Kirana masih bersitegang dengan keluarga Asep karena Asep tidak mau berkata jujur kepada semua orang, dan Ratih pun hanya diam saja dengan menangis karena dia takut jika mengatakan semuanya Asep akan menyiksanya lagi.
Kirana yang melihat Ratih menangis mencoba untuk menenangkannya.
"Teh Ratih yang sabar ya, Teh Ratih harus kuat demi Rahma," ujar Kirana dengan memeluk tubuh Ratih.
Asep kembali membual untuk menyangkal segala kejahatannya.
"Kalian lihat sendiri kan, Ratih diam tanpa berkata apa-apa, jadi tidak terbukti kalau saya sudah menyiksanya," teriak Asep.
"Jadi Kang Asep perlu bukti?" tantang Kirana dengan tersenyum.
"Tentu saja, semua perkataan itu harus ada bukti, karena nanti jatuhnya fitnah," jawab Asep.
"Baik kalau kang Asep perlu bukti, sekarang kita langsung saja ke Kantor Polisi, biar Polisi sendiri yang memeriksa luka Teh Ratih dengan melakukan visum," tantang Kirana, sehingga membuat nyali Asep menciut.
"Kenapa Kang Asep diam saja? bukannya tadi Kang Asep yang sudah berkoar-koar minta bukti?"
"Heh Putri, Asep Anakku tidak mungkin melakukan semua itu, sudahlah semuanya bubar, lagian Ratih itu Istri Asep, jadi Asep berhak melakukan apa pun pada Ratih," ujar Bu Murni.
"Enteng sekali ya Ibu berbicara seperti itu, Ibu harus ingat kalau kita itu hidup di Negara hukum, meskipun Kang Asep Suami teh Ratih, tapi dia tidak mempunyai hak untuk memukulnya, karena Teh Ratih bukanlah binatang. Dan untuk mempertanggungjawabkan perbuatannya, saya sudah menelpon Polisi untuk datang kemari," ujar Kirana.
"Kamu berani sekali melaporkan Anakku ke Polisi?" ujar Bu Murni yang sudah geram terhadap Kirana, sehingga hendak melayangkan tangannya untuk menampar Kirana.
"Jangan harap Anda bisa menyentuh saya, karena bisa saya pastikan Anda juga akan masuk ke dalam Penjara," ujar Kirana, yang saat ini sudah mencekal pergelangan tangan Bu Murni, lalu menghempaskannya.
Beberapa saat kemudian empat orang Polisi datang untuk menangkap Asep. Pada saat Asep mencoba untuk kabur, Polisi langsung saja menembakan timah panas ke kaki Asep. Sontak saja itu membuat Ibunya berteriak dengan histeris dan langsung menghampiri Asep.
Ratih yang ketakutan langsung saja memeluk tubuh Kirana.
"Teh Ratih jangan takut, sekarang Kang Asep sudah ditangkap oleh Polisi, jadi dia tidak akan bisa menyakiti Teh Ratih lagi," ujar Kirana.
"Tapi sekarang saya harus bagaimana? saya tidak punya keahlian apa pun untuk menghasilkan uang," ujar Ratih dengan menitikkan airmata.
"Teh Ratih jangan sedih ya, insyaallah akan ada rezeki yang Allah SWT kirimkan untuk Teh Ratih dan Rahma. Sebaiknya Teh Ratih untuk sementara ini tinggal di rumah Bu Arum dulu, takutnya Bu Murni akan berbuat nekad," ujar Kirana.
"Terimakasih banyak ya Neng, saya tidak tau akan menjadi seperti apa hidup saya kalau tidak bertemu dengan Neng Putri, karena Neng Putri sudah menjadi Dewi penolong untuk hidup saya dan Rahma."
"Berterimakasihlah kepada Allah SWT, saya hanya menjadi perantaranya saja."
Semua orang yang tadi sudah menghujat Kirana akhirnya meminta maaf kepadanya.
"Maafin kami ya Neng Putri, karena sudah tidak percaya kepada Neng Putri, bahkan sudah berniat untuk mengusir Neng Putri dari kampung ini," ujar salah satu warga.
"Tidak apa-apa Bu, setiap orang pasti pernah melakukan kesalahan, tapi saya harap kalian jangan langsung percaya terhadap perkataan seseorang sebelum ada bukti yang pasti," ujar Kirana.
"Ibu bangga sama kamu Nak, sekarang kamu sudah dewasa dan menjadi perempuan yang bijaksana," ujar Bu Arum dengan memeluk tubuh Kirana.
"Ini semua juga berkat Ibu, Ibu adalah sosok yang membuat Kirana menjadi seorang perempuan yang tegar dan mandiri dalam menjalani hidup ini."
Akhirnya Ratih dan Rahma ikut tinggal di rumah Bu Arum, dan Kirana berencana untuk membuat usaha kecil-kecilan supaya bisa memberdayakan masyarakat sekitar.
......................
Di tempat lain, saat ini Radit sudah berada di Rumah Sakit milik keluarga Kirana, dan dia sedang menunggu giliran untuk diperiksa.
"Radit, sedang apa kamu di sini?" tanya Yolanda yang juga berada di sana.
"Sepertinya lambungku sedang bermasalah, sehingga sudah satu minggu ini aku merasakan mual dan muntah seperti orang ngidam, kamu sendiri sedang apa di sini?"
"Aku sekarang kerja di sini Dit, daripada diam terus di rumah, aku pusing karena setiap hari harus mendengarkan kedua orangtuaku ribut," jawab Yolanda dengan tertunduk sedih.
"Maafkan aku Da, aku seminggu ini sudah mengabaikan kamu, karena sudah seminggu aku tinggal di kediaman Tuan Wijaya."
"Kamu tinggal di kediaman Tuan Wijaya pemilik Rumah Sakit ini ya?"
"Iya, betul sekali, dan setelah kondisi Daddy Wijaya pulih, aku juga di suruh untuk bekerja di sini,"
"Aku seneng sekali deh, nanti aku bisa selalu dekat sama kamu," ujar Yolanda dengan memeluk tubuh Radit.
"Maaf jangan begini Da, aku gak enak kalau dilihat oleh oranglain." Maafin aku Yolanda, sebenarnya aku belum bisa membuka hati buat kamu, karena aku masih belum bisa melupakan sosok Kirana, lanjut Radit dalam hati.
"Maaf deh, aku saking bahagianya ketemu sama kamu jadi pengen peluk kamu terus. Apa aku boleh antar kamu ke dalam?"
"Ya udah yuk masuk, sekarang sudah giliranku," jawab Radit, lalu masuk untuk diperiksa.
Dokter kini melakukan USG terhadap Radit, tapi beliau tidak menemukan keganjilan pada perut Radit.
"Sepertinya kondisi Anda baik-baik saja, karena hasil dari USG tidak ada yang mencurigakan," jelas Dokter.
"Saya juga aneh Dok, karena saya sudah mengalami mual muntah selama seminggu lebih, dan itu terjadi hanya pada pagi hari saja," ujar Radit.
"Mungkin Istri Mas Radit sedang hamil, jadi Mas Radit yang ngidam. Meskipun itu semua mitos, tapi banyak yang mengalami kejadian seperti itu."
Radit dan Yolanda nampak saling berpandangan.
"Tapi Dok, saya belum menikah," jawab Radit.
"Maaf sekali Mas, saya kira Anda sudah menikah. Kalau begitu saya kasih resep untuk mengurangi mual muntahnya ya."
"Terimakasih banyak Dok, kalau begitu kami permisi dulu," ucap Radit kemudian keluar dari ruangan Dokter tersebut bersama Yolanda yang masih merasa bingung.
"Dit, apa kamu pernah melakukan hubungan terlarang dengan seorang perempuan?" tanya Yolanda, yang merasa penasaran.
"Maaf Da, aku rasa itu semua bukan urusan kamu," jawab Radit kemudian berlalu meninggalkan Yolanda dengan segudang pertanyaan.
"Apa aku salah bicara?" gumam Yolanda.
Radit merasa prustasi dengan semua yang menimpanya, sehingga dia terus saja mengusap rambutnya secara kasar.
"Apa mungkin saat Kirana tengah hamil Anakku? dimana keberadaanmu Kirana, kemana lagi aku harus mencarimu? Aku sudah berusaha untuk melupakanmu dengan menerima cinta Yolanda, tapi semua itu sia-sia, karena yang aku pikirkan hanya kamu," gumam Radit.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 96 Episodes
Comments
@Kristin
Secangkir kopi buat author biar tambah 🍉
2023-01-31
1
Sunshine
aku jg hanya memikirkan km..😜
2022-12-21
2
Sunshine
nah lho gmn Radit
2022-12-21
1