Waktu pun berlalu dengan cepat. Siang menguap menjadi malam, dan malam merayap untuk kembali menjadi pagi nan indah. Burung-burung gagak beterbangan di Hutan Willow, saling bertanding untuk menggerogoti tubuh-tubuh yang telah tidak bernyawa sejak kemarin.
Selepas burung gagak mematuk potongan demi potongan daging mayat-mayat tersebut, kemudian datang pula serigala hutan yang mengusir gagak-gagak pemakan bangkai tersebut.
Namun merasa bahwa mereka adalah pihak pertama yang berada di tempat kejadian, gagak pemakan bangkai itu mengadakan perlawanan melawan kawanan serigala hutan. Bunyi bentrokan dan gaduh suara pekikan binatang terdengar memecah sunyi di Hutan Willow Selatan.
Satu sosok perempuan yang cantik, usia dewasa muncul diam-diam dari tepian hutan, lalu dalam gerakan tarian pedang yang mengandung energi Qi - yang terlatih dengan baik, dia mengusir pergi kawanan gagak dan serigala pemakan bangkai.
Perempuan itu mengeksekusi teknik pedang dalam gerakan tarian, dengan metode seni beladiri minimal Kelas Surgawi.
"Pergi !"
Setiap sambaran Qi yang keluar dari tangan perempuan itu, mengandung hawa pedang yang, terlihat indah seperti selendang panjang, yang membuat gerakan mirip tarian tampak memutilasi kawanan hewan liar pemakan bangkai tersebut. Wush - wush.
Suitt ! Suara mencicit terdengar dari telapak tangan wanita tersebut, menambah kesan anggun namun mengerikan.
Perempuan cantik usia menengah itu memiliki perawakan yang tetap menarik, hanya memerlukan waktu sepebakaran hio saja, untuk menghalau semua hewan pemakan bangkai, baik gagak maupun serigala.
Siapapun yang melihat kemampuan perempuan yang mengeksekusi energi Qi menjadi tarian aura pedang, pasti mereka akan menduga kalau dia setidaknya berkultivasi di ranah SAINT level akhir. Itu terbukti dari kemampuannya mengubah aura Qi pedang, terkadang berubah menjadi selendang yang indah tapi jahat, kadang kala berubah serupa pedang panjang berhawa membunuh.
Selepas mahluk-mahluk pemakan bangkai itu terbunuh dan sebagian pergi, dia buru-buru memeriksa jenazah yang bentuknya tidak keruan itu. Tidak ada terlintas perasaan jijik apalagi takut dengan bangkai rusak itu.
"Mata itu !" kata nya gugup.
Dia lantas melompat ringan, lalu dalam gerakan mengambang tubuhnya melayang-layang, memeriksa dan memindai. Rupanya ada sesuatu yang dia cari. Tak lama kemudian perempuan itu menemukan patung rusak berbadan manusia, namun area kaki ke bawah membentuk tubuh ular yang panjang.
"Kepalanya telah hilang !" teriak nya panik.
Buru-buru perempuan itu mencari-cari, dimana keberadaan kepala mahluk yang telah berubah menjadi patung itu. Lama mencari-cari sampai pada akhirnya dia menemukan pasangan dari badan terpotong itu, yaitu kepala berbentuk makhluk hidup, namun lobang mata kanannya telah bolong.
"Ada yang telah memanen terlebih dahulu Mata Kematian itu" jeritnya.
Dia lantas berubah menjadi panik setelah tahu bahwa upaya pencariannya ternyata sia-sia belaka.
"Aku harus membalas dendam" kata perempuan itu muram.
Namun hal yang membuat aneh adalah, meskipun dia berkata akan membalas dendam, namun tak jua terlihat wajah sedih setelah dia tahu apa yang dicarinya kini telah tiada.
"Mata Kematian itu harus aku miliki.
Tidak akan ada tetua-tetua rewel itu akan merestui calon raja dan pemimpin baru di klan ular kami, jika Mata Kematian itu tidak berhasil di dapat" lirih terdengar suara perempuan itu mengeluh.
"Aku akan mencari informasi di Kota Biramaki. Jika saja itu adalah perbuatan anak muda yang terkenal itu, well mungkin aku sebaiknya melupakan balas dendam dan keinginan memiliki kembali mata kematian tersebut" Tubuhnya lantas menghilang, larut di dalam hangatnya matahari pagi.
Hutan Willow Selatan, kini kembali sepi setelah semua makhluk meninggalkannya, menyisakan hembusan angin yang menimbulkan gemericik dedaunan bersenggolan, terasa mirip dengan percikan air di tepi kolam. Tak ada seorang pun yang mengetahui kehadiran perempuan itu, sang nyonya ular atau istri dari almarhum Rongon si raja klan ular.
******
Sima Yong terlihat di dalam laboratorium Tianwan, tengah menyuling bergalon-galon minuman anggur yang telah di ekstrak bercampur sari tanaman opium. Dia merasa beruntung karena saat ini memiliki cincin tata ruang yang baru, sebuah cincin kristal berkapasitas besar, hasil jarahan dari Tuan Shongsu, Penguasa Kota Perdamaian.
Sebaliknya, dia dengan telaten melatih Alkemis Gi Nom, untuk membuat pelet yang diekstrak dari bambu petir. Sima Yong memiliki persediaan bambu petir kering yang cukup banyak, yang dia beli di Toko Aros Kota Terminus.
Di dalam pertukaran pengetahuan menyuling pil dan herbal seperti itu, nyata sekali perbedaan kemampuan menghasilkan pil atau hasil sulingan roh antara Sima Yong dengan Alkemis Gi Nom.
Jika Sima Yong hanya memerlukan sekali pengamatan untuk membuat ramuan alkohol bercampur opium yang membius itu, hal berbeda sebaliknya dengan alkemis Gi Nom. Sima Yong sebagai Alkemis dengan kekuatan jiwa di tahap akhir peringkat DAO (sebentar lagi akan mencapai immortal) dengan sangat mudah mencampur bahan-bahan yang ada lalu menyuling nya dengan gerakan tangan seperti sebuah tarian.
Kontrol atas api guna pemanasan amatlah bagus. Ditambah dengan Api Hitam peringkat surgawi itu, membuat semua hasil olahan sulingan dia berkualitas tinggi, nyaris sempurna.
"Ini adalah hasil kuasi perfect atau sempurna !" teriak Alkemis Gi Nom ketika melihat hasil air kenikmatan bercampur opium itu, dengan mata terbelalak.
Dia merasa amat heran dengan keahlian si anak muda. Dari sepuluh kali penyulingan yang dilakukan si anak muda, sepuluh tong besar air anggur itu berkualitas Kuasi Perfect atau setengah sempurna.
"Bagaimana mungkin?
Sementara aku yang telah bertahun-tahun mengerjakan proyek air anggur opium ini, paling tinggi menghasilkan ramuan berperingkat tinggi saja" Alkemis Gi Nom tak habis pikir dengan sosok anak muda di depannya ini.
Awal-awal dia berpikir bahwa, mungkin hal itu disebabkan karena kultivasi kekuatan jiwa si anak muda yang terlalu tinggi, yaitu di ranah Master Jiwa Dao level dua. Alkemis Gi Nom sendiri adalah seorang Alkemis dengan kekuatan jiwa di ranah Master Jiwa SAINT level pertama.
Namun setelah dia berbincang-bincang dengan si anak muda, Alkemis Gi Nom mendengar cerita bahwa sejak awal berlatih kekuatan jiwa, baik sebagai master simbol maupun alkemis, semua benda yang dihasilkan dari kekuatan jiwanya adalah peringkat Kuasi Sempurna.
"Itu berarti anda adalah seorang yang lahir dengan berkah dari surgawi. Gi Nom sudah seharusnya memanggil anda dengan panggilan Master, bukan dengan sebutan Tuan" kata Gi Nom yang sejak itu memanggil Sima Yong dengan panggilan Master.
Sima Yong sendiri tidak melarang Alkemis Gi Nom menyebutnya dengan panggilan Master, karena memang sudah seharusnya hal itu terjadi di dunia alkemis, refiner dan master symbol. Usia tidak akan dipermasalahkan dalam dunia itu. Jika seseorang memiliki kemampuan kultivasi jiwa yang tinggi, dia akan dipanggil master oleh rekan seprofesi yang memiliki kekuatan jiwa di bawahnya.
Di sela-sela kesibukan di siang hari di laboratorium untuk melatih Alkemis Gi Nom, malam hari nya anak muda itu tak lupa untuk berlatih teknik menguasai chakra bumi. Malam adalah masa terbaik untuk berlatih teknik chakra bumi, karena di malam gelap seperti itu, kekuatan hitam menjadi lebih kuat dan pelatihan dalam mengendalikan dunia orang mati itu menjadi lebih efektif.
Bersambung
Dear pembaca, mohon untuk dukungan memberi like dan auto favorit novel ini agak membuat author meneruskan berkarya dengan novel lanjutan KDPU ini. Terima kasih <3
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 106 Episodes
Comments
Iron Mustapa
lanjut🤣🤣🤣🤣
2023-10-20
0
Himawan Wawan
ceritanya semakin menarik dan selalu ingin mengikuti kelanjutan nya
2023-06-15
0
Mbah Wiro
lanjuuut,,,👍👍👍
2023-05-07
0