Samsul bangun pukul enam pagi, dia melihat kedalam kulkas masih ada nasi sisa kemarin dan memutuskan untuk masak nasi goreng.
Tapi sebelum itu dia memilih untuk lari pagi, meskipun sudah berusia kepala tiga lebih, tapi dia harus tetap menjaga tubuhnya agar bugar.
Saat melewati perkampungan, beberapa ibu-ibu menyapa Samsul, "pagi mas Samsul,"
"Pagi Bu,"
Dia pun tak berhenti karena malas menanggapi para ibu itu.
Terlebih para ibu itu mulai menjodoh-jodohkan dengan wanita yang tak di sukai olehnya.
Bahkan dia tak peduli lagi jika harus hidup sendiri selamanya, dia berhenti di salah satu buk dekat sawah miliknya.
Dia mengeluarkan air yang sengaja di bawa olehnya, "suasananya sepi ya... ini sangat menyenangkan," gumamnya.
Tapi tak butuh waktu lama baginya sudah di ganggu suara teriakan, "Rita!!! dasar gadis ini!!" teriak seorang ibu pada seorang gadis yang mengendarai sepeda ontel miliknya.
Samsul melihat gadis itu menggowes sepedanya cukup cepat, hadis berpakaian putih abu-abu itu tersenyum ceria.
Samsul merasa ketenangan hancur jadi memutuskan untuk mulai jalan lagi,"aih aku lupa tak bawa rokok lagi," gumamnya.
Dia pun menuju ke sebuah warung kelontong, ternyata gadis itu ada di sana sedang menaruh sesuatu, "buk rokok LA mild, dua," kata Samsul.
"Aduh mas samsul ini gimana, baru selesai olahraga malah ngerokok," kata pemilik warung.
"Bagus dong Bu, itu sama saja cari penyakit dan obatnya sekalian, jadi kalau mati gak nyesel-nyesel amat," kata gadis itu tertawa.
"Hei kamu itu, gak sopan ngomong gitu sama mas samsul," kata pemilik warung mencubit gadis itu.
"Sudah Bu, saya berangkat sekolah, ingat nanti uangnya saya yang ambil, jangan di titipkan lagi sama ibu, beh... jatah uang saku untuk wisata ku hilang," kata gadis itu mengerucutkan bibirnya.
"Iya-iya maaf, sudah sekarang kamu bisa berangkat ke sekolah," kata penjaga warung itu.
Samsul menikmati rokoknya dan melirik jualan gadis itu, "dia itu siapa Bu, tak pernah lihat?"
"Dia itu Rita Anggraini mas, dia itu putri pak Zainal yang rumahnya di pojok desa dekat barongan itu loh mas, meski dari keluarga yang berada, tapi gadis itu dari kecil selalu titip makanan di sini," terang ibu penjaga warung.
"Iya Bu, kalau begitu permisi,"
Samsul lanjut jalan, sambil menikmati rokok miliknya, setelah itu dia kembali lari menuju rumahnya.
Sesampainya di rumah ternyata sudah ada Anto, "kenapa, bukannya kamu harus beli diesel? kan ada pesanan lima perontok padi dan jagung," kata Samsul melihat orang kepercayaannya.
"Uangnya mas, he-he-he habis kemarin lupa aku," jawab pria itu sambil tersenyum menggaruk kepalanya.
"Dasar kamu ini, sudah ayo masuk kedalam dulu," ajak Samsul.
Dia mengambil uang untuk membeli diesel, dan setelah menerimanya Anto pun pamit.
Memang Samsul itu punya segalanya, wajah tampan iya, badan bagus iya, uang di dompet banyak pasti, tapi sayang dia selalu gagal di percintaan.
Dia memutuskan mandi karena tubuhnya sangat lengket terasa, setelah mandi dia langsung membuat sarapan.
Dia mencampur nasi dengan sambal yang dia beli secara on-line, ya dia sangat cocok dengan sambal itu.
Tejo datang untuk mengajak Samsul melihat sawah yang sedang panen cabe.
"Sudah sarapan cak?" tawar Samsul yang sedang sarapan sambil nonton tv.
"Sudah mas, tadi sarapan nasi goreng juga, maklum kata si mbok sayang kalau di jadikan nasi karak," kata Tejo tertawa.
"Loh emang si mbok gak pernah buat nasi karak lagi?" tanya Samsul penasaran
"Sudah mas, takut di makan ayam, lebih baik di buat kerupuk puli,"
"Wah mau aku kalau itu, boleh bawakan gak kalau ada, tapi sekalian goreng ya," kata Samsul dengan semangat.
"Iya mas, nanti kalau ada tak antar, memang mas tak mau pulang ke rumah orang tua saja, dari pada di sini sendirian?" tanya teko.heran karena Samsul selalu nyaman hidup seperti ini.
"Gak mas, aku suka sendirian tenang, kalau di sana kepala pusing dengerin anaknya Dita nangis terus belum lagi teriakan ibu, bikin telinga sakit," kata Samsul.
Akhirnya mereka pun berangkat, selama perjalanan menuju sawah Samsul di bonceng motor oleh Tejo.
Sesampainya di sawah, para pekerja sedang istirahat sarapan, Samsul melihat hasil panen yang cukup baik.
"Apa sudah ada pembelinya?"
"Sudah mas, nanti dia datang sekitar jam dua, Monggo sarapan dulu kebetulan saya bawa ikan gerih jambal, mantep mas Ambi sambel tomat," kata Tono.
"Sekecaaken Semuanya, saya juga sudah sarapan sama nasi goreng tadi," kata Samsul dengan senyum mengembang.
Beberapa ibu-ibu yang kumpul pun ikut senang melihat pria itu, "aduh Bu, para mas Samsul itu buta ya, kenapa malah meninggalkan mas Samsul yang ganteng plus jaya ini, apa mereka tak merasa bodoh ya," kata Bu is.
"Iya ya Bu, orang sempurna gitu loh,aku sih mau kalau gak punya suami, pasti uh... bahagia sekali ya!!" kata Bu as.
"Khem.... kami masih hidup loh, bisa-bisanya kalian bicara begitu," kata pak Tono pada istrinya.
"He-he-he maaf lah pak, kami hanya bercanda, habis istri mas Samsul itu sepertinya orang bodoh semua, orang sempurna gini malah di tinggalin," kata Bu as di tertawakan semua orang.
"Sudah ibu-ibu, mungkin mereka lebih bahagia seperti itu, lagi pula saya juga bahagia seperti ini,bebas," jawab Samsul.
"Terus kalau malam gak ada yang kelonin dong mas, atau mau sama ibu gak,meski sudah setengah baya ini kalau di suruh goyang masih hebat," kata Mak Ijah.
"Halah Halah... panen Lombok saja terus sambat mau goyang, baru tiga goyangan udah encok Mak!!" kata para ibu-ibu.
Samsul hanya mengeleng saja, pasalnya mereka semua tak tau jika Samsul tak mudah bisa di pancing saat di ranjang.
Itulah yang membuat salah satunya alasan para istrinya itu kabur, tapi dia tak ambil pusing.
Bukan karena adik kecilnya tak berdaya, melainkan dia yang memang tak bernafsu melihat wanita.
Terlebih para wanita yang terkenal genit di ranjang, itu malah semakin membuatnya jijik melihat mereka.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 85 Episodes
Comments
🎎 Lestari Handayani 🌹
semangat terus Thor
2022-12-12
0
Titik Sofiah
lanjut Thor
2022-12-12
0