Daddy Wijaya terlihat merenungi perkataan Radit yang memang ada benarnya, sehingga beliau bertekad untuk mencari keberadaan Kirana dan mencoba untuk memaafkan kesalahannya.
"Nak Radit, terimakasih ya karena Nak Radit sudah mengingatkan Daddy, dan sekarang Daddy bertekad untuk mencari keberadaan Kirana, karena Daddy sangat menyesal dengan perbuatan Daddy selama ini yang terlalu egois serta tidak mau mendengarkan nasehat oranglain," ujar Daddy Wijaya dengan memeluk tubuh Radit. Mommy Santi, Kenzo dan Kevin yang mendengar perkataan Daddy Wijaya dari balik pintu pun tersenyum senang.
"Kenapa kalian malah bersembunyi di balik pintu? memangnya Daddy tidak tau kalau kalian bertiga sedang tertawa bahagia mendengar perkataan Daddy barusan," sindir Daddy Wijaya kepada Istri dan kedua Anaknya, sehingga mereka bertiga langsung masuk dan berhambur memeluk Daddy Wijaya.
"Thank's ya Bro, ini semua berkat loe yang sudah berhasil membujuk Bokap gue yang keras kepala," tutur Kevin dengan memeluk Radit. Kevin sampai meneteskan airmata bahagia karena sebentar lagi dia akan bertemu kembali dengan Tuan Putri mereka.
"Terimakasih banyak ya Nak Radit, Mommy berhutang budi sama Nak Radit. Mulai sekarang Nak Radit panggil kami Daddy dan Mommy ya, anggap saja kami berdua sebagai orangtua Nak Radit juga."
"Baik Nyonya, eh Mommy," ucap Radit dengan tersenyum.
"Bang Kenzo juga ngucapin terimakasih ya sama kamu Dit, semoga saja Kirana mendapatkan jodoh lelaki baik seperti kamu. Dad, apa Kenzo sudah boleh mengerahkan Anak buah kita untuk mencari keberadaan Kirana?"
"Tentu saja Nak, secepatnya kita harus segera menemukan Tuan Putri kesayangan kita, Daddy takut terjadi sesuatu yang buruk kepada Kirana."
"Kita berdo'a saja Dad, semoga Kirana baik-baik saja, dan bisa segera berkumpul kembali bersama kita," ucap Radit yang di Amini oleh semuanya.
Kenzo langsung saja menelpon Anak buahnya supaya bergegas mencari keberadaan Kirana.
......................
Dilain tempat Kirana sedang memikirkan cara untuk membantu Ratih supaya mau jujur tentang perbuatan Suaminya selama ini.
"Bagaimanapun juga akau harus mencari cara untuk menolong Teh Ratih jika benar dia telah mengalami KDRT oleh Kang Asep," gumam Kirana.
Tiba-tiba Kirana mendengar suara orang yang mengucapkan Salam dari luar warung, padahal warung baru saja ditutup karena sudah Maghrib.
"Assalamu'alaikum."
"Wa'alaikumsalam, ini teh Ratih Istrinya Kang Asep kan?" tanya Kirana.
"Iya Neng, maaf jika kedatangan saya sudah mengganggu, saya mau membeli obat penurun panas, kasihan Anak saya saat ini sedang panas," ucap Ratih.
"Sejak kapan Anak teteh panas?" tanya Kirana.
"Baru tadi siang, tapi saya takut jika Anak saya kenapa-napa, karena dulu Anak pertama saya juga sampai meninggal karena demam," jawab Ratih dengan menangis.
"Apa boleh saya melihat keadaan Anak Teh Ratih? siapa tau saya bisa membantu, karena demam merupakan sebuah gejala sebelum penyakit yang sebenarnya datang, misalnya bisa jadi demam tersebut terjadi karena Anak hendak batuk dan flu," tutur Kirana.
"Jika tidak merepotkan, dengan senang hati Neng Putri bisa ikut ke rumah saya," jawab Ratih.
Kirana pun hendak pamit kepada Bu Arum untuk melihat keadaan Anaknya Ratih.
"Bu, Putri pamit dulu ya mau ke rumah Teh Ratih melihat kondisi Anaknya yang saat ini sedang demam."
"Nak, pamali kalau perempuan hamil maghrib-maghrib begini keluar rumah, apalagi si Asep nanti semakin nekad jika Putri datang ke rumahnya."
"Tapi Putri tidak mungkin membiarkan orang yang sedang butuh pertolongan, siapa pun itu. Yang sudah jahat sama Putri kan Bapaknya, bukan Anaknya Bu."
"Ya sudah kalau begitu Ibu ikut. Sebaiknya Putri pakai ini dulu sebelum keluar," ujar Bu Arum dengan memberikan sebuah pisau lipat berukuran sangat kecil dengan ditempeli bawang putih.
"Ini apa Bu?" tanya Kirana dengan heran.
"Sudah pakai saja, setiap perempuan hamil harus memakai ini, sini Ibu pakaikan," ujar Bu Arum dengan memasangkannya di balik baju Kirana.
Akhirnya Kirana dan Bu Arum menghampiri Ratih yang saat ini terlihat mondar mandir dengan cemas.
"Yuk Teh Ratih, kami sudah siap. Oh iya itu pipi teh Ratih kenapa terlihat lebam?" tanya Kirana.
"Saya hanya terjatuh Neng," jawab Ratih berbohong, padahal luka tersebut dia dapatkan karena tamparan dari Asep.
"Teh, saya harap Teh Ratih jangan berbohong, mungkin saya bisa menolong Teteh supaya kedepannya Kang Asep tidak berbuat kasar lagi terhadap Teh Ratih," ujar Kirana yang merasa prihatin kepada Ratih.
"Saya ini hidup sebatang kara Neng, jika Kang Asep menceraikan saya, saya tidak tau harus pergi kemana. Saya sebenarnya sudah tidak kuat karena setiap hari disiksa oleh Suami saya, tapi saya tidak berdaya karena tidak ada seorang pun yang bisa membantu saya melawan Kang Asep," ujar Ratih dengan memeluk tubuh Kirana.
"Insyaallah Teh, saya akan membantu Teteh sebisa saya, tapi saya harap Teteh nanti harus berkata jujur jika saya melaporkan Kang Asep terhadap Polisi," tutur Kirana.
"Tapi saya tidak punya bukti apa-apa Neng untuk melaporkan perbuatan Kang Asep selama ini," ujar Ratih.
"Untuk saat ini saya akan memotret dulu luka-luka Teteh, kemudian nanti kita akan melakukan visum," tutur Kirana.
Setelah Kirana memfoto luka lebam pada tubuh Ratih, Kirana, Ratih dan Bu Arum pun langsung berangkat ke menuju rumah Ratih.
Ketika mereka bertiga tiba di rumah Ratih, Mertua Ratih langsung saja memarahi Ratih.
"Heh Ratih, kamu itu kemana saja? daritadi Anak kamu nangis nyariin kamu."
"Maaf Bu, Ratih tadi pergi buat beli obat," jawab Ratih dengan tertunduk.
"Terus kenapa mereka berdua bisa ikut kamu kemari? apa kamu tidak tau kalau dia itu Pelakor," tunjuk Bu Murni kepada Kirana.
"Apa maksud Ibu menuduh saya sebagai Pelakor? apa Ibu punya bukti? kalau Ibu mau menuduh seseorang itu harus ada bukti Bu jangan asal fitnah, karena saya bisa melaporkan Ibu atas pencemaran nama baik," ujar Kirana.
"Terus apa yang kamu lakukan terhadap Anak saya Asep sampai dia mengeluh kalau senjatanya kesakitan?"
"Harusnya Ibu tanyakan kepada Anak Ibu sendiri apa yang akan dia lakukan terhadap saya, apa pantas seorang lelaki yang sudah mempunyai Anak Istri masih suka menggoda perempuan lain?" tanya Kirana.
"Lelaki itu bebas kalau mau mencari perempuan lain lagi di luaran sana, apalagi punya Istri yang gak becus melayani Suami," tutur Bu murni.
"Lalu apa jadinya jika yang melakukan semua itu adalah Suami Ibu? apa Ibu rela jika Suami Ibu mencari perempuan lain? harusnya sesama wanita Ibu memahami perasaan Teh Ratih, bukan malah mendukung Anak Ibu untuk melakukan maksiat," balas Kirana sehingga membuat Bu Murni tidak berkutik.
"Maaf Bu, saya mau melihat kondisi Anak Teh Ratih dulu," ujar Kirana dengan berlalu meninggalkan Bu Murni yang terlihat diam mematung.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 96 Episodes
Comments
@Kristin
tau tradisi juga buk Arum sma dengan tradisi ku
2023-01-24
3
Lee
Murni-murni ingin sekali ke sumpel mulutnya yang bagaikan tanggul yg jembol...
2022-12-27
2
Sunshine
skak Mat
2022-12-16
2