Hutan Mistis di Realm Magical Beast masih juga dalam keadaan gelap. Aliran sungai yang memanjang berkelok-kelok membelah dunia itu dari sisi utara hingga ke selatan, terlihat seperti ular raksasa yang selalu meliuk dengan kilatan sisik yang sesungguhnya merupakan percikan air di sepanjang sungai.
Saat itu di langit perbatasan wilayah kekuasaan Klan Ular, tampak satu sosok mahluk berkepala rajawali berbadan singa dengan sayap elang terbang cepat meninggalkan wilayah tersebut. Demikian cepat seperti meteor saja penerbangan yang dilakukan makhluk ajaib itu.
Meski baru sekejap mata makhluk yang dikenal dengan sebutan Griffin itu berlalu, tak lama kemudian satu sosok lainnya berwujud pria besar di dalam balutan baju zirah perang, mengejar sang Griffin, sambil tangannya mengayun-ayunkan tombak berkepala gada berduri-duri.
"Mau lari kemana kamu hai Griffin dan peri kecil.
Ajal kalian berdua telah dekat setelah kematian manusia berpakaian abu-abu tadi" suara sosok yang mengejar Griffin dan peri itu terdengar menyeramkan dari arah belakang.
Fajar baru saja muncul, mengawali matahari yang nantinya menyusul dia menerangi dunia. Griffin yang terbang cepat itu berteriak sangat keras guna memperingatkan peri di punggungnya berpegangan erat.
"Genggam bulu-bulu punggungku. Aku akan menggunakan seluruh kekuatan ku untuk lebih cepat lagi !"
Wush..!
Sang Griffin seketika melonjak seperti suatu gerakan teleportasi. Dia tahu-tahu telah muncul setengah lie di depan sana. Hal itu membuat pengejarnya, pria berzirah perang dan tombak kepala gada itu menjadi murka.
"Kalian berdua memang menginginkan kematian yang cepat. Maka jadilah sesuai keinginanmu"
"Api sihir !"
Sosok berzirah yang rupanya adalah Aira langsung membuka mulut, dan api besar meluap keluar seperti air bah.
"Celaka, dia mengeluarkan api sihirnya" teriak Mismaya putus asa.
Peri kecil itu melirik kebelakang dan melihat api merah kekuningan itu dengan cepat merayap, kini tersisa belasan tombak dari ekor terjauh sang Griffin.
"Cepat Tuan Griffin. Kita akan mati dibakar api sihir itu" tangis Mismaya pilu.
"Diam ! kau berteriak-teriak dan membuatku kehilangan konsentrasi, maki sang Griffin. Griffin itu pada dasarnya juga ketakutan dengan Aira. Namun dia merasa lolongan Mismaya amat mengganggu konsentrasinya dalam melarikan diri.
"Tamat sudah riwayat kita !" lolongan Mismaya terdengar tak memerdulikan amarah Griffin. Saat itu Mismaya melihat api akan menelan mereka berdua, kira-kira hanya beberapa dua tombak dari belakang. Uap panas mulai terasa membakar tubuhnya. Griffin itu hanya membalas dengan suara lirih pertanda pasrah.
Namun keajaiban terjadi saat itu juga. Dengan satu suara pelan yang nyaris tak terdengar, suara dentingan 'Ting !' pertanda waktu berhenti berputar terdengar.
Aira menjadi kagat dan lebih kaget lagi. Terperanjat lebih tepatnya, ketika dia melihat kobaran api yang keluar dari mulutnya terhenti, tidak bergerak sama sekali. Mata Aira menyala. Dia menyaksikan dari arah atas, melayang pelan-pelan dalam gerakan yang agung, anak muda berjubah kelabu itu.
"B-bagaimana mungkin ! Mustahil ! Dia menghentikan waktu" Aira mulai dilanda rasa panik.
Aira sang Peluda melihat di tangan kiri anak muda itu sebuah benda bernyala-nyala, bulat serupa bola mata yang dicungkil, kini berwarna merah seperti akan meluapkan energi darah. Tangan kanan si anak muda memegang tinggi sebuah tongkat pendek yang tampak indah dikelilingi batu-batu permata sihir. Aira meronta ingin pergi. Namun dia tak kuasa. Dirinya terperangkap di dalam suatu ruang spasial yang menghentikan waktu.
Ketika bola mata Peluda itu berputar-putar seperti ingin berkata-kata, anak muda itu menyungging senyuman di bibir tipisnya.
"Kau kaget? Bagaimana aku dapat menghindari api sihirmu?" tanya si anak muda.
Dengan suara yang terdengar riang di selingi gelak tawa, anak muda itu mencibir.
"Kau begitu lugu dan innocent. Tidak tahukah kamu kalau aku adalah seorang Grand Master dalam bidang sihir? Aku adalah pemenang Perang Suci antar penyihir yang disebut Grand Magus di benua letaknya yang jauh dari sini.
Semua teknik sihir pengendali api kau itu hanya sebuah lelucon di mataku" suara anak muda itu dari lembut kini terdengar menyeramkan di telinga Aira.
"T-tidak.. maafkan aku.." teriak Aira di dalam hati. Namun Aira harus menelan sendiri kata-kata nya. Tidak terdengar satu patah kata pun yang keluar dari bibir kelu nya. Sementara itu nada suara si anak muda semakin menyeramkan ketika dia berbicara.
"Benda ini adalah satu artefak kuno yang aku dapati di belahan dunia sihir di benua jauh sana. Mata Sang Ratu adalah nama artefak ini. Kau adalah ras ular pertama yang akan mencicipi artefak kuno milikku ini" suara tawa anak muda itu terdengar semakin menyeramkan. Aira hanya berdoa di dalam hati, meminta ampun dosa-dosanya selama di dunia.
Ketika itu matahari pagi telah muncul sebagian, sehingga warna terang kekuningan seharusnya telah banjir di langit perbatasan wilayah Klan ular. Namun nuansa muram berwarna merah terang bercampur merah darah seketika meluap dari benda di tangan anak muda itu.
Seperti darah yang mengalir di suatu sungai besar, cahaya merah memblokade sinar hangat matahari dan mengubah suasana menjadi muram, semuram jeritan pedih Aira di dalam hati. Aira menangis ketika melihat sosoknya pelan-pelan menjadi kisut, dengan semua energi hilang di serap warna merah darah itu.
Tiga kedipan mata selanjutnya, sosok Aira berubah menjadi abu. Selepas kematian Aira, secepat itu juga angin selatan bertiup lekas, membawa pergi sisa-sisa debu sosok Aira yang kini tidak meninggalkan bekas sama sekali. Suasana langsung menjadi hening. Warna kutukan merah darah itu menghilang ketika si anak muda menyimpan kembali Artefak Mata Sang Ratu.
Walaupun demikian, meski jejak darah kutukan yang suram itu telah berlalu, keadaan langit dan hutan perbatasan itu menjadi lebih sepi lagi. Aura membunuh penuh kutukan tadi betul-betul membuat semua makhluk hidup pergi menjauh, dan tak ingin berdekatan dengan sumber yang membawa warna pembunuhan tadi.
Sima Yong kemudian menyimpan Artefak Tongkat Pendek Penembus Ruang dan Waktu. Ketika tadi dia menghentikan efek ruang dan waktu, otomatis Griffin dan Mismaya kembali bergerak, dan terbang menjauh sambil berteriak-teriak.
"Kita akan mati ! kita akan mati !" tangis Mismaya.
"Diam kau pembuat keributan. Kita akan benar-benar mati jika kau tidak menghentikan teriakanmu, dan mengganggu konsentrasi penerbanganku" suara kutukan sang Griffin.
Keduanya terdiam ketika satu suara yang diteriakkan menggunakan Qi terdengar demikian keras, menindas suara panik mereka berdua.
"Kalian berdua, makhluk peri dan griffin itu. Mengapa kalian terbang menjauh dariku? lihatlah kemari.. aku Tuan mudamu, Sima Yong..."
Mismaya memberanikan diri berpaling ke belakang. Jantung nya terasa terhenti. Itu benar-benar sosok tuan mudanya. Suaranya menjadi bergetar dipenuhi rasa haru, ketika memanggil nama Sima Yong..
"Tuan muda ! Anda masih hidup?"
"Demi dewa semua, demi kura-kura hitam.. aku bersyukur tuan muda ini masih hidup" terdengar suara Mismaya gembira.
Griffin itu masih tidak percaya dan tetap dalam kecepatan terbangnya. Tahu-tahu dia merasa kepalanya di pentung. Mismaya melempar satu benda dan berkata,
"Berhenti bodoh ! itu benar-benar tuan muda aku"
Bersambung
Dear pembaca, mohon untuk dukungan memberi like dan auto favorit novel ini agak membuat author meneruskan berkarya dengan novel lanjutan KDPU ini. Terima kasih <3
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 106 Episodes
Comments
Iron Mustapa
🤣🤣🤣😂😂😂
2023-10-19
1
Mbah Wiro
hhhh mismaya&grifiin cocok jadi Punokawan 🤣🤣🤣👍👍👍
2023-05-06
0
༄⍟Mᷤbᷡah_Atta࿐
Artefak Mata Sang Ratu 👏👏👏😁😁😁
2023-04-15
0