Kirana memutuskan untuk bertanya kepada Ibu penjual nasi mengenai kontrakan yang murah untuknya.
"Bu, kalau kontrakan yang murah dimana ya?"
"Di sini banyak kontrakan yang murah Neng, tuh di belakang warung Ibu juga cuma tiga ratus ribu, tapi lantainya belum memakai keramik, sama kamar mandinya di luar harus bareng yang lain."
Apa aku coba saja ya? tapi aku gak bisa kalau harus ngantri di depan kamar mandi, belum lagi takut ada yang ngintip, batin Kirana.
Pada saat ada seorang Ibu-ibu bertubuh gempal, Ibu pemilik warung pun memanggilnya.
"Bu Haji, apa di tempat Ibu ada kontrakan kosong?"
"Ada Bu Meri, tapi cuma satu kamar, memangnya kenapa ya?" tanya Bu Haji.
"Ini ada yang nyari kontrakan, siapa tau cocok," ujar Bu Meri.
"Ya sudah sebaiknya Neng ikut saya dulu untuk melihat-lihat," aja Bu Haji.
"Bu, terimakasih ya, kalau begitu saya permisi dulu," ujar Kirana.
Kirana saat ini sampai di kontrakan milik Bu Haji, kontrakannya terlihat kotor karena sudah lama kosong.
"Bagaimana Neng, adanya juga ini, udah lama kosong juga, jadi gak terawat, saya kasih diskon deh jadi lima ratus ribu, biasanya saya harga sewanya tujuh ratus ribu perbulan," ujar Bu Haji.
Kirana nampak berpikir, saat ini uangnya tinggal satu juta, jadi kalau Kirana pakai untuk kontrakan lima ratus ribu, masih ada sisa lima ratus ribu untuk dia bertahan hidup.
Apa aku ambil aja ya, lumayan juga ada kamar mandi di dalam, batin Kirana.
"Ya sudah Bu, kalau begitu saya ambil ya, ini uangnya," ujar Kirana dengan memberikan uang lima ratus ribu kepada Bu Haji.
"Makasih banyak ya Neng, semoga betah tinggal di sini, kebetulan masih ada kasur sama peralatan lainnya peninggalan yang duku ngontrak di sini, kalau Neng mau boleh dipake. Kalau begitu saya permisi dulu ya," ujar Bu Haji.
Setelah kepergian Bu Haji, Kirana mengucapkan Salam sebelum masuk ke dalam kontrakan.
Kirana melihat banyak tikus dan kecoa yabg bersarang di kontrakan tersebut, tapi Kirana mencoba mengusir rasa takutnya demi Anak yang dikandungnya.
"Pokoknya aku harus kuat demi bayi yang saat ini berada dalam kandunganku, aku tidak boleh takut, aku tidak boleh lemah, dan aku tidak boleh cengeng," gumam Kirana yang secara perlahan melangkahkan kaki untuk mengusir hewan-hewan tersebut dari dalam kontrakannya menggunakan sapu.
Keringat Kirana terlihat bercucuran, karena baru kali ini dia melakukan pekerjaan rumah.
"Ternyata cape juga ya," ujar Kirana dengan merebahkan diri di atas kasur usang yang ditinggalkan oleh penyewa kontrakan sebelumnya.
"Alhamdulillah aku masih punya tempat untuk berteduh, meskipun jauh dari kata layak," gumam Kirana dengan memaksakan diri untuk tersenyum.
Tiba-tiba hujan turun dengan derasnya, dan ternyata atap kontrakan Kirana bocor, sehingga Kirana menampung air hujan dengan menggunakan beberapa mangkok yang ada di sana.
Kirana kini menangis di pojokan, dia kembali teringat dengan keluarganya.
"Sayang, maafin Bunda ya, karena Bunda belum bisa memberikanmu tempat tinggal yang layak, tapi Bunda akan terus berjuang demi kamu sayang," ujar Kirana dengan mengusap lembut perutnya.
Kirana akhirnya tidur di pojokan yang tidak terkena bocor, karena hampir semua atap kontrakan tersebut bocor.
......................
Keesokan paginya Kirana bangun dengan badan yang terasa pegal karena semalaman dia tidur di atas kasur yang keras dan sudah tidak layak pakai.
Kirana secara perlahan meregangkan otot-otot tubuhnya, dan setelah cukup enakan, Kirana memutuskan untuk membersihkan diri terlebih dahulu sebelum memulai mencari pekerjaan untuk menyambung hidup.
"Aku harus segera mendapatkan pekerjaan, meskipun harus menjadi pemulung sekalipun yang penting pekerjaan itu halal dan bisa menghidupi Anak yang berada dalam kandunganku," gumam Kirana.
Kirana memutuskan untuk membeli sarapan terlebih dahulu di warung Bu Meri, karena menurut Kirana makanan di sana terasa enak dan tentunya dengan harga yang murah.
"Bu, kalau nasi sama ayam berapa?" tanya Kirana.
"Lima belas ribu aja Neng."
"Ya sudah kalau begitu saya pesan nasi sama ayam ya, minta sambalnya juga sedikit," ujar Kirana yang langsung saja makan dengan lahap setelah Bu Meri memberikan makanan pesanan Kirana.
"Oh iya Neng, gimana kemarin jadi gak nyewa kontrakan Bu Haji?" tanya Bu Meri.
"Jadi Bu, tapi semalam atap nya pada bocor," jawab Kirana.
"Kalau begitu nanti saya kasih tau sama Bu Haji supaya dibenerin dulu," ujat Bu Meri.
"Makasih banyak ya Bu. Oh iya Bu siapa tau Ibu pernah mendengar ada lowongan pekerjaan, kebetulan saya lagi mencari pekerjaan," ujar Kirana.
"Neng coba saja tanya ke ruko di depan, biasanya di sana banyak yang butuhin buat jaga toko," ujar Bu Meri.
"Makasih ya Bu, kalau begitu sekarang juga saya coba tanya-tanya," ujar Kirana, kemudian memutuskan untuk menanyakan lowongan pekerjaan setelah membayar makanannya.
Kirana mencoba bertanya ke setiap toko yang berjajar di pinggir jalan raya, tapi tidak ada satu pun yang membutuhkan Karyawan, sampai akhirnya uang Kirana semakin hari semakin menipis.
"Neng gimana udah dapat pekerjaan belum?" tanya Bu Meri pada saat Kirana sarapan di warungnya.
"Belum Bu, ada juga harus memakai ijazah, sedangkan ijazah saya ketinggalan di rumah," ujar Kirana.
"Emang Neng orang mana?" tanya Bu Meri.
"Rumah saya jauh Bu berada di luar kota, saya juga merantau ke Ibukota untuk mencari keberuntungan," ujar Kirana yang sudah berbohong karena dia tidak mungkin memberitahukan identitas yang sebenarnya kepada Bu Meri.
"Kalau Neng tidak keberatan, apa Neng mau bantuin saya di warung, tapi saya gak bisa kasih upah besar, paling saya cuma bisa ngasih lima puluh ribu sehari sama makan dua kali, kebetulan Suami saya sedang sakit, jadi gak bisa bantu di warung," ujar Bu Meri.
"Alhamdulillah, saya mau Bu," jawab Kirana dengan mata yang berbinar.
"Ya sudah kalau begitu mulai hari ini ya Neng bantuin saya. Sekarang Neng makan saja dulu gak usah di bayar," ujar Bu Meri.
"Makasih banyak ya Bu, saya benar-benar butuh pekerjaan ini, kalau ada yang salah dengan pekerjaan saya, Ibu jangan ragu-ragu buat negur saya," ujar Kirana.
Dua minggu sudah Kirana bekerja di tempat Bu Meri, dan pembeli di warung Bu Meri pun semakin ramai setelah Kirana bekerja di sana. Namun, pada saat Bu Meri sedang pergi ke Pasar, Suami Bu Meri yang tergoda melihat kecantikan Kirana mencoba untuk melecehkannya.
"Kirana, tolong pijitin saya," ujar Pak Umar pada saat tidak ada pembeli.
"Maaf Pak kita bukan muhrim, dan saya di sini bekerja untuk membantu Bu Meri melayani pembeli sama cuci piring," jawab Kirana yang menolak keinginan Pak Umar, sehingga membuat Pak Umar merasa geram lalu berusaha untuk memeluk Kirana, tapi Kirana melakukan perlawanan dengan menendang senjata Pak Umar sehingga mengaduh kesakitan.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 96 Episodes
Comments
Mila Jamila
aduuhh kesian Skali Kirana sdah dpt pekerjaan yg lumayan ada aza ujiannya .jgn kasih ujian yg berat2 ya Thor buat Kirana .smpai bengkak ni mataku mmbacay Thor
2023-02-27
2
Lee
Ka,,prasaan bnyak bgt novel yg on going.. kok bisaan sih ka? klo q dh lier dah..🤭
2022-12-16
1
Sunshine
Ada" aja org gak ada ahlak
2022-12-11
4