Sudah satu bulan Kirana tinggal bersama Bu Arum, Kirana selalu membantu pekerjaan Bu Arum dengan ikhlas serta tidak pernah mengeluh meski pun Bu Arum selalu menyuruh Kirana supaya banyak beristirahat.
Kirana sudah mengganti panggilannya menjadi Putri semenjak tinggal di rumah Bu Arum, sehingga semua orang yang berada di sana selalu memanggil Kirana dengan panggilan Putri.
Semua orang yang berada di daerah tempat tinggal Bu Arum menyukai sosok Kirana yang cantik dan baik hati, bahkan banyak Pemuda yang menyatakan cinta kepada Kirana, tapi Kirana selalu menolaknya secara halus dengan alasan jika dia sudah memiliki Suami, bahkan dia berkata jujur bahwa saat ini dia tengah hamil.
Bu Arum merasa bahagia karena sekarang mempunyai Kirana yang menemani hari-harinya di masa tua.
"Putri, ayo kita makan dulu," panggil Bu Arum setelah selesai memasak untuk makan siang mereka.
Kirana yang telah selesai mengelap etalase pun langsung menghampiri Bu Arum, kemudian dengan lahap memakan masakan Bu Arum.
"Put, ibu aneh deh sama kehamilan kamu, memangnya kamu gak pernah ngerasain mual sama muntah gitu? padahal dulu waktu Ibu hamil di trimester pertama hampir setiap hari mual dan muntah terus," tanya Bu Arum.
"Enggak Bu, Alhamdulillah Putri gak pernah ngerasain mual sama muntah, apalagi ngidam. Mungkin bayi dalam kandungan Putri kasihan sama Ibunya karena harus berjuang sendirian," ujar Kirana dengan meneteskan airmata.
"Putri tidak sendirian, karena Ibu akan selalu ada untuk Putri, jadi jangan pernah merasa bersedih ya sayang, bukankah Cinta dan kasih sayang lebih kental daripada darah," ujar Bu Arum dengan memeluk tubuh Kirana.
"Makasih banyak ya Bu, Putri tidak tau bagaimana jadinya jika tidak ada Ibu yang menolong Putri."
"Putri kan Anaknya Ibu, masa Anak berterimakasih kepada Ibunya, pokoknya mulai sekarang Putri harus selalu tegar dalam menghadapi setiap cobaan yang datang. Ya sudah sekarang Putri sebaiknya mandi dulu gih, jangan nunggu sampai sore, gak baik perempuan hamil mandi terlalu sore, sekarang biar Ibu yang gantian menjaga warung," ujar Bu Arum dengan melangkahkan kaki menuju warung.
Kirana akhirnya mengambil handuk yang sedang dijemur di halaman belakang rumah Bu Arum, dan ternyata di sana sudah berdiri seorang Lelaki bernama Asep yang sangat terobsesi kepada Kirana, padahal Asep sudah mempunyai Anak dan Istri.
"Neng Putri lagi ngapain, tumben sendirian saja?" tanya Asep.
"Putri cuma mau ngambil handuk saja Kang, kalau begitu Putri permisi dulu."
"Eiit, tunggu dulu sebentar, kok Neng Putri jutek amat sih, Akang kan cuma mau kenal lebih dekat sama Neng Putri," ujar Asep.
"Maaf Kang, Putri sudah mempunyai Suami, dan Kang Asep juga sudah menikah serta mempunyai Anak, tidak seharusnya Akang mendekati Putri."
"Heh, jangan munafik kamu ya, semua perempuan di sini begitu tergila-gila kepadaku, tapi kamu sok jual mahal," ujar Asep dengan mencekal tangan Kirana.
"Maaf Kang, tolong lepasin tangan Putri, kalau tidak Putri bisa berteriak dan berbuat nekad !!"
"Memangnya apa yang bisa dilakukan oleh perempuan lemah seperti kamu?" ledek Asep.
Tiba-tiba Kirana menginjak kaki Asep, kemudian menendang senjata tempurnya sehingga Asep berteriak kesakitan.
"Aduh..dasar perempuan gila, tolong di sini ada perempuan yang sudah gila," teriak Asep dengan memegangi senjatanya sehingga semua orang berdatangan termasuk Bu Arum.
"Ada apa Asep, kenapa berbuat keributan di halaman rumah saya?" tanya Bu Arum.
"Tuh Bu Arum, Putri sepertinya sudah gila, masa dia menendang senjata saya, bagaimana nanti kalau telurnya pecah," ujar Asep sehingga membuat semua orang tertawa.
"Kenapa kalian malah menertawakan saya? di sini saya sudah menjadi korban keganasan perempuan ini," tunjuk Asep kepada Kirana.
"Apa mungkin Putri akan bertindak seperti itu apabila kamu tidak mengganggunya?" tanya Bu Arum.
"Iya Sep, kami juga tau kalau kamu sudah menyukai Neng Putri sejak pertama kali dia datang ke Desa ini," ujar salah satu warga.
"Kang Asep, maaf jika Putri telah melakukan hal yang membuat Kang Asep merasa kesakitan, tapi Kang Asep sendiri yang sudah mengganggu Putri terlebih dahulu, kalau memang bukan Kang Asep yang mengganggu Putri, terus mau apa Kang Asep datang ke sini?" tanya Putri.
"Sudah Neng Putri, si Asep orangnya memang kegatelan, jadi gak usah diladeni. Padahal tendang saja sampai telurnya pecah, biar senjatanya sekalian tidak bisa berdiri lagi," ujar salah seorang Ibu dengan tertawa.
"Terimakasih semuanya karena sudah percaya terhadap Putri, kalau begitu Putri pamit ke dalam dulu," ujar Kirana yang kemudian masuk ke dalam rumah.
"Udah sana Sep kamu pulang, ingat kamu itu sudah punya Anak Istri, jadi jangan kegatelan sama perempuan lain," ujar semua yang berada di halaman belakang rumah Bu Arum.
Sial, kenapa semua orang malah membela si Putri? lihat saja nanti pembalasanku Putri, ucap Asep dalam hati, lalu kemudian pulang dengan hati yang dongkol.
Setelah selesai mandi, Kirana langsung saja melaksanakan Shalat Ashar, karena Adzan Ashar telah terdengar berkumandang dengan merdu, dan yang selalu mengumandangkan Adzan di Desa tersebut adalah Pemuda bernama Bilal.
Setelah Shalat Ashar, Kirana kemudian berdo'a memohon kesehatan, kebahagiaan serta keselamatan di dunia dan akhirat untuk semua orang yang disayanginya. Akhirnya airmata Kirana pun tak kuasa lagi untuk dia bendung, karena saat ini dia begitu merindukan keluarganya, apalagi hampir setiap malam Kirana selalu memimpikan Ayah yang sangat disayanginya.
"Semoga saja Daddy selalu diberikan kesehatan, entah kenapa akhir-akhir ini Putri selalu bermimpi bertemu dengan Daddy. Sebaiknya sekarang aku bergegas ke warung untuk bergantian dengan Ibu, supaya Ibu bisa mandi sama Shalat dulu," gumam Kirana.
Sebelumnya kehidupan Kirana sangat jauh dari Agama, bahkan untuk melaksanakan Shalat saja masih bolong-bolong karena keluarganya pun seperti itu, tapi semenjak dia bertemu dengan Bu Arum, Kirana mendapatkan hidayah untuk memperdalam ilmu Agama serta dia tidak pernah lalai dalam melaksanakan kewajibannya sebagai seorang Muslim.
"Bu, sekarang giliran Ibu yang mandi dan Shalat Ashar dulu, biar Putri yang jaga warung."
"Nak, kamu baik-baik saja kan? sebaiknya mulai sekarang Putri jangan keluar rumah dulu, karena Ibu khawatir jika Asep sampai mencoba untuk menyakiti Putri lagi," ujar Bu Arum.
"Alhamdulillah Putri baik-baik saja Bu, kita seharusnya tidak boleh takut kepada orang seperti Kang Asep, kalau kita takut dia pasti akan semakin merajalela. Apa Istrinya tau tentang kelakuan Kang Asep di luar rumah?"
"Istrinya tau betul kelakuan Asep yang selalu menggoda perempuan, apalagi kalau ada perempuan cantik, tapi Ratih takut dengan Asep, Karena Dia selalu di ancam oleh Asep kalau sampai berani melawan maka Asep akan menceraikan Ratih," tutur Bu Arum.
"Apa Kang Asep juga sering melakukan KDRT terhadap Teh Ratih?" tanya Putri.
"Ibu dengar Ratih memang sering mengalami luka lebam pada sekujur tubuhnya, tapi jika ada orang yang bertanya, Ratih selalu menjawab kalau itu bekas terjatuh," jawab Bu Arum.
"Kita sebaiknya harus mencari cara untuk menolong Teh Ratih jika kenyataannya Kang Asep telah melakukan KDRT, karena itu merupakan suatu kejahatan yang bisa kita laporkan kepada pihak berwajib," ujar Putri.
"Sebaiknya Putri jangan terlalu ikut campur, Ibu takut jika sampai ada sesuatu yang buruk menimpa Putri," ujar Bu Arum.
"Ibu jangan terlalu mengkhawatirkan Putri, bukankah Ibu selalu bilang kalau Allah SWT selalu bersama orang-orang yang berada di jalan kebenaran, dan Putri tidak mau jika sampai ada ketidakadilan yang terjadi di sekitar Putri tapi Putri malah membiarkannya tanpa berbuat apa-apa."
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 96 Episodes
Comments
@Kristin
Gak Papa pecah makya jagn nakal
2023-01-23
2
@Kristin
Kadg Cantik itu meyiksa juga
2023-01-23
1
@Kristin
Bapak ya yang ngidam 🤭
2023-01-23
1