"Maksud kamu apa berbicara begitu hah?" Brian merasa geram, lalu tiba tiba memukul Steffan karena merasa tidak terima apa yang diucapkan olehnya.
Satu pukulan mendarat tepat dibibir Steffan, sehingga mengeluarkan sedikit darah dan Steffan meringis kesakitan.
Apa-apaan sih kamu itu hah? Oh jadi kamu mau kita main fisik begitu, iya? Oke kalau begitu saya tantang kamu!" Steffan merasa geram lalu memukul balik Brian.
Satu pukulan mendarat di bibir Brian, dan sedikit mengeluarkan darah segar.
"Lagian kamu tuh yang memulai memancing emosiku! Kamu bilang aku brengsek dan mempermainkan dia? Tau apa kamu?" Brian, sambil mecengkram baju Steffan, lalu memukul bibirnya kembali sehingga luka sobek bagian bibir bawah dan mengeluarkan darah.
"Lagian emang benar kamu itu brengsek Brian! Kamu sudah menyakiti wanita yang aku sangat cintai dan aku tidak rela bila kamu melukai dia, Brian!" Steffan, kembali memukul balik Brian
Kini mereka saling membaku hantam satu sama lainnya. Sehingga sama-sama terguras luka sobek dibibinya dan semakin mengeluarkan darah banyak.
"Hentikan semuanya! Kalian ini apa-apaan? Kenapa kalian malah berkelahi?" Vanes mencoba menghentikan pertengkaran mereka dan sambil menatap tajam Brian dan Steffan bergiliran.
"Aku tidak terima kamu disakiti sama pria brengsek seperti dia, Vanes! Apalagi dia telah mengkhianatimu, Vanes?" Steffan, sekilas menatap Vanes lalu menatap tajam Brian.
"Kamu bilang barusan apa hah? Aku mengkhianati dia, kamu tahu dari mana sampai bicara gitu?" tanya Brian, sambil mencengkram kembali baju Rendy.
"Stop! Hentikan Brian, sudah malu tau lihat banyak orang yang lihat Kalian berkelahi mulu," lirih Vanes, sambil menarik tangan Brian.
"Tapi dia sudah berani kurang ajar, Sayang!Juga sudah menuduh yang enggak enggak!" Brian masih emosi lalu melepaskan cengkramannya.
"Lagian emang benar, itu juga Vanes sendiri yang cerita sama aku. Asal kamu tau dia menangis karena ulahmu, Brian! Kamu seenaknya mempermainkan dia dan lebih memilih menjaga perasaan mantanmu dari pada dia?" Steffan sambil menatap tajam Brian.
"Kamu!" Brian, sambil mengangkat satu telunjuknya tepat di depan mata Steffan.
"Apa, hah?" tantang Steffan.
"Aku bilang cukup! Kenapa sih kalian tidak dengar perkataan aku hah? Kalian sudah mempermalukan akubdan sudah membuka aib aku di depan umum!" bentak Vanes merasa geram melihat perkelahian Brian dan Steffan.
"Ya sudah sekarang kita pulang dari sini," Brian, sambil menarik kasar tangan Vanes.
"Aww, sakit tau lepasin. Aku bisa jalan sendiri kok," pekik Vanes merasa sakit saat tangannya ditarik dengan kasar.
"Jangan kasar gitu dong sama dia," gerutu Steffan, sambil mencoba melepaskan cengkraman tangan Brian dari Vanes dan menghalangi jalannya.
"Kamu jangan ikut campur! Ini urusan aku dengan Vanes!" Brian, sambil menginbaskan tangan Steffan yang mencoba melepaskan tangannya.
"Tapi-"
"Sudahlah Steffan, aku tidak apa-apa. Lagian apa yang di katakan Brian memang benar ini urusan aku dengan dia," ucap Vanes memotong pembicaraan Steffan sambil memberikan kode pada Steffan bahwa dirinya akan baik baik saja.
"Kamu dengarkan dia bilang apa hah? Jadi minggirlah!" Brian, menatap kesal Steffan.
"Oke baiklah kalau begitu. Tapi ingat jika kamu berani melukai Vanes, maka kamu akan berurusan dengan aku ingat itu!" Steffan, sambil menatap tajam Brian.
"Ck, kamu pikir aku takut sama kamu hah?" Brian, tersennyum sinis.
"Ayo, kita pulang," Brian, segera pergi dari taman tersebut sambil mencengkram tangan Vanes agar mengikuti dirinya.
"Brian, sudah lepasin tanganku sakit tau," ucap Vanes, saat dirinya sudah dekat dengan mobil milik Brian.
Brian pun dengan segera melepaskan tangannya yang mencengkram tangan Vanes.
"Masuk!" perintah Brian kepada Vanes untuk masuk ke dalam mobil. Lalu Vanes pun memutarkan bola matanya dengan malas kemudian masuk kedalam mobil.
Setelah mereka berada didalam mobil, Brian pun dengan segera melajukan mobilnya. Kini suasana di dalam mobil pun terasa mencengkram tidak ada di antara mereka yang saling berbicara. Brian pun membawa Vanes ke suatu tempat. Tanpa Vanes ketahui dimana tempat tersebut.
"Ayo kita keluar dari sini!" ajak Brian saat sudah sampai di suatu tempat.
"Benar-benar gila ya, kamu! Masa iya kita turun ditempat begini," gerutu Vanes, sambil menatap kesal kekasihnya.
"Lagian aku sengaja membawa kamu kesini biar tidak ada orang yang tau," lirih Brian.
"Maksudnya agar tidak ada orang yang tau? Kamu mau membunuhku ya, hah?" tanya Vanes, sambil menatap tajam Brian.
Bersambunng ....
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 42 Episodes
Comments
Hafira
walaupun gak ada niatan untuk menghianati tapi sikapnya Brian kayak gitu mending lepas aja
2023-03-13
3