gaffi tanpa Kate
39 saling terbuka
40 harap-harap cemas
41 kesepian ku
42 Tidak mungkin jatuh cinta
43 Malam penuh gelora
44 Hal yang tidak diharapkan
45 akhir dari kenangan
46 Selangkah semakin mendekat
47 mencabut gugatan
48 Kate pamit
49 kehidupan di tempat baru
50 aktifitas Gaffi yang sibuk
51 pertahanan hati yang jebol
52 kunjungan mertua
53 hipnotis
54 Ketakutan Kate
55 Kenapa bisa itu kau?
56 sedingin musim salju
57 Jangan sampai itu anak ku
58 Bertanya tentang kebenaran
59 Rela bertanggung jawab
60 Tahu tentang perasaannya
61 Kekesalan Gaffi
62 sepenggal kisah kelam
63 Kisah Nella dan Kate
64 akhir kenangan pahit
65 Tengah dipermainkan.
66 tanggung jawab kepala keluarga
67 Stand kue gratis
68 Pengumuman
69 Banyak pesanan.
70 Balasan surat
71 Kesibukan Kate
72 sosok dikenal
73 jatuh cinta pada malaikat
74 Bertemu dengan orang jenius
75 surat Kate
76 Ajakan Iden
77 Merindukan teman
78 Tertawa pertama kali setelah sekian lama
79 Rekan kerja yang menyusahkan
80 Selapang apa hati mu
81 Bagai landak
82 Keputusasaan Gaffi
83 Terbaring tak berdaya
84 Menggenggam atau melepaskan
85 Tidak memerlukan alasan
86 Telah yakin memutuskan
87 Kemajuan yang pesat
88 Syarat pengembalian jabatan
89 Liburan berakhir dikerjai
90 Tidak peduli dunianya
91 Membela Carmel
92 Kepanikan Kate
93 Menjelaskan status Kate
94 Mereka yang tidak baik-baik saja
95 Tuan besar tumbang
96 kekacauan di IGD
97 harus bertemu
98 Tiba di tempat baru
99 Pernyataan cinta Volk
100 Kate dan Gaffi
101 Pengumuman karya baru
102 Aku dan Rahasia besar ku
103 Karya baru
104 Karya baru
Episodes

Updated 104 Episodes

1
Tidak Seperti Angan Kate
2
Kesalahan terbesar Kate
3
Mimpi Buruk Kate
4
Sakit tubuhku tak sesakit hati ku
5
Sudah sakit tertimpa tangga
6
Aku baik-baik saja
7
Layak menjadi cinta pertama putrinya
8
Tanpa bisa melampiaskan.
9
Benalu dalam rumah tangga ku
10
Emily Castano
11
Menjadi lebih kuat
12
Beraktifitas untuk menghibur hati
13
Suami idaman
14
Bolehkah aku menyerah
15
Aku benci kepura-puraan dirinya
16
Semoga saja tidak
17
Meninggalkan pesta
18
Kejutan terindah atau terburuk
19
kecelakaan naas
20
Kegagalan kedua
21
Visual
22
Hati ayah yang terluka
23
Enggan bertemu
24
Izinkan aku pergi
25
Tidak rela kehilangan
26
Dua hati dua derita
27
Rahasia bersama
28
Kembali bertemu
29
Mengenang Kak Bells
30
keinginan yang tak sama
31
psikolog muda dan tampan
32
Penyakit rindu mama
33
jodoh yang telah usai
34
menjadi penguntit
35
Gaffi bingung
36
bimbang antara pergi atau tinggal
37
perlu waktu untuk bicara
38
keseharian Gaffi tanpa Kate
39
saling terbuka
40
harap-harap cemas
41
kesepian ku
42
Tidak mungkin jatuh cinta
43
Malam penuh gelora
44
Hal yang tidak diharapkan
45
akhir dari kenangan
46
Selangkah semakin mendekat
47
mencabut gugatan
48
Kate pamit
49
kehidupan di tempat baru
50
aktifitas Gaffi yang sibuk
51
pertahanan hati yang jebol
52
kunjungan mertua
53
hipnotis
54
Ketakutan Kate
55
Kenapa bisa itu kau?
56
sedingin musim salju
57
Jangan sampai itu anak ku
58
Bertanya tentang kebenaran
59
Rela bertanggung jawab
60
Tahu tentang perasaannya
61
Kekesalan Gaffi
62
sepenggal kisah kelam
63
Kisah Nella dan Kate
64
akhir kenangan pahit
65
Tengah dipermainkan.
66
tanggung jawab kepala keluarga
67
Stand kue gratis
68
Pengumuman
69
Banyak pesanan.
70
Balasan surat
71
Kesibukan Kate
72
sosok dikenal
73
jatuh cinta pada malaikat
74
Bertemu dengan orang jenius
75
surat Kate
76
Ajakan Iden
77
Merindukan teman
78
Tertawa pertama kali setelah sekian lama
79
Rekan kerja yang menyusahkan
80
Selapang apa hati mu
81
Bagai landak
82
Keputusasaan Gaffi
83
Terbaring tak berdaya
84
Menggenggam atau melepaskan
85
Tidak memerlukan alasan
86
Telah yakin memutuskan
87
Kemajuan yang pesat
88
Syarat pengembalian jabatan
89
Liburan berakhir dikerjai
90
Tidak peduli dunianya
91
Membela Carmel
92
Kepanikan Kate
93
Menjelaskan status Kate
94
Mereka yang tidak baik-baik saja
95
Tuan besar tumbang
96
kekacauan di IGD
97
harus bertemu
98
Tiba di tempat baru
99
Pernyataan cinta Volk
100
Kate dan Gaffi
101
Pengumuman karya baru
102
Aku dan Rahasia besar ku
103
Karya baru
104
Karya baru

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!