Obydas, Praktisi keturunan Stimfalia itu menatap nanar ketika ratusan api hitam menyambar ratusan pasukan Stimfalia di udara, seperti sapuan kuas di satu kanvas. Obydas hanya dapat mendengar jerit tertahan dari ratusan Stimfalia itu, sebelum memudar menjadi debu, ketika Api Surgawi bernama Api Hitam Pembakar Jiwa ******* mereka.
"Terkutuk !" maki Obydas yang langsung meluapkan energi Qi ke dalam telapak tangannya, lalu berkelebat melompat ke s anak muda dalam tindakan untuk mati bersama. Ia berniat meledakkan bom kotoran Stimfalia bersama ratusan bulu Stimfalia baja yang menjadi semacam piauw atau senjata rahasia.
"Mati !" caci Obydas ketika ribuan bulu Stimfalia itu beterbangan dengan ujung-ujung yang runcing, siap-siap menembusi tubuh si jubah kelabu.
Namun Obydas setelah Obydas merasa yakin seratus persen kalau dia akan membunuh pria itu dalam gerakan bunuh diri, tiba-tiba dia merasa terganggu dengan suara mengejek yang terdengar dari dengusan lawannya itu.
Obydas tak dapat berkata-kata lebih lanjut ketika dia melihat di tangan pria berpakaian kelabu itu, satu cambuk besar berpijar-pijar seperti nyala api, namun api ini berwarna hitam kelam. Tak ada warna lain selain sedikit pulasan warna putih di ujung cambuk api hitam itu, yang kini seperti kepala ular tampak ganas menerkam Obydas.
"Lancang !" maki Obydas ketika melihat ujung cambuk api berwarna putih itu seperti akan menelan dirinya. Dia melempar sekantong penuh bom kotoran Stimfalia serta menggores senjata baja tajam berbentuk seperti bulu burung yang panjang.
Obydas menangis pilu ketika tanpa mengenal takut, kepala cambuk api berwarna putih itu mengalir deras dan memenggal tangannya yang lantas berubah menjadi abu. Adapun bomo kotoran burung serta bulu burung setajam pedang itu lenyap dalam kehampaan, ketika ditelan Api Surgawi Hitam
"Apakah ini?" Obydas seketika menjadi panik menatap tangan kanannya yang kini kuntung dengan rasa sakit tidak terkira. Sayap Obydas dengan cepat di kepakkan, membuat badai angin yang sangat kuat mengangkat tubuhnya lebih tinggi lagi, siap-siap melarikan diri.
Suara ejekan berikutnya terdengar dari arah tanah, ketika Obydas mencuri-curi lihat kalau si jubah kelabu mengibaskan tangan kirinya. "Lightning " kata pria jubah kelabu.
"Tamat riwayatku" tangis Obydas, ketika dia melihat urat-urat petir dan kilat menyambar keluar dari tangan kiri pria itu.
Blam !
Keberadaan Obydas seketika berubah menjadi hujan debu, lenyap tak berbekas ketika cakra petir yang dilepaskan si anak muda melalap dirinya tidak tersisa. Bahkan di dalam mimpi sekalipun Obydas tidak akan pernah bermimpi bahwa kematiannya akan terjadi hari ini, hari dimana dia dengan arogan menantang seorang pria muda yang dalam waktu belakangan ini sedang harum namanya setelah menewaskan dua makhluk mitology keturunan dewa petir.
Semua penduduk di Kota Terminus terdiam dan kelu. Obydas dan pasukan Stimfalia ini telah sekian lama menjadi momok mengerikan bagi semua ras keturunan avianse seperti mereka. Obydas dan kelompoknya ini bahkan selalu meminta upeti dari Tuan Kota Terminus, sehingga rakyat dan penghuni kota ikut-ikutan terbebani untuk membayar upeti kepada Obydas dan kelompoknya.
Seketika nama Sima Yong si anak muda menjadi buah bibir di Kota Terminus. Banyak yang kemudian mengelu-elukan anak muda itu dan berniat menjamu dia demi membina hubungan agar masa depan serta keamanan hidup mereka akan lebih terjamin di Realm yang keras kehidupannya.
Namun Alkemis Alrin yang sejak awal-awal memang telah bertekad untuk membina persahabatan yang mendalam dengan Sima Yong, buru-buru mengajak si anak muda untuk kembali kedalam Toko Arros miliknya.
Alkemis Alrin yang terlihat baik-baik saja setelah mengkonsumsi pil penyembuhannya berkata kepada Sima Yong.
"Tuan muda, anda telah menyelamatkan jiwa tua ku ini dari ancaman pembunuhan Obydas tadi.
Orang tua ini akan merasa sangat bersalah, jika tidak membalas budi baik anda dengan menjamu mu selama tuan berada di Kota Terminus ini.
Ijinkan aku menawarkan Tuan muda dan peri kecil ini untuk menginap dan menikmati jamuan dari kami, ras keturunan Amardyl, selama anda masih di Kota Terminus ini.
Sima Yong melihat tidak ada salahnya menerima kebaikan dari Alkemis Alrin, lantas bersedia untuk tinggal di paviliun Alkemis Alrin yang ternyata berada di bagian belakang Toko Arros.
Pemandangan dari kamar milik nya, di atas tebing tinggi Kota Terminus itu, membuat Sima Yong dapat menatap langsung hamparan awan yang terlihat seperti permadani putih, mengelilingi Kota Terminus.
Sebenarnya, ketika Sima Yong berada di dalam Laboratorium yang ia sewa dari Alkemis Alrin, dia tersentak ketika menyadari bahwa dirinya memiliki satu api surgawi yang berwarna hitam itu. Bahkan Api Hitam Pembakar jiwa ini adalah api surgawi yang berada pada peringkat dua dari total lima api surgawi di dunia ini.
Teknik Cakra adalah penguasaan Elemen dunia, yang penggunaannya tidak berbeda jauh dengan teknik sihir yang dikuasai para elementalist. Jika pada teknik sihir, mengendalikan satu unsur atau elemen, lebih banyak harus didasarkan pada sifat bawaan seorang penyihir atau magus, di dalam teknik cakra adalah penggunaan energi hawa murni lebih dimanfaatkan untuk memanipulasi dan menguasai satu unsur dunia.
Energi sihir atau kemampuan sihir yang paling kuat adalah elemen api, hanya kalah setingkat dibanding kemampuan sihir berbahan dasar hitam. Keberadaan energi hitam ini telah lama pudar dari Benua Silver, sehingga Sima Yong langsung tahu kalau Api Hitam Pembakar jiwanya adalah tiket perjalanannya untuk menguasai cakra api.
Dengan berhasilnya ia menyuling Sarung Tangan Gemuruh Pemecah Roh membuat Sima Yong memutar otaknya, untuk mengubah kemampuan penguasaan Api Hitam Surgawi dan mengubah teknik itu menjadi cakra api.
Itulah sebabnya Sima Yong menambah waktu sewa laboratorium Toko Alkimia Arros, demia mengolah Api Hitam itu menjadi cakra api, dengan memanfaatkan Sarung tangan Gemuruh Pemecah Roh sebagai katalisator cakra api nya.
Hati nya menjadi amat senang, ketika pada akhirnya dia dapat memanipulasi Api Hitam Pembakar Jiwa menjadi satu cakra api yang sangat mengerikan melengkapi cakra petir dan kilat yang telah menjadi kemampuan dasar sarung tangan itu.
"Stimfalia serta kawanannya menjadi bahan uji coba cakra api hitam dan cakra petir, tanpa perlu merasa bersalah dengan Tuan Alrin, ketika wayang orang-orangannya rusak" batin Sima Yong sambil terbang di atas satu mahluk terbang bernama Griffin.
Pada saat mengucapkan kata-kata perpisahan dengan Alkemis Alrin, setelah menginap sehari di Paviliun Arros, Tuan Alrin meminjamkan Sima Yong dan Mismaya untuk menggunakan Griffin untuk melengkapi perjalanan mereka menuju Kota Perdamaian.
Griffin adalah mahluk mitologi yang memiliki sayap seekor elang, kaki singa dan kepala rajawali. Konon mahluk ini adalah keturunan makhluk penjaga Dewa Matahari Apollo.
Meskipun tidak secepat daya terbang Vermillion yang ia bawa dari Benua Penyaringan Dewa, namun Griffin ini menunjukkan kelasnya sebagai makhluk mitology kepunyaan dewa matahari. Griffin itu terbang dengan cepat, sehingga mempermudah mereka berdua dalam perjalanan ini, mengingat Mismaya adalah peri biasa dengan energi terbatas, bukan seorang praktisi bela diri dengan energi Qi tak terbatas.
"Aku akan mampir setelah menyelesaikan misi ku, dan akan mengembalikan Griffin ini kepada anda" kata Sima Yong kepada Alkemis Alrin, ketika mereka berpisah di tepi jurang Kota Terminus.
Bersambung
Dear pembaca, mohon untuk dukungan memberi like dan auto favorit novel ini agak membuat author meneruskan berkarya dengan novel lanjutan KDPU ini. Terima kasih <3
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 106 Episodes
Comments
DediKarismatikCharlieWade84
KOTA TERMINUS Atau Lebih Tepat Nya KOTA TERMINATOR 🤭🤭
2025-01-16
0
PngkritikKerasAuthor
kamvrett lah udah kayak film India aja, udah mati, udah mampos semua orang baru muncul MC nya, jadi Berasa terlihat Pecundang daripada MC./Facepalm/
2024-02-06
1
ef malaya
terus lanjut
2024-01-29
0