Saat ini Kirana mencoba untuk memeriksa keadaan Anak Ratih yang tengah demam.
"Teh, sebaiknya jika Anak demam jangan dipakaikan baju yang tebal, dan usahakan berikan banyak minum serta posisi kepala harus lebih tinggi dari dada, jadi bantalnya di susun lebih tinggi saja. Untuk penanganan pertama kita bisa mengompres Anak dengan air hangat," ujar Kirana dengan membuka jaket pada tubuh Rahma serta menyusun bantal supaya lebih tinggi.
"Saya biasanya pakai air es untung mengompres Neng," ujar Ratih.
"Lain kali jangan pakai air es lagi ya teh, nanti Anaknya jadi kedinginan, kalau tidak ada air hangat, teteh bisa memakai air biasa saja," jelas Kirana.
"Terimakasih ya Neng Putri sudah berkenan untuk memeriksa kondisi Anak saya. Apa sekarang Rahma tidak perlu di bawa ke Dokter?" tanya Ratih.
"Sepertinya tidak perlu Teh, karena panasnya juga tidak terlalu tinggi. Jadi teh Ratih jangan panik ya, yang penting sekarang Teteh lakukan saja langkah-langkah yang sudah saya jelaskan tadi," jawab Kirana.
"Sekali lagi terimakasih banyak ya Neng, saya tidak tau apa jadinya jika gak ada Neng Putri."
"Iya sama-sama Teh, sudah menjadi kewajiban kita sebagai sesama manusia untuk saling membantu. Oh iya, apa Teh Ratih punya daun cabai rawit sama bawang merah? nanti kalau Teteh mau membuat ramuan tradisional, Teh Ratih bisa menumbuk bawang merah serta daun cabai rawit sebanyak tujuh lembar ya, jika sudah tercampur, Teteh kasih minyak kayu putih juga, nanti teteh bisa mengoleskannya ke seluruh tubuh Rahma," jelas Kirana.
"Kalau begitu kami permisi dulu ya Teh, semoga Rahma cepat sembuh, kalau ada apa-apa Teteh bisa meminta bantuan kepada kami," sambung Kirana dengan memeluk tubuh Ratih yang saat ini terlihat rapuh.
Ketika Kirana membuka pintu untuk keluar dari rumah Ratih, tiba-tiba Asep sudah berada di depan pintu juga
Prok..prok..prok..
"Akhirnya kamu datang sendiri ke rumahku cantik, apa kamu bersedia untuk menerima cintaku?" tanya Asep dengan tidak tahu malunya.
Kirana menanggapinya dengan tersenyum sinis mendengar perkataan Asep.
"Maaf Kang Asep, tidak sepantasnya Anda berkata seperti itu, Apa Anda tidak mengetahui jika saat ini Anak Kandung Anda sendiri sedang sakit?" tanya Kirana.
"Kamu tidak usah sok jual mahal Putri, aku tau kalau sebenarnya kamu belum menikah, dan jika benar kamu saat ini sedang hamil, aku bersedia menjadi Ayah dari bayi yang sedang kamu kandung," ujar Asep.
"Terimakasih, tapi saya tidak butuh pertanggungjawaban dari Anda !!" ujar Kirana dengan penuh penekanan.
Asep kemudian berteriak untuk mengumpulkan Penduduk supaya berkumpul di depan rumahnya. Dan setelah semuanya berkumpul, Asep pun angkat suara.
"Lihat semuanya, bukan aku yang selama ini sudah menggoda Putri, tapi dia sendiri yang datang ke rumahku, berarti selama ini dia yang sudah menggodaku," teriak Asep dengan tertawa.
"Apa aku bilang, benar kan perkataanku tadi kalau kamu adalah Pelakor !!" ujar Bu Murni.
"Benar Bu, selama ini Putri yang sudah berusaha menggoda Asep, dan mungkin Anak yang saat ini sedang dia kandung adalah Anak Asep."
Plak
Tamparan keras kini mendarat di pipi Asep.
"Jaga bicara Anda, saya bukan perempuan mura*han seperti yang kalian tuduhkan !!" Kirana mencoba untuk membela diri.
"Apa benar Putri jika kamu seorang Pelakor?" tanya salah satu Ibu yang berada di sana.
"Jaga bicara kalian, Putri ini adalah perempuan baik-baik, jadi kalian jangan menuduhnya macam-macam," ujar Bu Arum.
"Bu Arum sebaiknya usir saja Putri dari rumah Bu Arum, kalau dia sudah ber*zina nanti Desa kita bisa ikutan sial," teriak penduduk yang saat ini merasa murka terhadap Kirana.
Ratih yang mendengar keributan dari luar rumahnya sebenarnya ingin keluar untuk membela Kirana, tapi dia takut kalau Asep sampai menyiksanya lagi.
"Jaga mulut kalian semua kalau kalian tidak mengetahui kejadian yang sebenarnya," ujar Bu Arum.
"Heh Bu Arum, kalau Putri datang ke sini bukan untuk menggoda Asep, lalu buat apa dia datang ke rumah Asep?" tanya Bu Murni.
"Bu Murni tau sendiri kan kalau kedatangan saya ke sini untuk mengobati Rahma Cucu Kandung Ibu? Apa itu ucapan terimakasih Ibu kepada saya?" tanya Kirana.
"Memangnya kamu Dokter yang bisa mengobati orang sakit? jangan-jangan kamu juga Dokter jadi-jadian lagi. Awas saja kalau Cucu saya sampai kenapa-napa, saya akan melaporkan kamu ke Polisi !!" Ancam Bu Murni.
"Sebelum Anda melaporkan saya kepada Polisi, saya yang akan terlebih dahulu melaporkan Anak Anda," ujar Kirana yang tidak mau kalah.
"Jadi bener kamu hamil Anak Asep sampai kamu mau melaporkannya ke Polisi? kamu sama Asep melakukannya suka sama suka kan? jadi kamu tidak bisa melaporkan Asep ke Polisi," ujar Bu Murni dengan tertawa terbahak-bahak.
"Silahkan saja Anda tertawa sampai puas karena tawa Anda akan berubah menjadi tangisan. Tunggu sebentar, saya akan membawa seseorang ke hadapan kalian semua," ujar Kirana dengan masuk kembali ke dalam rumah Asep.
Saat ini Kirana menghampiri Ratih yang terlihat menangis di sudut kamarnya.
"Teh Ratih tidak akan tega kan melihat saya di usir dari Desa ini atas kesalahan yang tidak saya perbuat?" ujar Kirana mencoba memeluk tubuh Ratih yang terlihat ketakutan.
"Tapi saya takut kalau Kang Asep nanti akan menyiksa saya lagi kalau saya membela Neng Putri."
"Saya berjanji Teh, apa pun yang terjadi saya akan melindungi Teteh dari Kang Asep. Sekarang saya mohon Teteh ikut saya keluar, supaya semua orang tau siapa Kang Asep sebenarnya."
Akhirnya dengan tubuh yang gemetar ketakutan, Ratih ikut Kirana untuk menemui semua orang yang saat ini masih berkumpul di depan rumah Asep.
"Ratih, ngapain kamu keluar? cepat masuk !!" teriak Asep.
"Kenapa Kang Asep menyuruh Teh Ratih masuk kembali ke dalam rumah? apa Kang Asep takut jika kejahatan yang selama ini Kang Asep lakukan kepada Teh Ratih terbongkar?" tanya Kirana.
"Aku tidak takut, aku tidak mungkin melakukan KDRT terhadap Ratih," ujar Asep dengan ketakutan.
"Apa tadi saya bilang Kang Asep sudah melakukan KDRT? saya rasa tadi saya tidak menuduh Kang Asep seperti itu, tapi kalian semua bisa lihat sendiri luka lebam yang saat ini ada di pipi Teh Ratih, bahkan di sekujur tubuhnya," ujar Kirana.
"Jadi selama ini kamu sudah melakukan KDRT terhadap Istri kamu sendiri Sep? kamu sudah keterlaluan, ayo kita bawa Asep ke Kantor Polisi," ujar Warga yang saat ini berada di sana.
"Jadi kalian lebih percaya sama perempuan ini dibandingkan dengan Anak saya? kalian harus ingat kalau perempuan ini hanyalah pendatang yang tidak jelas asal usulnya," teriak Bu Murni.
"Saya mau tanya sama Ibu, bagaimana kalau kejadian yang Teh Ratih alami menimpa Ibu atau Anak Ibu? apa Ibu masih akan berkata seperti itu? seharusnya Ibu mempunyai hati nurani, karena kita sama-sama perempuan," ujar Kirana sehingga Bu Murni diam tak berkutik.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 96 Episodes
Comments
Lee
Bagus Kirani bkin si murni teh kincep, enk aja main fitnah smbarangan..
2022-12-27
4
Sunshine
mimpi kali Ya
2022-12-17
1
Sunshine
aku jg suka gitu
2022-12-17
1