BAB.3

Di Perusahaan, Albert menatap waspada ke sekeliling. Dirinya selalu dikagetkan dengan tingkah Amanda padanya. Amanda selalu mengikutinya kemanapun, karena Amanda adalah adik Tuannya tentu saja Albert tak bisa melarangnya atau memarahinya.

Tuan Lazarus pun selalu diam saja dengan tingkah adik perempuannya, malah pernah sekali waktu malah dia yang dimarahi tapi sampai sekarang Albert tak mengerti apa kesalahannya.

Albert ingat saat dirinya sibuk mengerjakan laporan di ruangan kerja Tuannya, tiba-tiba Amanda datang membawa kopi dan duduk disampingnya. Amanda bahkan tak henti-hentinya mengajaknya bicara, meskipun Albert tak membalas ucapannya.

"Albert! Kamu gak mau jawab pertanyaanku. Aku tanya, sejak kapan bekerja pada kakak?"

Tetap saja Albert mengunci bibirnya, masih menarap laptop di depannya dan fokus mengetik laporan.

"Albert, jawab aku!"

Brak!

Lazarus yang duduk di meja kerjanya menggebrak meja. "Albert, jawab saja pertanyaannya. Kalau tidak mau meladeninya, pergi sana kerjakan laporan di kamarmu!"

Seketika Albert berdiri dan merapikan barang-barangnya dan kerjaannya. Tanpa sepatah katapun dia pergi keluar meninggalkan ruangan Tuannya.

Setiap hari kejadian itu selalu terulang, Albert sebenarnya mengerti apa yang diinginkan Amanda darinya. Tapi dulu ia mengganggap rasa suka Amanda padanya hanya sementara karena usianya masih belia 18 tahun, sedangkan ia sendiri berusia 28 tahun.

Perbedaan usia mereka berdua saja sangat jauh, apalagi Amanda adalah adik dari Tuannya jadi mana berani Albert berhubungan dengan Amanda.

Tapi seiring berlalunya waktu, sampai kini usia Amanda menginjak 29 tahun perilaku Amanda tak berubah padanya. Kini bahkan Albert sudah menjadikan sosok Amanda menjadi bagian dalam kesehariannya.

Tapi hari ini Albert sangat heran dari pagi sampai sore dirinya bekerja, ia tak melihat batang hidung Amanda.

Lazarus tersenyum melihat tingkah Albert yang melirik kesana kemari mencari keberadaan adiknya. "Kamu mencari siapa? Tidak mau pulang. Ayo."

Albert pulang bersama Lazarus seperti biasa, saat sampai di kediaman Lazarus dia kembali melirik ke sekeliling.

Angela yang menyambut kepulangan suaminya, melihat Albert ia tersenyum jahil mulai menjalankan rencananya membantu Amanda.

Angela menghampiri Lazarus, mengambil tas kerjanya. Mengecup bibirnya sekilas, "Sayang, Amanda tidak enak badan, apa aku harus panggil Theo untuk memeriksanya. Bukankah Theo menyukai adikmu sejak lama? Bagaimana jika kita jodohkan mereka berdua?"

Lazarus dan Angela menahan tawa mereka, tak ingin sandiwara mereka terbongkar.

"Hm, haruskah? Betul juga, usia Amanda sekarang sudah terlalu terlambat untuk menikah. Kebetulan Theo sudah pernah menikah jadi dia sudah punya pengalaman. Baiklah, telepon Theo untuk memeriksa Amanda, sekalian kita dekatkan mereka."

"Ya, ayo ganti pakaianmu," Angela menggandeng lengan Lazarus mengajaknya masuk ke kamar.

Albert bengong mendengar obrolan kedua majikannya, merasa bingung sekaligus ada perasaan tak rela memikirkan Amanda bersama pria lain. Albert menggaruk kepalanya yang tak gatal, merasa gelisah tapi tidak tau harus berbuat apa.

Saat sudah berada di kamar mereka, Lazarus memeluk Angela dari belakang, "Sayang, aktingmu masih terbaik. Haha... "

"Huh! Masih kalah darimu. Sekarang lihat kelakuan putri kita Callista yang selalu mendrama di setiap waktu, mau tak mau aku mengakui sifatnya mirip sepertimu," Angela menggeleng.

"Ahya sayang... seminggu lagi aku harus ke Jepang. Aku akan mengajak Sean, aku berencana membuka cabang Perusahaanku disana. Nanti jika Sean sudah kuliah, dia bisa mulai berbisnis, jadi saat lulus kuliah bisa langsung mengambil alih Perusahaan di Jepang. Gimana menurutmu?"

"Hm, menurutku bagus. Bagaimana kabar David? Dia masih mencari Evelyn di Jepang?"

"Ya, sudah 11 tahun tapi Evelyn bagai ditelan bumi. Aku dan David sudah menyewa berbagai detektif swasta tapi nihil. Jika benar perkataan Irene, Vincent bekerjasama dengan mafia Jepang. Maka bisa dimengerti jika para detektif swasta pun tak bisa melacaknya. Jaringan Yakuza di jepang sangat ekstrem, jika mereka sudah bertindak untuk menutup identitas Evelyn sangat sulit bagi orang yang melacaknya."

"Kasihan sekali anak itu, aku bahkan merasa berdosa pada Michelle," Angela menghembuskan nafas beratnya.

Lazarus juga merasakan hal yang sama, tapi mau bagaimana lagi takdir belum mempertemukan mereka.

.

.

.

Theo datang untuk memeriksa Amanda sesuai intruksi Lazarus tadi di telepon. Sebenarnya kini Theo sudah tak mengenal sosok Lazarus yang dulu, sosok Lazarus dulu cuek dan dingin bahkan bisa terbilang tak mau ikut campur urusan orang.

Tapi setelah menikah kembali dengan Angela istri pertamanya dulu, perubahan Lazarus hampir berubah menjadi orang lain.

Theo sedang berada di kamar Amanda, dia tidak benar-benar memeriksa Amanda, mereka semua yang terlibat hanya bersandiwara.

Samantha juga berada di dalam kamar, berjaga-jaga mengintip kedatangan Albert di samping pintu. Sean berada di sudut belokan kamar Amanda, dia akan memberi kode pada Samantha jika Albert datang.

Semenjak Ayahnya Abraham pergi, dan Ibunya dipenjara Amanda pindah ke kediaman Lazarus. Sedangkan kediaman utama dan kediaman Sheril dibiarkan kosong.

Albert sedang gelisah di kamarnya, tadi ia mendengar suara Theo datang sepertinya akan memeriksa Amanda.

Albert hanya berpikir Theo sudah pernah menikah dan gagal, apalagi usia Theo dan Amanda terbilang jauh hampir 14 tahun. "Apa yang kupikirkan? Kenapa aku harus mengurusi dengan siapa Amanda akan menikah?"

Sekelebat bayangan Amanda muncul saat Amanda tersenyum padanya dan membetulkan dasinya ketika akan berangkat kerja, dengan ceria dia berkata. "Albert, jaga matamu. Hari ini aku tidak bisa mengikutimu tapi cinta di hatiku akan selalu bersamamu."

Selama bertahun-tahun, kini ia sudah terbiasa akan kehadiran Amanda yang selalu berada didekatnya.

"Sanggupkah aku kehilangan Amanda?" gumamnya.

Dalam kegalauannya, tiba-tiba pintu diketuk. "Uncle, apakah paman Theo akan menikah dengan aunty Amanda? Callista baru saja lihat paman Theo peluk-peluk aunty," ujar Callista dengan mata polosnya.

Albert berdiri, tak ingin berpikir lebih lama. "Nona Callista, uncle mau pergi ke kamar aunty dulu. Jadi... Nona pergi ke kamar, ya."

Callista yang merasa sudah berhasil dalam misinya, tentu saja menggangguk dan berlari pergi keluar kamar.

Albert dengan langkah lebar berjalan ke kamar Amanda.

.

.

.

LIKE, KOMEN, GIFT, VOTE. MAAACIH ^__^

Terpopuler

Comments

HNF G

HNF G

🤣🤣🤣🤣🤣🤣🤣🤣drama family

2024-11-26

0

HNF G

HNF G

nah.... mulai ada yg kurang kan...... 🥰

2024-11-26

0

Rina Mojokerto

Rina Mojokerto

ini nih aroma cuka menguar di udara🤣🤣🤣🤣

2024-02-07

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!