Malam harinya terlihat hingar bingar di sebuah club malam di pusat kota Ebisu. Tarian striptis wanita dan pria di atas panggung menambah keramaian.
Bukan hanya wanita seksi yang menari striptis di atas panggung tapi laki-laki dengan tubuh menggiurkannya melenggok-lenggok memeluk tiang besi yang disediakan diatas panggung.
"Huoowwww!!"
Teriakan para pengunjung club semakin malam terdengar semakin keras.
Kei berjalan santai dengan menaruh kedua tangannya di saku celananya, teman-temannya menjaga dia sisi kiri dan kanannya.
"Aku belum melihat mangsa cantik," ujar Jiro si cowok urakan.
"Hm," Ryo si cowok cool hanya menatap keramaian dengan ekspresi bosan.
"Kau mau dance, Kei?" tanya Daisuke si cowok blak-blakkan.
"Go!" Kei mulai merengsek maju ke tengah lantai tempat dance, mulai dance bergabung dengan pengunjung lain.
Kei bersiul melihat tubuh seksi pria yang menari striptis diatas panggung.
Teman-temannya sudah mengetahui penyimpangan or!entasi s3ksual Kei. Kei menyukai laki-laki bukan perempuan.
"Ambil Kei! Taklukan cowok itu!"
Kei hanya tertawa, lalu mulai menggerakkan tubuhnya mengikuti musik DJ yang diputar. Ia mengangkat kedua tangannya ke atas, tubuhnya berjingkrak-jingkrak membuat rambut pendek mohawk-nya berantakan.
Tak lama Kei kehausan, dia mengajak teman-temannya untuk mencari minuman. Mereka menemukan kursi panjang melingkar di pojok dan duduk disana. Tak lama seorang pelayan club datang melayani mereka.
"Kei, kau masih tak suka alkohol?" tanya Jiro.
"Tubuhku tak bisa menerimanya. Belum ada alkohol yang bisa masuk ke dalam tubuhku."
"Kalian akan ikut duel itu?" tanya Kei sambil memasukkan sebuah ceri ke dalam mulutnya.
"Tidak!!!" Ketiga temannya dengan cepat menjawab.
"Kenapa?"
"Aku hanya ingin bersenang-senang dengan wanita," jawab Jiro lugas sambil nyengir.
Kei melempar bantal sofa ke arah Jiro.
"Aku hanya ingin mendukungmu," tegas Daisuke.
Kei hanya menatapnya.
"Kalau kau Ryo?"
"Aku hanya ingin hidup santai tanpa ada beban. Lagipula aku memang bukan anak yang dibanggakan dalam keluarga," Ryo mengangkat bahunya tak perduli.
"Sial, geng Katashi datang," umpat Jiro saat melihat geng Katashi berjalan semakin mendekati tempat mereka duduk.
Katashi pun melihat mereka, dia terseyum sinis dan berjalan mendekati geng Kei.
"Tenanglah, jangan memulai perkelahian," ujar Daisuke.
Katashi duduk di samping Kei, menaruh sebelah tangannya di pundak Kei.
"Kabarmu sepertinya baik Kei? Tulang rusukmu yang aku hancurkan sepertinya cepat sembuhnya. Bagaimana jika aku menghancurkan wajah feminin bulemu ini?" Dengan satu tangan lainnya Katashi mengelus pipi Kei yang lembut.
"Wah wah... lembut sekali! Apakah kau benar-benar laki-laki? Pantas saja beredar kabar kau suka sesama jenis, haha... Lihatlah matamu yang indah, bahkan aku sebagai lelaki sejati akan jatuh cinta padamu." ejek Katashi menertawakan Kei.
Daisuke bangkit dari duduknya tak terima perlakuan Katashi pada Kei dan ingin menghajarnya.
Kei mengangkat tangannya menghentikan Daisuke. Sudah sering orang-orang mengejek penampilan wajah dan matanya yang berbeda dari orang Asia seperti mereka. Jadi sudah tak asing lagi dan kini sudah tak membuatnya marah.
"Kalau kau lelaki sejati, bagaimana jika kita berduel di arena pertarungan penentuan anggota klan terbaik beberapa hari lagi. Jangan seperti banci, selalu mengangguku," tantang Kei dengan santainya.
Katashi tak ingin dianggap banci seperti ucapan Kei, akhirnya menyanggupinya.
"Baiklah, hati-hati dengan rusuk-rusukmu. Nanti kau takkan bisa lolos lagi dari kematian."
Katashi lalu melepaskan tangannya dari bahu Kei dan berdiri, berjalan ke teman-teman geng-nya dan mengajak mereka pergi.
"Kau yakin bisa melawannya? Terakhir kalo rusukmu cedera dan kau terbaring selama seminggu," cemas Daisuke.
"Sudahlah, kalian minumlah sepuasnya, aku yang akan bayar. Aku pergi ke toilet dulu," Kei berdiri dan berjalan keluar ruangan, berbelok ke arah toilet.
Bugh!
Saat berbelok di jalan menuju toilet tubuh Kei bertabrakan dengan seseorang.
Kei menatap lelaki di depannya, mata biru lelaki itu seakan menghipnotisnya membuatnya terdiam. Tapi bukan karena itu saja Kei terdiam, wajah lelaki yang sedang berdiri di depannya ia sangat mengenalnya.
"Maaf, kamu baik-baik saja?" tanya Sean sekaligus minta maaf.
Sean refleks berbicara bahasa Jepang, karena dia sedang ikut Ayahnya yang sedang berbisnis di Jepang dan bertemu orang-orang Jepang. Sean menatap wajah lelaki yang tak sengaja dia tabrak dan ternyata berwajah bule sepertinya. Akhirnya dia mencoba berbicara dalam bahasa inggris.
"Halo Tuan, Anda baik-baik saja?" tanya Sean sekali lagi.
Kei yang mengenali Sean tak menjawabnya, dia segera pergi begitu saja meninggalkan Sean.
"Dasar lelaki aneh, apa dia bukan orang asing sepertiku dan asli orang sini? Tapi wajahnya bukan wajah Asia?" Gumam Sean sambil melanjutkan langkahnya.
Sean menaiki tangga menuju ruangan privat yang dipesan rekan kerjasama Ayahnya. Usianya memang masih remaja, tapi Ayahnya bilang dia harus ikut saat Ayahnya berbisnis agar dia dapat belajar sejak dini.
Sean melihat Ayahnya sedang menelepon, wajah Ayahnya tersenyum lebar. Sean menggeleng sambil tersenyum, pasti Ibunya yang menelepon.
Sean berjalan ke arah pagar besi penyangga di lantai atas tak ingin menganggu Ayahnya, tubuh depannya ia senderkan ke pagar matanya berkeliaran menatap ke arah hiruk pikuk pengunjung dibawah sana.
Matanya terjatuh pada sosok pemuda yang ia tabrak tadi, pemuda itu sepertinya sedang berbicara dengan teman-temannya.
Tiba-tiba pemuda itu menatap ke atas, ke arah Sean. Seperkian detik kedua pasang mata mereka terkunci, saling menatap tak melepaskan pandangan mereka. Rasa familiar menyerbu pikiran Sean, merasa pernah melihat warna mata unik pemuda itu.
Tapi pemuda itu mengalihkan pandangan darinya, berbicara sebentar pada temannya lalu mereka pergi ke arah pintu keluar.
Diluar club ketiga teman Kei saling berpadangan ketika melihat Kei menonjok dinding sampai tangannya mengeluarkan darah, lalu Kei mengamuk berteriak teriak marah dengan bahasa inggris yang hanya di mengerti oleh Daisuke dan Ryo.
Daisuke mencerna arti perkataan Kei yang kurang lebih dia mengerti. Arti perkataan Kei adalah baru saja Kei melihat anak pembunuh Ibunya, tapi tak bisa berbuat apapun. Kei sudah berjanji pada Pamannya, tidak akan menampakkan diri kepada para musuhnya sebelum Pamannya menyuruhnya.
Daisuke menghampiri Kei yang masih berteriak-teriak marah sambil menyakiti dirinya sendiri. Daisuke memelintir kedua tangan Kei ke belakang dan menguncinya. "Cukup Kei!"
Daisuke memberi kode pada kedua temannya, Jiro dan Ryo dengan cepat membantu menahan tubuh Kei agar tak memberontak.
.
.
.
LIKE, KOMEN, GIFT, VOTE.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 44 Episodes
Comments
HNF G
hahahaha..... dikira belok😝😝😝
2024-11-26
0
ᑎᎥຮ𑜅 🩷E𝆯⃟🚀ᵒⁿ`oғғ
lama tak melihat mata indah itu ya sean, tp dl km malu2..
2023-01-12
0
ᑎᎥຮ𑜅 🩷E𝆯⃟🚀ᵒⁿ`oғғ
good kei..kalahkan biar ga bnyk omong kaya emak2 komplek lg ghibah 🤭🤣
2023-01-12
0