Cinta Itu Kedua

Cinta Itu Kedua

1. Pertemuan Pertama.

Suasana di dalam kelas 3A mendadak diliputi kehebohan, saat Mr. Mayer, sang kepala sekolah, datang ke kelas bersama seorang wanita muda cantik.

"Selamat pagi, anak-anak!" seru Mr. Mayer begitu sampai di kelas.

"Selamat pagi, Mr. Mayer!" jawab anak-anak penghuni kelas serempak. Mata mereka tak lepas menatap wanita cantik yang kabarnya akan menjadi wali kelas baru mereka.

"Seperti yang sudah kalian dengar sebelumnya, hari ini saya akan memperkenalkan seorang guru baru pada kalian," ucap Mr. Mayer pada seluruh penghuni kelas. Pria itu kemudian mengalihkan pandangannya pada si wanita. "Silakan perkenalkan diri Anda, Ms. Norra."

Wanita muda bernama Norra itu mengangguk. Dia melangkah maju ke depan kelas untuk menyapa anak-anak didiknya. "Halo, anak-anak! Perkenalkan nama saya Ms. Norra. Saya akan menggantikan Mrs. Maria di sini. Saya harap, kita bisa bekerja sama dengan baik ya?"

"Selamat datang, Ms. Norra!" sahut anak-anak serempak.

Norra tersenyum sumringah. Wanita yang sejak dulu memang menyukai anak kecil tersebut, merasa senang melihat kekompakan dan semangat anak-anak didik barunya.

"Baiklah kalau begitu, saya tinggalkan Anda di sini. Semangat mengajar, Ms. Norra." Mr. Mayer mengulurkan tangannya pada Norra, sebelum kemudian pergi meninggalkan kelas.

Norra menyambut uluran tangan Mr. Mayer.

"Jadi, belajar apa kita hari ini?" tanya Norra dengan nada riang.

Anak-anak serempak menggeleng. "Kita saling perkenalkan diri dulu, Ms? Bagaimana?" tanya salah seorang gadis kecil berkuncir kuda.

Norra mengangguk setuju. "Oke, saya akan menyebutkan nama kalian masing-masing, dan kalian bisa menyebutkan usia dan di mana tempat tinggal saat ini."

"Baik!"

Berbekal buku absen siswa, Norra memanggil satu persatu anak didiknya. Mereka semua dengan bersemangat menyebut usia dan tempat tinggal kepada Norra, kecuali satu anak yang duduk di tengah-tengah barisan.

Anak kecil berjenis kelamin laki-laki itu terlihat murung dan tidak bersemangat. Sejak tadi dia bahkan tidak terlihat menyambut dirinya, seperti anak-anak lain.

"William West!" Norra sekali lagi memanggil nama anak kecil itu, tetapi si anak tetap bergeming.

"Miss," bisik seorang gadis kecil yang duduk di kursi paling depan.

Norra berjalan menghampiri gadis itu. "Ada apa, Chelsea?" tanyanya. Sebisa mungkin, Norra sudah menghafal setiap nama dan wajah anak-anak didiknya.

"Willy baru saja kehilangan ibunya tiga bulan yang lalu, Miss. Sejak itu lah dia berubah menjadi anak pendiam." Chelsea memberi informasi penting pada wali kelas baru mereka.

Norra lantas menatap sedih sosok Willy. Setelah berterima kasih pada Chelsea, wanita muda itu mulai berjalan mendekati Willy dan bersimpuh di sebelahnya.

"Willy," panggil Norra dengan suara lembut.

Willy mengangkat wajahnya. Pria kecil tampan bermata biru itu menatap Norra dengan raut wajah datar.

Norra tersenyum. Tangannya terulur ke hadapan Willy. "Sepertinya kita belum berkenalan. Namaku Ms. Norra."

Willy terdiam sejenak. Matanya menatap wajah Norra dalam-dalam sembari mengerutkan keningnya.

Bukannya menerima uluran tangan Norra, Willy malah memeluk tubuh wanita muda itu erat.

Norra yang terkejut berusaha menyeimbangkan bobot tubuhnya agar tidak terjerembab ke lantai. Dia tertawa kecil sembari membalas pelukan erat Willy.

Murid kecilnya itu menangis selama beberapa saat di pelukan Norra.

...**********...

"Bro, lebih baik kau pulang saja ke rumah. Matamu semakin hari semakin menggelap!" Sebastian, sekretaris sekaligus sahabat baik Allen, kembali mengeluarkan komentarnya ketika mendapati tubuh pria itu terhuyung-huyung dari kamar mandi.

"Buatkan aku kopi lagi saja," titah Allen saat berhasil duduk di kursinya kembali.

Sebastian tentu saja menolak. "Kau sudah menghabiskan tujuh gelas kopi. Kau ingin mattii atau bagaimana, hah!"

"Buatkan saja, Bas!" seru Allen tak acuh. Namun, lagi-lagi Sebastian menolaknya. Dengan kasar dia menutup laptop Allen dan memintanya untuk pulang ke rumah. Pertengkaran di antara mereka pun kembali terjadi.

"Apa yang kau lakukan Bedebaah!" hardik Allen tidak terima.

"Kau yang bedabbah! Kau pikir hanya dirimu yang berhak meratap hingga nyaris tak pulang selama sebulan ini? Kau lupa pada putramu, Bodoh!" Sebastian balas menghardik Allen.

Allen sontak terdiam. Dalam hati dia mengakui sikapnya yang kurang memperhatikan sang putra, Willy, sejak kehilangan sang istri tercinta dalam sebuah kecelakaan hebat yang terjadi hampir satu bulan lalu.

Kala itu Allen dan Winstley sedang dalam perjalanan pulang setelah menghadiri undangan makan malam dari salah seorang kolega penting.

Hujan lebat yang tiba-tiba mengguyur jalanan kota, membuat Allen harus kehilangan kontrol pada kemudinya.

Hal itu menyebabkan mobil mewah yang dikendarai Allen menabrak pembatas jalan dan terguling. Tubuh Winstley yang tidak memakai seatbelt sontak terpental keluar dari mobil.

Wanita itu meninggal di tempat. Sementara Allen mengalami koma dan baru terbangun sebulan setelahnya.

Pria itu sempat mengamuk ketika mengetahui kematian sang istri tercinta. Butuh waktu beberapa minggu bagi Allen untuk kembali beraktifitas seperti biasa.

Bukannya kembali menjalani hidupnya bersama Willy, pria itu malah memanfaatkan pekerjaannya untuk lari dari kenyataan, sekaligus mengabaikan putra semata wayang mereka.

Sebastian mengembuskan napasnya guna meredam emosi.

"Maafkan aku," ucap Sebastian. "Tak seharusnya aku meneriakimu seperti tadi. Aku hanya tak ingin melihatmu terus-terusan berkubang dalam duka begini, Al. Willy juga butuh dirimu," sambung pria itu dengan sorot mata prihatin. Nyaris dua puluh tahun berteman, membuat Allen dan Sebastian tumbuh tak hanya sebagai sahabat semata, melainkan saudara.

Jadi, bukan tak mungkin Sebastian juga turut merasakan kesedihan yang sama. Apa lagi, dia lah yang pertama kali mengenalkan Winstley dan Allen saat mereka sama-sama duduk di bangku kuliah.

"Aku mengerti,"ucap Allen lirih. Pria itu kemudian berjalan menuju pintu ruang kerjanya. "Tolong, titip kantor. Aku akan pergi menjemput Willy di sekolahnya."

Mendengar itu Sebastian sontak mengangguk. Dia bahkan menyuruh Allen untuk tidak kembali ke kantor dulu dan menikmati kebersamaannya dengan sang putra.

...**********...

Sekolah sudah mulai terlihat sepi, tetapi Willy masih setia berdiri di depan pos satpam, menunggu jemputan.

Norra yang baru saja mengeluarkan motor maticnya lantas menghampiri Willy.

"Willy, kau belum dijemput?" tanya Norra lembut.

Willy menggelengkan kepalanya lemah. "Uncle Bob tidak pernah terlambat datang ke sekolah," ujarnya memberitahu.

Norra menatap Willy perihatin. "Kalau begitu, biar Miss temani di sini, oke?"

Willy mengangguk sembari mengucapkan kata terima kasih. Keduanya pun duduk di dalam pos satpam selama lebih dari lima belas menit, sebelum akhirnya sebuah mobil sedan mewah hitam masuk ke dalam sekolah.

Wajah Willy terangkat. Matanya tampak berbinar ketika melihat mobil tersebut.

"Itu Uncle Bob?" tanya Norra.

Willy menggelengkan kepalanya kuat-kuat. "Itu Papa!" jawab lelaki kecil itu riang.

Norra tersenyum lebar. Agaknya kesedihan Willy sedikit berkurang kala melihat kedatangan sang ayah ke sana.

Wanita muda itu pun menggandeng Willy untuk datang menghampiri mobil tersebut.

Langkah Norra kontan terhenti, ketika seorang pria tampan bermata biru keluar dari dalam mobil untuk menyambut sang putra. Namun, bukannya menyambut Willy, pria itu malah menatap Norra dengan pandangan terkejut.

Terpopuler

Comments

Siska Agustin

Siska Agustin

ketemu Duren ya Norra 😁

2023-01-07

2

Hiatus

Hiatus

toss dl ahh, kita sm🤣

2022-12-24

0

ᴍ֟፝ᴀʜ ᴇ •

ᴍ֟፝ᴀʜ ᴇ •

wah jangan² mereka saling kenal😌

2022-12-24

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!