MENIKAH KARENA HUTANG

MENIKAH KARENA HUTANG

Part 1

"Sapri cepat kau lunasi hutang-hutang mu saat ini juga! " kata Maura sambil membentak Sapri.

"Tapi nyonya kami belum ada uang" jawab Sapri sambil menunduk ketakutan.

"Waktu kamu meminjam janjinya hanya sebentar dan setelah panen kamu akan membayar nya" kata Maura dengan suara yang melengking menembus ke langit ke tujuh.

"Tapi kami gagal panen, sebab padi di sawah kami terendam banjir" jawab Sarpi dengan di penuhi ketakutan.

"Mau rugi mau gagal panen itu bukan urusan saya, dan yang saya mau kamu bayar sekarang! " kata Maura dengan raut wajah sangat nya, seolah ingin menelan Sapri. Marni istri Pak sapri tidak bisa berkata apapun, dia hanya diam dengan rasa takut yang ada.

"Maafkan kami Nyonya, janji akan membayar semuanya hutang-hutang nya tetapi kasih waktu " kata Sapri dengan nada bicara yang sedikit bergetar, dia takut dengan bodyguard yang bersama Maura. Sebab sudah terkenal galak dan menghancurkan apa saja yang ada di rumah jika mereka tidak mendapatkan yang di inginkan.

"Dari kemaren kalian hanya janji tetapi tidak ada bukti" bentak Maura lagi.

"Berikan kami waktu sedikit lagi Nyonya" kata Sapri Memohon terhadap Maura.

"Berapa banyak waktu lagi yang harus saya berikan, ini saja sudah cukup lama waktu yang di berikan untuk kalian" kata Maura.

"Mungkin sampai panen tahun depan" jawab Sapri sambil menunduk takut.

"Yang benar saja, apa kamu sanggup membayar beserta bunga nya sampai tahun dengan. Sekarang saja hutang kalian sudah mencapai lima puluh juta beserta bunga nya" kata Maura sambil duduk di salah satu kursi dan menyilang kan kaki, lalu mengambil rokok dari dalam tas nya dan menyala kan korek api dan mengudara kan asap-asap tembakau itu di hadapan Sapri.

"Kenapa bisa sebanyak itu, kan waktu pinjam uang hanya sedikit ?" tanya Sapri kaget, dengan jumlah uang yang harus di bayar nya padahal uang yang di pinjam tidak sebanyak itu.

"Itu beserta bunga nya tujuh puluh lima persen" jawab Maura, sambil menghisap tembakannya itu.

"Tapi kan nggak harus sebanyak itu bunga nya" kata Sapri.

"Saya tanya sekali lagi, kapan kalian akan melunasi nya? " tanya Maura lagi dengan suara yang tinggi, sehingga menjadikan marni terlonjak kaget mendengar nya.

"Kasih waktu satu minggu lagi Nyonya, kami akan berusaha untuk membayar nya" kata Sapri dengan penuh permohonan.

"Baiklah, lusa saya akan kembali ke sini dan kalian harus menepati nya. Tadi kalian minta waktu satu minggu dan saya kasih dua hari sebab sudah cukup itu juga, kalian mengulur waktu untuk membayar hutang-hutang kalian. Kalau lusa uang itu tidak ada maka jangan salahkan saya jika kalian harus pergi dari rumah ini dan sertifikat sawah saya ambil! " kata Maura dengan penuh penekanan.

"Baik Nyonya" jawab Sapri dengan gemetar, dia takut dengan orang-orang yang bersama Maura.

"Ok saya pegang janji kamu" jawab Maura sambil menunjuk wajah Sapri dengan jari telunjuk nya, lalu bangkit dari duduknya sambil melangkah dengan angkuh nya.

Marni dan Sapri yang menyaksikan itu hanya menunduk diam, dia masih berfikir bagaimana harus membayar semuanya dalam waktu dua hari ke depan. Sedangkan uang yang di butuhkan tidak sedikit. Apa mungkin Sapri harus berhutang lagi agar bisa melumasi hutang terhadap Maura

"Ayok, Baron, Joe kita pulang! " ajak Maura terhadap kedua bodyguard nya. Dan kedua orang tersebut mengangguk, langsung mengikuti langkah Maura dari belakang lalu membuka pintu kendaraan untuk sang majikan.

Setelah beberapa saat kendaraan yang di tumpangi Maura sudah tidak terlihat lagi, hal itu membuat Sapri dan Marni bisa bernafas lega untuk sesaat.

"Bah, bagaimana bisa kita mendapatkan uang sebanyak itu dalam waktu dua hari" kata Marni sambil menatap lekat wajah suaminya yang sudah tidak lagi muda, mereka hanya memiliki seorang anak laki-laki bernama Arkan. Dia baru saja duduk di bangku kuliah baru beberapa bulan yang lalu, dia juga belum bisa menghasilkan uang yang cukup untuk melunasi hutang kedua orang tuanya.

Dia sekarang bekerja serabutan, apapun di kerjakan nya asal dia lagi tidak ada jam kuliah.

Arkan seorang anak laki-laki yang cerdas dan cekatan, dia juga kuliah karena beasiswa yang di dapatnya kalau saja bukan karena kecerdasan nya mungkin dia tidak akan tahu rasanya berada di kampus.

"Nggak tahu Bu... apa kita gadaikan saja sawah agar bisa membayar hutang" kata Sapri, sebab tidak ada cara lain selain itu.

"Ibu nggak setuju jika harus menggadaikan sawah, hanya itu yang kita punya bagaimana kita makan kalau sawah itu tidak ada! " kata Marni, dia tidak setuju dengan ide suaminya, sebab hanya dari penghasilan sawah biaya hidup mereka jika itu tidak ada maka darimana penghasilan yang di dapat.

"Tidak ada cara lain lagi" kata Sapri.

"Pokoknya Ibu nggak setuju apapun alasannya" Kata Marni kekeh, dia tidak rela jika harta satu-satunya harus di gunakan untuk melunasi hutang.

Di saat suami istri itu berdebat soal solusi untuk melunasi utang yang mereka punya terhadap rentenir, terdengar suara sepeda motor berhenti di halaman rumahnya. Tidak lain itu putra semata wayang mereka baru pulang dari kampus, sudah pasti sebelum ke rumah dia bekerja terlebih dahulu.

Terlihat dengan jelas wajah lelah sang anak.

"Asalamualaikum Bah, Bu, aku pulang" kata Arkan yang baru saja menaruh kendaraan nya di halaman, lalu mendekat ke arah kedua orang tuanya yang sedang duduk di teras.

Sapri dan juga Marni berhenti membiarkan hutang piutang saat Arkan sudah ada di hadapan mereka.

"Sore amat pulang nya? " tanya Marni terhadap sang anak.

"Tadi siang aku sudah mau pulang pas di pertigaan ketemu sama kang Asep dia ngajakin untuk mengangkut sayuran dari sawah nya, katanya nggak bisa mobil harus di angkut pakai motor terlebih dahulu" kata Arkan.

"Kenapa nggak pulang dulu, pasti belum makan" kata sang Ibu sambil menatap lekat wajah sang anak yang terlihat lelah sekali.

"Sudah ko, Bu... tadi kang Asep yang belikan nasi " jawab Arkan.

"Ya sudah kalau begitu, kamu mandi dulu dan istirahat pasti lelah banget kan! " perintah sang Ibu terhadap anak semata wayang nya.

"Bu ini hasil aku kerja tadi nggak banyak tapi ini cukup untuk beli kebutuhan kita dua hari ke depan" kata Arkan sambil menyerah kan uang hasil kerjanya di hari ini, sebagai buruh pengangkut sayuran bagi Arkan tidak masalah yang penting halal.

"Nggak usah, kamu simpan saja siapa tahu kamu lebih membutuhkan nya saat berada di kampus. Ibu mah ada nggak usah di pikirin" dusta Marni, dia nggak mau membuat anak nya repot dan selalu memikirkan kebutuhan kedua orang tuanya.

"Nggak apa-apa Bu... aku masih ada ko, pegang saja" kata Arkan.

"Benar kamu masih ada? " tanya Marni lagi terhadap sang anak.

"Iya, Bu... ya sudah aku mandi dulu" kata Arkan sambil bangkit dari duduknya, lalu berjalan perlahan untuk segera masuk ke dalam rumah.

Terpopuler

Comments

🍾⃝ͩ sᷞuͧ ᴄᷠIͣ Hiatus🕊️⃝ᥴͨᏼᷛ

🍾⃝ͩ sᷞuͧ ᴄᷠIͣ Hiatus🕊️⃝ᥴͨᏼᷛ

kalau berurusan am rentenir maah pasti nyekek deeeh,,
mkny ushakan jgn am rentenir tp disini jg mu gmn lg emg udh jalan ny kali yaak,,,

2023-01-03

2

maulana ya_manna

maulana ya_manna

mampir thor

2022-12-27

1

Langitⁿʲᵘˢ⋆⃝🌈N⃟ʲᵃᵃ࿐

Langitⁿʲᵘˢ⋆⃝🌈N⃟ʲᵃᵃ࿐

mantap.. lanjut Thor 👍

2022-12-26

1

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!