Bab 10

Sampai diruangannya, Alvan langsung duduk di kursi kebesarannya. Setelah duduk Alvan melihat ada sebuah amplop berwarna cokelat di atas mejanya. Alvan mengkerut kan keningnya, kemudian Alvan mengambil amplop tersebut lalu membuka dan mengambil isi di dalamnya, yang ternyata isinya beberapa kertas yang bertuliskan tentang Aleandra Shazfa Atmaja.

"Apa! Jadi dia sudah tidak memiliki orangtua. Kedua orangtuanya meninggal karena kecelakaan, dan Alea hanya hidup sendiri di Jakarta. Alea juga mendapatkan beasiswa kuliah di Jakarta, dan sudah dua tahun bekerja sebagai pastry chef di toko Cake milik Ghea. Alea memiliki sahabat bernama Reyhan dan juga Ghea." lirihnya. "Wanita yang mandiri, mengagumkan." tanpa sadar Alvan tersenyum setelah membaca berkas tentang Alea.

"Kalau dia bekerja sebagai Pastry chef di toko kue milik Ghea, itu berarti.. brownies yang sering gue beli di toko Adik gue sendiri, itu buatan Alea? dan Brownies yang dirumah malam itu juga buatan Alea? Waw! gue tidak menyangka selain bisa memasak ia juga pintar membuat kue. Sungguh wanita yang sangat menarik menurut gue. Uda cantik, baik, mandiri, dan pintar masak lagi! berbeda dengan Tasya yang tidak bisa memasak sama sekali. Selama menjalin hubungan dengannya, sekalipun gue tidak pernah merasakan masakannya. Tasya tahunya hanya shopping terus." ucap Alvan tanpa sadar memuji Alea dan membedakan antara Alea dan Tasya.

Sedang asik membaca berkas tentang Alea, terdengar ponsel milik Alvan berbunyi. Alvan pun langsung mengangkat nya setelah melihat siapa yang menelponnya.

"Iya mah ada apa?" tanya Alvan.

"Gak ada apa-apa sayang.. mama hanya ingin mengundang kamu dan Alea makan malam dirumah mama.." jawab Riana di seberang telepon.

"Makan malam?"

"Iya nak. Oke mama tunggu."

"Iya mam."

Sambungan pun terputus. Kemudian Alvan menghela nafasnya panjang. "Makan malam.." lirih Alvan.

"Gimana ngomongnya dengan Alea.." Alvan berpikir sejenak sembari jarinya mengetuk-ngetuk meja kerjanya. "Apa gue telpon saja ya?" Saat mencari nama Alea di ponselnya, Alvan baru mengingat kalau dia tidak memiliki nomor ponsel Alea.

"Shitte! gue kan gak punya nomor ponsel Alea..!" ucapnya Kesal. "Lebih baik gue jemput Alea ke tempat kerjanya aja. Dan langsung berangkat dari sana ke rumah mama." Monolognya nya. Kemudian Alvan membuka laptopnya untuk mengerjakan pekerjaannya.

Sore harinya sekitar pukul 4 sore mobil Alvan sudah melaju menuju Toko Cake adiknya. Kalau jam lima ia menjemput Alea, takutnya Alea sudah keburu pulang ke Apartemen. 20 menit akhirnya Alvan sampai di toko adiknya. Dilihat tokonya sangat ramai, sembari menghela nafasnya Alvan pun turun dari mobil kemudian melangkahkan kakinya masuk kedalam toko. Mata Alvan menjelajahi seluruh ruangan tersebut, namun tak menemukan orang yang dia cari.

"Loh kak, ngapain? tumben datang ke toko?" tanya Ghea yang sudah berdiri di hadapan kakaknya.

"Apa Alea sudah pulang Ghe..?" tanya Alvan langsung."

"Alea? belum kak, dia masih ada di dalam lagi membuat kue tart pesanan pelanggan yang akan berulang tahun." jawab Ghea. "Cie.. pasti mau jemput Alea ya?" gurau Ghea menggoda kakaknya.

"Bukan!" jawab Alvan datar.

"Terus kalau bukan jemput Alea, ngapain kesini mencarinya?!" tanya Ghea.

"Mama mengundang makan malam di rumahnya, dan harus membawa Alea juga." jawab Alvan.

"Ya udah kakak ngomong sendiri sana! Ale ada di ruangan tempat produksi Cake. Masuk aja kedalam kalau kakak mau bicara pada Ale." ucap Ghea yang langsung meninggalkan kakaknya.

"Ck, dasar adik kurang ajar. Menyebalkan!" lirih Alvan sembari masuk kedalam menemui Alea.

Sampainya diruangan produksi, Alvan melihat Alea begitu cekatan sedang menghias kue tart ulang tahun dan hiasan yang di buat begitu cantik.

"Jeni.." panggil Alea pada karyawan yang membantunya disana.

"Iya kak." jawab Jeni.

"Tolong masukakan Kue tart nya ke kotak. Hati-hati Jen jangan sampai hiasannya rusak." ucap Alea pada Jeni.

"Baik, kak."

Kembali Alea menghiasi beberapa Cake. Alvan sendiri masih terus memperhatikan apa yang di lakukan Alea. Yang membuat Alvan kagum dengan Alea, senyum Alea tak pernah pudar saat mengerjakan pekerjaannya menghias Cake nya. Ia mengerjakan nya dengan sepenuh hati dan seperti tidak memiliki beban.

Saat Jeni akan keluar untuk meletakkan kue ke depan, Jeni terkejut melihat seorang lelaki tampan ada di ruangan tempat produksi. Tubuhnya yang di miringkan dengan tangannya di letakkan di atas meja untuk menyanggah tubuhnya agar tidak terjatuh sembari menatap Alea.

"Eh, pa_-" ucapan Jeni berhenti saat Alvan meletakkan jari telunjuk ke bibir Alvan sendiri, mengisyaratkan untuk diam. Jeni pun menganggukkan kepalanya mengerti isyarat dari Alvan sembari tersenyum. Kemudian Jeni keluar ruangan dan meninggalkan mereka berdua.