Rencana Appoloin

Ini adalah kisah tentang Yamato no Orochi seperti yang di tuturkan ulang oleh Appoloin Tianwan.

   Dahulu sekali, ketika segala sesuatu masih sangat kuno, bahkan ketika pohon pohon masih dapat berbicara, ketika angin berhembus membawa berita-berita dari dunia lain,  kejadiannya bermula di benua yang jauh bernama Benua Timur.

   Tersebutlah satu Bijuu yang berwujud ular. Dia memiliki mata merah seperti darah, memiliki delapan kepala dan delapan ekor, dengan delapan simbol kejahatan tertulis di kepalanya. Tubuhnya begitu besar, sampai-sampai pohon dan lumut dapat tumbuh di tubuh besarnya, yang menurut kisah tubuh besar itu serupa delapan gunung berjejer panjangnya.

   Suatu ketika Dewa Susanoo berkunjung ke bumi, tepatnya ke satu provinsi di Benua Timur bernama Izumo. Dewa Susanoo  

berjumpa dengan sepasang suami istri yang tengah menangis tersedu-sedu sampai-sampai dewa menjadi iba hati.

   Ketika ditanyakan apa penyebab kedua suami istri demikian berduka, katakanlah oleh pasangan itu kalau dahulu mereka memiliki delapan anak perempuan. Akan tetapi setiap tahunnya  Yamato no Orochi selalu berkunjung dan menyantap tujuh anak pasangan itu.

    Ini adalah tahun ke delapan, dan Yamato akan berkunjung lagi, kemudian menyantap anak perempuan terakhir.Dewa Susanoo membuat kesepakatan dengan pasangan suami istri itu, bahwa dia akan menolong mereka, dengan membunuh Yamato no Orochi, asalkan anak perempuan itu akan menjadi istrinya.

   Ketika hari persembahan tiba, Dewa Susanoo mengubah anak perempuan itu menjadi sisir dan meminta pasangan suami istri itu menyiapkan hidangan persembahan berupa delapan kolam berisi sake yang dimantrai Susanoo. 

   Yamato no Orochi sangat senang dengan persembahan yang diberikan pasangan itu, lalu dia minum hingga mabuk dan tertidur pulas. Susanoo mencabut pedangnya dan memotong putus delapan kepala Yamato no Orochi itu dan mati.

******

"Inti dari kisah ini adalah, 

   Klan Macan Putih kami telah menyiapkan skenario serupa untuk membunuh Yamato no Orochi di Bukit Sihl.

Kami bahkan telah mempelajari dan meneliti banyak buku serta salinan-salinan kuno.

Kami lantas mencoba me-reka ulang ramuan apa yang terkandung di dalam alkohol yang membuat leluhur makhluk Bijuu ekor delapan itu tewas" kata Appoloin.

"Lalu Klan Macan Putih sampai pada satu kesimpulan. Minuman yang diberikan kepada Yamato di masa silam adalah minuman Anggur  beralkohol yang dicampur dengan ekstrak opium" kata Appoloin serius.

"Lalu? mengapa Klan Macan Putih anda belum juga menyerang Tuan Yamato itu?" tanya Sima Yong.

   Appoloin menghela nafas dalam-dalam. Katanya.. 

"Tuan Yong sungguh tidak tahu sama sekali. Di realm ini Klan Macan Putih kami adalah satu-satunya Klan yang berani untuk tidak beraliansi dengan kelompok bijuu.

   Dengan tidak menyetujui aliansi itu, maka Klan Macan Putih secara tidak langsung adalah musuh dari kelompok Bijuu" kata Appoloin. Lanjutnya..

"Ketika kami akan pergi ke Bukit Sihl, bukankah kami harus berurusan dengan Tuan Kota Perdamaian? Dia adalah Venula Bijuu Kaku yang memiliki tujuh ekor.

   Belum lagi Nekomata nenek tua Nio-nio ke dua yang menjadi penguasa di Arena Kota Perdamaian. Dan terakhir kami harus memiliki kemampuan untuk menyingkirkan Nyonya ke lima, Penguasa Hutan Bisikan Mimpi yang pandai membuat ilusi.." 

"Kami hanya akan menyerahkan diri untuk menjadi bulan-bulanan bullian Tuan Kota atau Nekomata dan lainnya sebelum berhasil menembus ke Bukit Sihl" kata Appoloin sedih. Keduanya kini terdiam. 

   Selang beberapa saat kemudian, Appoloin menawarkan resep ramuan alkohol yang berhasil mereka kembangkan, sesuai dengan catatan kuno ketika Dewa Susanoo membunuh Yamato no Orochi ketika itu.

"Aku yakin resep alkohol ini akan lebih bermanfaat bagi Tuan muda ketimbang klan kami.

   Aku juga yakin kalau tuan muda akan berhasil melewati Kota Perdamaian, maupun arena Kota Perdamaian dan Hutan Bisikan Mimpi" 

   Appoloin lalu memberi satu slip giok yang berisi resep ramuan alkohol untuk menjerat Bijuu ekor delapan itu. Sima Yong lantas membuat janji dengan Appoloin, kalau besok mereka akan bertemu dengan alkemis Gi Nom, untuk melatih alkemis itu teknik menyuling Bambu petir.

   Sebagai gantinya, Sima Yong dapat menggunakan laboratorium istana tempat Alkemis Gi Nom bekerja, untuk meracik alkohol yang rencana nya akan dipakai memperdaya Tuan Yamato, Bijuu berwujud ular besar itu. 

***

   Malam hampir berlalu, sebentar lagi fajar akan keluar dengan warna seperti buah prem, yang indah dan membawa perasaan hangat. 

   Sesosok tubuh berkelebat memasuki hutan di arah selatan, sebuah hutan besar yang banyak ditumbuhi Pohon Willow tua. Berbatasan dengan hutan luas itu, adalah Kota Perdamaian yang merupakan kota terbesar dan paling banyak menyembunyikan ahli-ahli ternama dari Realm Magical Beast ini.

   Sosok itu mencari tempat agak lapang serta sepi dan jauh dari pendengar orang-orang di Kota Biramaki. Dengan menggunakan sebuah ranting kayu yang diambil dari tanah, sosok berjubah kelabu itu lenyap di dalam gulungan angin taufan. Suara deru badai mengerikan terdengar ketika sosok itu melakukan dua belas serangan pedang.

   Bayangan itu bukan lain adalah jago kita Sima Yong. Dia berlatih teknik tombak yang diubahnya menjadi teknik pedang menggunakan elemen angin. Elemen angin yang dimiliki oleh Sima Yong adalah tipe perusak luar biasa, yaitu angin taufan.

   Ia merasa kurang puas ketika tadi melatih teknik ini dihadapan Appoloin. Menurut pertimbangannya, serangan yang mengandung chakra angin taufan akan lebih berbahaya dan mematikan dibanding teknik angin puyuh awal ajaran Appoloin tadi.

"Dengan menggunakan cakra angin puyuh ini, bukan saja aku dapat mematikan lawan dalam sekali tebasan, aku bahkan dapat membunuh seseorang dari jarak satu lie" batin Sima Yong senang.

   Kenyataannya meskipun hanya terdiri dari dua belas gerakan teknis, akan tetapi di dalam masing-masing gerakan itu memiliki perubahan yang amat dalam. Hanya ahli-ahli pedang dengan pemahaman Niat Pedang saja yang mampu membuat teknik ini menjadi lebih berkembang di dalam gerakan perubahan per masing-masing teknik.

   Sima Yong berdiri diam ketika ia telah menyelesaikan gerakan Dua Belas Serangan Pedang Angin Taufan (ia mengubah nama angin puyuh menjadi angin taufan).

   Tiba-tiba suara anak muda itu terdengar memecah keheningan Hutan Willow..

"Bukankah kalian telah sejak lama hadir? mengapa hanya diam dan tidak menyerangku? Padahal sejak tadi aku telah ingin mempraktekkan teknik pedang yang baru aku latih ini" suara Sima Yong terdengar dingin.

   Angin pagi bertiup lembut, fajar telah nampak di langit timur, Sima Yong menunggu hingga sepuluh tarikan nafas dan tidak ada jawaban atas sapaannya.

"Baiklah karena kalian malu-malu untuk menampakkan diri, jangan salahkan tuan kecil ini jika aku memberi sedikit pelajaran"

   Ranting kayu itu diangkatnya, lalu dalam gerakan sederhana seperti tanpa mengandung tenaga, anak muda itu menggores udara dengan ranting pohon itu. Sreet !

   Dunia bergetar, angin taufan terbangun dari tidurnya, batang Pohon Willow bergoyang seperti penari berpinggang ramping, seakan ingin patah karena tekanan angin taufan.

'Keluar !'

   Satu berkas angin pedang berlari seperti komet menghantam pepohonan Willow di hutan itu. Lebih dari sepuluh Pohon Willow di hutan itu rubuh dengan batang terlihat rata serupa mentega diiris pisau. Teriakan kesakitan terdengar dari ranting-ranting Willow patah itu.

   Dua puluh orang berusaha berdiri dengan wajah pucat pasi, keluar dari semak pohon willow yang rubuh, memasang kuda-kuda tempur. Mereka sesungguhnya telah ketakutan melihat keahlian anak muda yang sejak tadi mereka kuntit.

Maksud hati ingin mencelakai si anak muda, akan tetapi kenyataan di depan mata, target mereka ini memiliki kepandaian layaknya dewa-dewa saja. 

   Dia hanya melakukan gerakan pedang menggunakan satu ranting kayu keropos, namun efeknya seperti seorang ahli menggunakan artefak langka. Tidak ada jalan lain, selain mencoba peruntungan. Lebih baik menyerang sebelum diserang terlebih dahulu.

"Bunuh !" teriak satu praktisi 

   Serempak dua puluh gerakan pedang berbahaya mengarah dan mengancam si anak muda. Suara mencicit pedang yang dialiri energi Qi ahli SAINT terkunci ke dada anak muda itu.

   Bibir si anak muda tersenyum tipis. Dia lalu berputar dalam gerakan kedua dari Serangan Pedang Angin Taufan. Tidak ada suara, tidak terdengar lolongan, ketika energi angin yang tajam dan sangat cepat mengiris nadi leher dua puluh ahli SAINT itu.

   Dua puluh orang itu terjatuh ke tanah dengan suara berdebum keras. Keadaan menjadi sepi ketika si anak muda melirik batang leher mayat-mayat itu.

"Bahkan darah tidak keluar dari irisan angin taufan ini" batin si anak muda. 

   Angin bertiup mulai kencang, namun di anak muda belum ja beranjak dari Huta Willow Selatan. Apakah yang dia tunggu?

Bersambung

   Dear pembaca, mohon untuk dukungan memberi like dan auto favorit novel ini agak membuat author meneruskan berkarya dengan novel lanjutan KDPU ini. Terima kasih <3

Terpopuler

Comments

Iron Mustapa

Iron Mustapa

lanjut

2023-10-20

1

Arman Putra Anggara

Arman Putra Anggara

mantap thorrrr

2023-05-07

0

Mbah Wiro

Mbah Wiro

mantuulll thooor👍👍👍

2023-05-06

0

lihat semua
Episodes
1 Awal Cerita
2 Cakra Api Surgawi Hitam
3 Menuju Kota Perdamaian
4 Rongon Sang Raja
5 Sebuah Kapal Roh yang Menipu
6 Kematian Kaishu
7 Aira sang Peluda
8 Seorang Grand Magus
9 Kemarahan Rongon
10 Kota Biramaki
11 Auman Macan Putih
12 Jamuan Makan Malam
13 Kanon Empat Musim
14 Enam Telapak Vajra
15 Rencana Melawan Tuan Yamato
16 Rencana Appoloin
17 Antara Tuan Songshu dan Venulla
18 Raja Rongon dan Tuan Kota Songshu
19 Salinan Teknik Chakra Bumi
20 Mengekstrak Anggur Opium
21 Di Tengah Gurun Walapra
22 Malam Yang Panjang Di Gurun Walapra
23 Senandung Musim Dingin di Fairy Cliff
24 Empat Klan Mata Angin Dunia
25 Empat Klan Mata Angin Dunia ii
26 Empat Klan Mata Angin Dunia iii
27 DI Gerbang Timur (i)
28 Di Gerbang Timur (ii)
29 Villa Bunga Meihua di waktu malam
30 Pertempuran Pagi Hari di Kota Perdamaian
31 Murong Genjin
32 Kuil Pemujaan Kotengu
33 Di Hutan Motozawa
34 Aula Seni Pavilliun Keindahan Cahaya Malam
35 Malam di Pemakaman Purba
36 Reruntuhan Kuno
37 Perburuan di mulai
38 Patung Yang Berbicara
39 Sebuah Salinan Di atas Kulit Lusuh
40 Kecemburuan Lebiro Mao
41 Di balik Lukisan itu
42 Sembilan Langkah Pedang Tanpa Tanding
43 Sembilan Langkah Pedang Tanpa Tanding (ii)
44 Telah di Mulai
45 Perang di Mulai
46 Perang Dimulai (ii)
47 Perang di mulai (iii)
48 Gajah suci Airavata dan Burung Phoenix
49 Last Battle (i)
50 Last Battle (ii)
51 Happy New Year 2023
52 Last Battled (ii)
53 Last Battled (iii)
54 Last Battled (iv)
55 Last Battled (v)
56 Last Battled (vi)
57 Last Battled (vii)
58 Di sisi Hutan Motozawa
59 Di sisi Hutan Motozawa (ii)
60 Informasi Berharga
61 Arena Kota (i)
62 Arena Kota (ii)
63 Hutan Bisikan Mimpi
64 Delapan Lambaian Meihua
65 Jubah Bersulam Bangau Terbang ke Nirwana
66 Kembali Ke Dunia merah
67 Tiga Alam (Three Realm)
68 Bangkitnya Sekte Pedang Terbang
69 Mantan Pembunuh Bayaran Beraksi Kembali
70 Mantan Pembunuh Bayaran Beraksi Kembali (ii)
71 Negeri Menhua (i)
72 Negri Menhua (ii)
73 Restoran Kubah Negeri Selatan
74 Di Ladang Gandum Desa Palancar
75 Sekte Mandasor
76 Informasi 4 Penatua
77 Informasi 4 Penatua (ii)
78 Acara Lelang Akbar
79 Salinan Pembawa Nada Keinginan Hati
80 Perebutan Salinan Lelang Nomor Satu
81 Nyonya Maya dan Keahliannya
82 Fenomena Sang Immortal
83 Istana Pulau Es Yang Menyedihkan
84 Pedang Sihir Es (i)
85 Pedang Sihir Es (ii)
86 Pedang Sihir Es (iii)
87 Nyonya Hong yang Terkejut
88 Awal Mulanya (i)
89 Awal Mulanya (ii)
90 Akademi Dunia Tengah
91 Sekte Pedang Terbang Tiada Tanding
92 Hujan Di Gurun Terkutuk
93 Hujan Di Gurun Terkutuk (ii)
94 Hujan di Gurun Terkutuk (iii)
95 Hujan di Gurun Terkutuk (iv)
96 Perang Tak Telupakan
97 Perang Tak Telupakan (ii)
98 Perang Tak Terlupakan (iii)
99 Perang Tak Terlupakan (iv)
100 Dua Benua Yang Menyatu
101 Pengumuman
102 Pedang Matahari Mengamuk
103 Sang Pembawa Pedang
104 Pedang Bintang
105 Prolog Pedang Matahari dan Rembulan
106 Benua Penyaringan Silver
Episodes

Updated 106 Episodes

1
Awal Cerita
2
Cakra Api Surgawi Hitam
3
Menuju Kota Perdamaian
4
Rongon Sang Raja
5
Sebuah Kapal Roh yang Menipu
6
Kematian Kaishu
7
Aira sang Peluda
8
Seorang Grand Magus
9
Kemarahan Rongon
10
Kota Biramaki
11
Auman Macan Putih
12
Jamuan Makan Malam
13
Kanon Empat Musim
14
Enam Telapak Vajra
15
Rencana Melawan Tuan Yamato
16
Rencana Appoloin
17
Antara Tuan Songshu dan Venulla
18
Raja Rongon dan Tuan Kota Songshu
19
Salinan Teknik Chakra Bumi
20
Mengekstrak Anggur Opium
21
Di Tengah Gurun Walapra
22
Malam Yang Panjang Di Gurun Walapra
23
Senandung Musim Dingin di Fairy Cliff
24
Empat Klan Mata Angin Dunia
25
Empat Klan Mata Angin Dunia ii
26
Empat Klan Mata Angin Dunia iii
27
DI Gerbang Timur (i)
28
Di Gerbang Timur (ii)
29
Villa Bunga Meihua di waktu malam
30
Pertempuran Pagi Hari di Kota Perdamaian
31
Murong Genjin
32
Kuil Pemujaan Kotengu
33
Di Hutan Motozawa
34
Aula Seni Pavilliun Keindahan Cahaya Malam
35
Malam di Pemakaman Purba
36
Reruntuhan Kuno
37
Perburuan di mulai
38
Patung Yang Berbicara
39
Sebuah Salinan Di atas Kulit Lusuh
40
Kecemburuan Lebiro Mao
41
Di balik Lukisan itu
42
Sembilan Langkah Pedang Tanpa Tanding
43
Sembilan Langkah Pedang Tanpa Tanding (ii)
44
Telah di Mulai
45
Perang di Mulai
46
Perang Dimulai (ii)
47
Perang di mulai (iii)
48
Gajah suci Airavata dan Burung Phoenix
49
Last Battle (i)
50
Last Battle (ii)
51
Happy New Year 2023
52
Last Battled (ii)
53
Last Battled (iii)
54
Last Battled (iv)
55
Last Battled (v)
56
Last Battled (vi)
57
Last Battled (vii)
58
Di sisi Hutan Motozawa
59
Di sisi Hutan Motozawa (ii)
60
Informasi Berharga
61
Arena Kota (i)
62
Arena Kota (ii)
63
Hutan Bisikan Mimpi
64
Delapan Lambaian Meihua
65
Jubah Bersulam Bangau Terbang ke Nirwana
66
Kembali Ke Dunia merah
67
Tiga Alam (Three Realm)
68
Bangkitnya Sekte Pedang Terbang
69
Mantan Pembunuh Bayaran Beraksi Kembali
70
Mantan Pembunuh Bayaran Beraksi Kembali (ii)
71
Negeri Menhua (i)
72
Negri Menhua (ii)
73
Restoran Kubah Negeri Selatan
74
Di Ladang Gandum Desa Palancar
75
Sekte Mandasor
76
Informasi 4 Penatua
77
Informasi 4 Penatua (ii)
78
Acara Lelang Akbar
79
Salinan Pembawa Nada Keinginan Hati
80
Perebutan Salinan Lelang Nomor Satu
81
Nyonya Maya dan Keahliannya
82
Fenomena Sang Immortal
83
Istana Pulau Es Yang Menyedihkan
84
Pedang Sihir Es (i)
85
Pedang Sihir Es (ii)
86
Pedang Sihir Es (iii)
87
Nyonya Hong yang Terkejut
88
Awal Mulanya (i)
89
Awal Mulanya (ii)
90
Akademi Dunia Tengah
91
Sekte Pedang Terbang Tiada Tanding
92
Hujan Di Gurun Terkutuk
93
Hujan Di Gurun Terkutuk (ii)
94
Hujan di Gurun Terkutuk (iii)
95
Hujan di Gurun Terkutuk (iv)
96
Perang Tak Telupakan
97
Perang Tak Telupakan (ii)
98
Perang Tak Terlupakan (iii)
99
Perang Tak Terlupakan (iv)
100
Dua Benua Yang Menyatu
101
Pengumuman
102
Pedang Matahari Mengamuk
103
Sang Pembawa Pedang
104
Pedang Bintang
105
Prolog Pedang Matahari dan Rembulan
106
Benua Penyaringan Silver

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!