Sepulang kerja Nabila tak langsung membersihkan tubuhnya seperti biasa, ia melempar tubuhnya ke atas ranjang. Menutup kepalanya dengan bantal, merasa frustasi akan hatinya. Ia bukan tak mau mengejar secara terang - terangan pria yang disukainya tapi andai saja wanita yang disukai Bos nya itu bukan sahabatnya pasti ia tidak akan memendam perasaannya dan hanya memberikan kode - kode yang bahkan tak dianggap pria itu karena di hati sang Bos hanya ada nama Delova.
"Arghhttt! Pria ogeb! Pria gak peka! Pria buta! Masa aku sering perhatian sama dia, tapi dia gak ngeuh sih! Sebel! Sebel! Ah!" teriaknya frustasi, untung saja ia tinggal sendiri di sebuah Apartemen minimalis, suara teriakan frustasinya tak akan terdengar siapapun.
Nabila merogoh ponsel di tas kerja nya, ia menulis status di WA.
'Semacam rindu tak bertuan, cinta tak terbalas dan perjuangan tak dihargai. Ah... sakit sekali!'
Nabila menekan kirim lalu sekali lagi menulis status di WA - nya.
'Akan ada waktu ketika orang yang sabar menjadi muak! Orang setia akan angkat kaki. Itu adalah ketika sifat sabar, peduli dan setianya tidak dihargai!'
Sekali lagi Nabila menekan kirim, lalu menonaktifkan jaringan wifi - nya. Ia beranjak turun dari atas ranjang masuk ke dalam kamar mandi dan mulai membersihkan tubuh berkeringatnya.
.
.
.
Pukul 21.30 wib, Reyhan selesai ber - gym di tempat gym area Apartemen nya. Ia masuk ke dalam Apartemen langsung menuju dapur mencari air putih dan meminumnya. Setelahnya ia mengambil ponsel yang ia tadi taruh di atas meja di depan TV sebelum pergi ke tempat gym.
Pria itu memeriksa beberapa e-mail yang masuk, beralih ke WA ingin memeriksa status WA dari Delova.
Degh! Tak sengaja ia menscroll status WA Nabila, kata - kata di status nya tiba - tiba membuat ia bertanya - tanya dan tak elak ia sangat perduli untuk siapa status WA - nya itu.
Tak ingin banyak menduga - duga, akhirnya Reyhan mulai meng-chat Nabila.
Reyhan : [ Nab, status WA kamu untuk siapa? ]
Lama tak ada balasan, Reyhan melihat ceklis centang 2 tapi belum berwarna biru tandanya belum dibaca pegawai wanitanya itu.
Nabila : [ Emang kenapa Bos? Jadi orang ko kepo, apalagi Bos cowok __^ ]
Reyhan : [ Ya gak papa, cuma kan selain Atasan dan pegawai kita kan teman. Emang gak boleh sedikit perduli gitu? ]
Nabila : [ Gak usah sok peduli! Sejak kapan Bos perduli sama wanita selain Delova? ]
Balasan chat Nabila membuat Reyhan menggertakan gigi, kenapa ia merasa tak enak hati saat membacanya.
Reyhan : [ Ya sudah, terserah! Tidur, jangan bergadang malam - malam. Besok kerja jangan telat! ]
Nabila membaca chat dari Reyhan tapi kali ini dia malas meladeninya lagi, untuk apa meladeni pria si kurang peka.
Setelah menunggu balasan dari Nabila yang biasanya penuh perhatian padanya, misalnya seperti menyuruhnya tidur jangan terlalu larut malam, atau juga mengingatkan nya minum vitamin dan jangan minum kopi malam - malam. Eh setelah Reyhan tunggu lama chat itu tapi tidak datang - datang juga dari Nabila.
"Tumben dia gak cerewet ngingetin aku ini itu?" gumamnya tanda tanya besar.
"Bodo lah, mungkin dia lagi ada masalah."
Reyhan menyimpan ponselnya, lalu pergi ke kamar mandi mengguyur tubuhnya dengan air hangat dari shower.
.
.
.
Esoknya Nabila mendapat telepon dari seseorang yang tidak diduganya. Seorang Produser ternama dari sebuah Angensi Perusahaan hiburan lain, menimang Produser itu menelepon nya secara baik - baik akhirnya Nabila tak bisa menolak saat diajak bertemu.
Menggunakan waktu makan siang, Nabila pergi ke kafe tempat ia berjanji bertemu. Saat datang, Produser yang mengaku bernama Dimas Prasaja sudah datang lebih dulu, ia mengenalinya karena tadi pria itu mengirim foto dirinya melalui WA.
"Pak Dimas?" tanya Nabila, takut salah orang ia hanya mencoba berhati - hati.
Dimas mendongak dari ponsel yang sedang di lihatnya, ia tersenyum sopan lalu berdiri.
"Ya, saya Dimas. Nona, Nabila?" tanya nya balik.
"Ya." jawab Nabila singkat.
Dimas tersenyum lebar, mengulurkan sebelah tangan untuk berjabat tangan. Nabila menerima uluran jabat tangan pria di depan nya itu, balik tersenyum sopan.
"Mari duduk," ucap Dimas seraya melepaskan jabat tangan.
"Terimakasih."
"Tadi di chat, kamu bilang kopi mocha. Ini saya sudah pesan kan. Jika sudah dingin, kamu bisa pesan lagi," tawar Dimas.
Nabila melirik kopi di atas meja, ada dua cangkir kopi. Ia mengambil kopi miliknya dan menyeruputnya sedikit.
"Ini cukup, terimakasih. Bisakah Anda bicara masalah tadi di telepon, waktu istirahat saya hanya sedikit," seraya menaruh kembali kopi di atas meja, Nabila bertanya langsung maksud sang Produser.
"Ekhm, begini Nona. Saya baru beberapa bulan lalu dipindahkan ke Perusahaan Agensi HT, saya memeriksa naskah - naskah dari para pelamar 3 tahun ke belakang. Jujur saat saya menemukan naskah yang kamu masukan ke Perusahaan HT 2 tahun lalu, saya langsung menyukai naskahnya."
Nabila terkejut ia tak menyangka naskah - naskah yang ia masukan saat melamar 2 tahun lalu saat ingin menjadi sutradara akan dibahas kembali.
"Apakah maksud Anda naskah berjudul 'Gembala Cinta' ?"
"Ya, naskah itu. Apakah kamu bersedia menjual naskah itu dan menjadi sutradara saat kami mengangkat naskah ini menjadi film?"
Nabila menutup mulutnya dengan kedua tangan, ia tak mempercayai apa yang sedang di dengarnya. Impian besar menjadi seorang Sutradara datang bagai mimpi di siang bolong.
"An-anda tidak bercanda, bukan?" bibirnya gemetar saat mengeluarkan suaranya kembali.
"Saya serius, sebenarnya saya menyukai naskah Anda dan satu novel yang sedang populer di Aplikasi Biru. Tapi disana hanya tertera nama pena, biodata lainnya saya tidak tau. Novel berjudul 'Lihatlah cintaku Bos, setia bersamamu'. Saya sangat menyukainya, andai saja saya tau siapa penulisnya."
Sekali lagi Nabila tercengang, novel itu adalah karangannya. Ia memang tau Novel nya sedang populer di kalangan para pembaca bahkan ada yang meminta season ke -2.
"Apakah nama pena-nya Little Kitty?" tanya Nabila meyakinkan dirinya bahwa itu memang novel nya.
Dimas menatap Nabila tak percaya, "Kamu juga tau tentang novel itu?"
Nabila menggigit bibirnya, memainkan jari - jarinya di bawah meja. Memikirkan apa ia harus jujur atau berbohong?
"Saya penulisnya," Lirih Nabila pelan.
"Kamu apa?" tanya Dimas yang kurang jelas mendengar.
"Saya penulisnya, itu nama pena saya dan tentu saja itu novel saya." ujar Nabila menatap pria di depannya dengan berani kali ini.
Sekarang Dimas yang tercengang, ia tak percaya Naskah dan Novel yang sedang diliriknya adalah penulis yang sama.
.
.
.
Like, komen tiap Bab setelah baca ya sayang. Makasih semuanya ^__^
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 56 Episodes
Comments
Hilmiya Kasinji
jalan menuju meraih cita cita
2024-07-12
0
Puspa Trimulyani
yes💪💪💪💪move on dari bos mu yg tidak peka itu Nabila, fokus ke cita citamu dan masa depanmu,Dimas bisa jadi pengganti bos yg tidak peka itu
2023-05-03
2
charis@ŕŕa
lanjut kan penasaran....
2022-12-11
3