Grup chat Dance Theatre
"Bagi anggota yang baru bergabung dan akan dilatih nari untuk acara festival seni, jadwal latihan sebagai berikut:
Selasa: 16:30-18:00
Kamis: 16:30-18:00
Jum'at: 12:00 s/d selesai
Yang direkrut hanya 20 orang"
Puput membaca info tersebut sambil memeriksa kembali jadwal kuliahnya yang tertempel di meja belajar. Syukurlah tidak ada jadwal yang bentrok. Lain halnya dengan para anggota yang lain, mereka ada yang keberatan karena ada jadwal kuliah yang sampai jam 5. Contohnya anggota baru yang sudah menginjak semester 5 yang mana fakultas mereka banyak praktek, jadi tidak bisa latihan di jadwal yang sudah ditentukan oleh pihak Dance Theatre (DanTe).
Baru beberapa menit saja, yang komplain sudah sampai seratus chat lebih. Puput membacanya sekilas lalu hanya berkomentar lewat mulut saja, tidak berniat mengetikkan balasan dan lain semacamnya.
"Sher, lo gak liat grup?" tanya Puput pada Sherly yang tengah asik duduk disampingnya.
"Ngapain? Liat pemandangan di depan jauh lebih seru" ujar Sherly lalu Puput mendorong bahunya sampai Sherly hampir terjungkal.
"Gue aduin Mia ya kalo lo naksir pacarnya" ancam Puput sambil tertawa.
"Gue gak naksir, cuma suka aja sama gayanya Tian. Cool, macho, terus juga lesung pipitnya tuh kalo senyum bikin ketar-ketir" puji Sherly dengan menatap kearah depan dimana Tian sedang bekumpul dengan teman-temannya.
"Itu namanya naksir. Gengsi banget gak mau ngaku" geram Puput.
"Gue kalo naksir cowok, gak kaya gini. Karena gue tuh type yang kalo naksir, ya udah gue tunjukin langsung ke orangnya biar orangnya tahu kalo gue naksir dia"
"Pftt, agresif juga lo. Pantesan sampe sekarang gak punya pacar, pasti cowo-cowo pada kabur ketakutan 'kan?" ledek Puput dengan tertawa puas.
"Enak aja. Gue tuh gak punya pacar karena pada takut sama abang gue. Huft, pokonya kalo gue gak laku-laku abang gue harus dimintai pertanggungjawaban" gumam Sherly sambil mengepalkan tangan.
"Biasa aja kali woy, namanya juga abang. Kalo gue sih sama Mas Rama gak begitu di jagain. Tapi kak Feza justru yang sering kasih-kasih wejangan"
"Udah ah, ayo ke kelas bentar lagi masuk nih"
Sehabis perkuliahan, Puput dan Sherly menuju Fakultas Porkes. Hari ini jadwal latihan nari untuk kali pertama.
Ketua dan beberapa pengurus DanTe datang menghampiri mereka. Semua anggota diminta berbaris di aula.
"Perkenalkan, saya Tria dari fakultas hukum semester 5. Buat yang seletting cukup panggil Tria aja. Saya juga disini pelatih nari. Emm, sebelumnya saya tanya dulu disini kalian masuk DanTe sudah pada bisa nari 'kan?"
"Bisa kak" sahut para anggota baru.
"Minimal bisa, gak harus jago. Karena kalau dibiasakan nari lama-lama pasti jago. Ada yang pernah ikut lomba tari sebelumnya?"
Beberapa orang terlihat mengangkat tangan.
"Wah banyak juga ternyata yang sudah berpengalaman ikut lomba. Baiklah kalau begitu, hari ini kita mulai latihan. Dan disini kakak dibantu beberapa teman kakak. Ini namanya kak Lena, terus yang satu lagi kak Gita. Kalian akan dilatih sama kami bertiga. Maka dari itu, kalian harus kami bagi menjadi 3 kelompok untuk memudahkan kami melatih kalian"
Akhirnya anggota baru DanTe di bagi menjadi 3 kelompok. Puput dan Sherly berada di kelompok yang sama yang dilatih oleh kak Lena. Dua kelompok terdiri dari 17 anggota dan satu kelompok terdiri dari 18 anggota.
Setelah pembagian kelompok, mereka pun diajarkan gerakan tari lengkap dengan musik yang akan digunakan untuk festival. Lagu yang dipakai berjudul Zapin Ya Maulay milik penyanyi terkenal asal Malaysia yakni Siti Nurhaliza. Lagu tersebut bertempo cepat karena bertemakan kegembiraan. Baru 30 menit saja mereka latihan, Puput dan Sherly sudah basah oleh keringat.
"Semangat semangat. Ikut lomba dapet hadiah loh. Jadi kalian harus konsen dan jangan menyerah. Bayangkan hadiah yang akan kalian dapatkan ya" ujar Kak Lena menyemangati saat semua peserta didiknya terkulai lemah sembari meluruskan kaki di lantai.
"Emang berapa kak hadiahnya?" tanya salah satu dari mereka.
"Bisa buat liburan ke Bali pokonya" ujar Kak Lena mengiming-imingi. Entahlah yang ia katakan benar atau tidak.
Setelah mendengar jumlah yang bisa mereka dapat, kini para anggota tari berdiri lagi untuk melanjutkan latihan. Mereka kesulitan menghafal beberapa detail gerakan yang bertepatan dengan tempo musik dan kesesuaian gerakan karena harus selaras dengan gerakan kak Lena. Sejauh ini, mereka hanya berlatih gerakannya saja. Belum masuk ke tahap formasi karena baru tahap seleksi. Setelah lulus seleksi baru latihan mereka akan ditambahi dengan formasi, begitu kata Kak Lena.
Saat waktu sudah menunjukkan pukul 18:00, mereka pun menyudahi latihan sesi pertama ini. Dan semua bergegas mengemasi barang-barang mereka agar tak ada yang ketinggalan. Lalu sebelum pulang, Kak Lena juga mengirimkan pada mereka video tarinya ke grup agar bisa menghafalnya dirumah.
Sesampainya dirumah, Puput merasa kelelahan dan seusai sholat maghrib ia langsung tertidur. Begitu juga dengan Sherly, saat pulang dirinya bahkan tak sempat untuk berbasa-basi dengan mama dan papanya karena kondisi tubuhnya sangatlah capek.
Bayangkan saja, selama ini dirinya termasuk orang yang jarang gerak. Olahraga pun tak pernah, hanya sesekali itu pun saat SMA karena memang itu jadi salah satu mata pelajaran.
Dan setelah lulus SMA tidak pernah olahraga lagi. Akhirnya kini tulang rasanya mau potek.
****
Keesokan harinya 2 sahabat itu kembali bertemu dikampus.
"Gila Puuuuut. Baru pagi ini pinggang gue rasanya sakit banget. Semalam padahal cuma kami sama tangan" keluh Sherly kala dirinya baru saja terduduk di kelas.
"Lo kira gue nggak? Bahkan gue sampe rumah tuh bener-bener langsung istirahat, tapi tetep aja rasanya masih kurang"
"Untunglah kita hari ini gak latihan 'kan? Jadi setidaknya tulang-tulang kita bisa rehat sejenak" ujar Sherly dengan memutar-mutar pinggangnya.
"Hai Sher, lo kenapa?" Tiba-tiba Tian masuk ke kelas dan menghampiri meja Sherly. Ia juga menarik satu bangku untuk bisa duduk berhadapan dengan Sherly dan Puput.
"Gak papa habis latihan nari doang" jawab Sherly singkat.
"Oh. By the way, kalian nanti ada acara gak? Gue tanding basket sama anak fisipol, nonton ya" ujarnya.
"Gak janji ya" jawab Puput.
"Kenapa?" tanya Tian dengan wajah kecewa.
"Kita kecapean. Lu gak denger tadi gue bilang apa?" jawab Sherly dengan mencebik.
"Kan kalian nontonnya sambil duduk. Yang nyuruh kalian cheerleader siapa?" ujar Tian dengan bercanda.
"Gak lucu lu, sana gih. Kelas kita beda" usir Puput dengan bercanda juga.
"Tau lu" sengit Sherly.
"Kali ini kelas kita sama. Gue duduk samping lo ya" Tian langsung melemparkan tasnya dibangku sebelah Sherly.
"Duduk situ aja napa?" tanya Sherly.
Pertanyaan Sherly hanya jadi angin lalu, karena setelah melemparkan tasnya Tian langsung keluar berkumpul dengan teman-temannya.
"Ehem, ada yang bahagia nih?" goda Puput.
"Heh, gue udah bilang ya kalo gue gak naksir dia" sangkal Sherly cepat.
"Gue juga gak bilang lo bahagia karena Tian duduk samping lo"
"Terus apa? Gue tau ya maksud ucapan lo. Jangan sok ngeles deh" timpal Sherly.
Keduanya pun bercanda sampai Tian dan teman sekelasnya yang lain serentak masuk ke dalam kelas disusul dengan seorang dosen yang akan mengajar mereka.
"Sher, gue chat lo semalam kenapa gak dibales?" tanya Tian dengan berbisik.
"Hah? Emang ada ya? Nanti deh gue cek" jawab Sherly dengan berbisik tapi tatapannya tetap lurus kepapan tulis.
"Lu nyimpen kontak gue gak sih?" tanya Tian serius.
"Iya, tapi mungkin chat lu ketimbun sama yang lain" sahut Sherly tanpa rasa bersalah.
"Tau deh yang bukan prioritas" jawab Tian lalu menjauhkan tubuhnya dari Sherly dan kembali menatap papan tulis.
Sepulang kuliah, lagi-lagi Tian menghampiri Sherly dan Puput untuk mengingatkan dua sahabat itu agar menonton dirinya bertanding.
"Put, Sher... Ayolah, masa kalian gak dukung gue sih?"
"Udah dibilangin, kita capek" jawab Sherly singkat.
"Gue tanding cuma sebentar gak sampe malam. Ayolah" bujuk Tian sampai berhasil.
"Kan udah ada Mia yang semangatin" sahut Sherly untuk memastikan sesuatu.
"Gak ada, dia sakit hari ini gak bisa liat gue tanding" ucap Tian.
"Udahlah Sher, demi nyenengin temen kita satu ini kita nonton aja. Lo telpon sopir lo deh, bilang kalo lo pulang sama gue" ujar Puput.
Akhirnya Sherly tak mampu menolak lagi, ia pun menghubungi pak sopir untuk memberitahukan bahwa ia akan pulang bersama Puput.
Setelah mengabari sopirnya merakapun pergi menuju lapangan basket fakultas Porkes. Tian menitipkan tas dan segala barang miliknya termasuk ponselnya pada Puput dan Sherly setelah ia berganti pakaian.
Sherly dan Puput duduk di dibangku penonton paling depan. Selama menjadi penonton, mereka berdua tidak begitu peduli dengan pertandingannya, mereka lebih tertarik megomentari pemain yang berwajah paling tampan dan yang paling keren.
"Gila, ternyata Tian gak ada apa-apanya" ujar Sherly.
Puput tertawa terbahak-bahak. Padahal menurut Puput ya Tian tampan, baik itu di fakultas mereka maupun di lapangan ini.
"Gue percaya, lo emang gak naksir sama Tian. Secara dimana pun tempatnya, mata lo jelalatan terus" ungkap Puput.
"Itulah enaknya jomblo, lirik sana lirik sini aman terus" sambung Sherly.
Saat permainan telah usai dengan diakhiri kemenangan tim Tian, singkat cerita ada kejutan yang terjadi. Yang mana Mia tiba-tiba datang ke lapangan lalu memberikan bunga pada Tian dan mengecup pipinya.
"Ups" Sherly menutup mulutnya kaget.
"Wah, Mia ternyata lebih agresif daripada lo" tutur Puput sambil memperhatikan sepasang kekasih yang menjadi pusat perhatian semua orang itu.
Dilapangan itu, Tian terlihat bahagia mendapati kejutan dari sang pacar. Padahal Mia hari ini mengaku tidak ngampus dengan alasan sakit, ternyata ia rela menggunakan jatah absennya demi Tian, si pujaan hati.
"Wah wah wah, pengen di puji sebagai couple goals banget" pungkas Sherly.
"Lo cemburu?" tanya Puput dengan menyenggolkan bahunya pada bahu Sherly.
"Ya nggaklah. Kuy cabs" (cabut/pulang) ajak Sherly.
Mereka pun menghampiri sepasang kekasih yang masih asik berbincang ditengah lapangan itu untuk mengembalikan semua barang-barang milik Tian.
"Yan, harta benda lo" tegur Sherly karena Tian sibuk ngurusin Mia.
"Eh iya, maaf ya ngerepotin" ucap Tian tak enak sembari menerima sodoran tas dari Sherly.
"Kalian disini juga?" tanya Mia berbasa-basi.
"Hm iya" jawab Puput dengan senyum simpul. Sedangkan Sherly tampak acuh.
"Oh"
Hanya itu saja yang Mia ucapkan lalu ia berbicara lagi pada Tian seolah berusaha mengalihkan pandangan Tian pada Sherly dan Puput. Karena kesal, akhirnya Sherly dan Puput pergi begitu saja tanpa pamit pada pasangan sejoli itu.
"Si Mia kenapa sih? Kok gue ngerasa dia waktu dikantin kaya yang ramah banget. Tapi tadi kaya gak suka gitu sama kita" ujar Sherly saat mereka dalam perjalanan pulang.
"Udah sih, gak usah dipikirin. Mungkin takut cowonya klepek-klepek sama cewe lain. Secara mereka kan udah pacaran lama pasti khawatirlah" sahut Puput.
"Hmm, bener juga"
Setelah mengantarkan Sherly kerumahnya, Puput pun juga langsung pamit pulang karena waktu sudah hampir pukul 18:00. Takutnya mama dirumah akan khawatir karena tahu Puput hari ini tidak punya jadwal latihan nari.
****
Ditempat berbeda
"Ko, tolong kamu belikan saya beberapa setelan pakaian untuk bayi laki-laki sekarang juga" titah Zapata pada sang asisten.
"Pakaian bayi? Kalau boleh tau, untuk siapa pak?" tanya Eko. Sebab apapun perintah bosnya ini, juga harus ia laporkan pada bos besarnya yakni orangtua Zapata.
"Untuk anak teman saya. Istrinya baru saja melahirkan dan saya sama sekali belum sempat menjenguk. Rencananya nanti malam saya akan kesana"
"Baik pak, segera saya belikan"
"Tunggu dulu" tahannya.
"Apapun yang layak dijadikan kado, kamu beli saja. Karena yang aku tahu bayi cuma butuh pakaian"
"Baik pak"
Zapata beristirahat dikantornya sembari menunggu adzan maghrib. Pria lajang seperti dirinya memang hidup selalu berdasarkan apa yang di suka. Kerja sampai lupa pulang pun sudah jadi kebiasaannya. Orangtuanya bahkan sering menyindirnya karena memiliki rumah megah tapi hanya jadi rumah singgah.
Namun, Zapata cuek saja mendapati sindiran seperti itu. Karena menurutnya, yang mengerti dirinya hanya Tuhan saja.
"Allahu akbar... Allahu Akbar" terdengar kumandang adzan dari Masjid agung dekat kantornya.
Zapata langsung mendirikan sholatnya diruang peristirahatannya. Usai sholat, dirinya menghubungi sang sahabat yang selalu ada kapanpun ia butuhkan.
"Halo Bin, kita jenguk Dinda malam ini ya. Lo ke kantor gue aja, sekarang! Gue tunggu"
Setelah menghubungi Bibin, ia menghubungi Rama. "Halo Ma, Dinda udah keluar dari rumah sakit ya? Oh, gue sama Bibin rencananya mau jenguk dia malam ini. Jadi kita ketemuan dirumah lo dulu? Oke-oke, nanti gue kesana" panggilan pun berakhir.
Tak berapa lama, Bibin sampai. "Eh Bin, si Rama mau ikut jenguk Dinda. Nanti kita kerumah dia dulu ya biar bareng"
"Oke" sahut Bibin.
Dan akhirnya Eko juga sudah sampai dengan beberapa kotak kado. Ternyata selain membeli pakaian bayi, ia juga membeli alat makan bayi, dan baby walker.
"Ya udah Bin, kita langsung ke tempat Rama aja. Ko, makasih nanti kamu saya kasih bonus"
Zapata dan Bibin pun bergegas menuju kediaman orangtua Rama. Saat sampai, ia disambut oleh Puput adiknya Rama yang membukakan pintu.
"Eh dek Aisyah, mas Rama mana?" tanya Zapata.
"Puput bang Puput! Selalu aja sembarangan ganti nama orang. Ya udah masuk dulu bang Bin. Mas Ramanya aku panggilin bentar ya" Puput pun segera meninggalkan dua orang tamunya.
Tak berselang lama, Rama datang mereka berbincang sebentar lalu pamit untuk pergi kerumah Nanda.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 98 Episodes
Comments
Lenkzher Thea
Semangat thor sukses selalu
2023-08-13
0