"Ah? Tidak perlu, aku akan pulang dengan Yura...sampai jumpa, Ren," pamit Shinta kemudian berjalan meninggalkan Renzi yang berdiri di ambang pintu.
Ia perhatikan gadis itu yang berjalan keluar pintu sambil menarik tangan Yura, dengan tatapan dingin ia tundukkan kepalanya kemudian melihat Brody dan Martha yang menatapnya dengan mata yang berbinar-binar seolah mengharapkan sesuatu.
"Mau ke warkop?" Tawar Renzi mengalihkan pembicaraan saat menyadari kalau kedua temannya itu ingin mendengar percakapannya dengan Shinta.
Martha berjalan ke samping Renzi kemudian merangkulnya, pemuda yang lebih pendek darinya itu kembali menatapnya dengan penuh harap. "Ayolah...aku ingin dengar percakapan mu dengannya," ucap Martha dengan senyum meledek.
"Iya, bro. Gimana sih cara Renzi Agrianzo nenangin gadis bawel itu?" Sahur Brody yang ikut merangkul Renzi.
Ara yang berdiri di belakang mereka mulai kesal, kemudian menendang kedua pemuda yang ada di kanan dan kiri Renzi.
Martha dan Brody yang kaget segera melepas rangkulannya dan melihat ke belakang dengan mata yang bergetar karena takut.
Melihat wajah ketakutan mereka membuat Ara semakin senang dan kembali mengganggu mereka dengan menggerakkan tangan kedua pemuda itu sehingga menyentuh bagian belakang kepala Renzi.
"Apa woi?" Tanya Renzi ketus.
Kedua pemuda itu gemetar kemudian berlari keluar dari pintu sambil berteriak, "Ren!!! Ayo ke warkop!!!" Pekik mereka sambil berlari terbirit-birit.
"Nenek!!!" Geram Renzi lalu menyusul teman-temannya.
...----------------...
Di warkop, "satu koi susu dan dua kopi hitam, mbak," pesannya kemudian menunjuk meja tempat teman-temannya duduk. "Nanti antar kesana ya, mbak?" Ucapnya lagi lalu pergi kembali ke mejanya.
Ia perhatikan Martha yang tengah asik memakan rengginang yang dia ambil dari rumah Renzi sebelum lari keluar. "Ck, sempat-sempatnya ambil makanan ya," sindirnya dengan tatapan dingin.
"Sorry, sorry. Rengginang ini enak kali...sorry," ucap Martha cengengesan kemudian melanjutkan makannya.
Beberapa menit kemudian minuman yang mereka pesan tiba, pramusaji itu meletakkan nampan yang diatasnya terdapat 3 cangkir berisi kopi.
Brody yang fokus pada layar ponselnya mengambil salah satu cangkir berisi kopi susu milik Martha. "Hei, Brody!!! Itu milikku!!!" Kata Martha pada Brody.
Pemuda itu terbelalak lalu melihat Martha, "yyyaaaahhh...maaf, Mart. Udah terlanjur kuminum...hehehe," katanya cengengesan.
"Yaaaaahhhh...teganya kamu, aku kan gak suka kopi item. Ganti rugi, Bro!!!" Kesal Martha.
"Iya deh iya," kata Brody yang kembali menatap ponselnya.
"Kamu lagi ngapain sih? Fokus kali sama ponselmu," kata Renzi yang turut kesal melihat perilaku temannya itu.
"Aku lagi chat pacarku," singkat Brody tanpa berpaling dari ponselnya.
"Nanti dulu lah, kamu lagi ngumpul ama temanmu. Masa chatan saat ngumpul? Gak sopan," ujar Martha yang berusaha meraih ponsel Brody.
Pemuda itu menepis tangan Martha kemudian berdiri. "Sebentar, ini dia lagi marah. Ini semua gara-gara kalian maksa aku ikut, padahal kami ada janji," kata Brody yang meletakkan ponselnya di telinganya.
"Ck, ck...kamu cowok macam apa sih? Janji kok dilupain?" Ledek Renzi yang mengaduk-aduk cangkirnya.
"Iya, kalau gak sayang putusin aja. Gak usah di PHP-in ceweknya," sahut Martha sambil merangkul Brody.
"Hei!!! Siapa yang lupa? Ini gara-gara kalian ya!" Balas Brody yang menyingkirkan tangan Martha.
"Udahlah, gak usah alasan. Mending kamu telepon aja pacarmu itu," kata Renzi dengan kaki yang disilangkan dan tangan yang memegang cangkirnya. "Kasian gadis itu. Dapat cowok playboy kayak Brody," sambungnya dengan wajah iba.
Pemuda itu hanya bisa pasrah dan pergi ke luar warkop untuk menelepon kekasihnya. Sementara Brody menelepon kekasihnya, kedua pemuda yang duduk di meja itu saling bertatap untuk sesaat sampai Martha menanyakan sesuatu kepada Renzi.
"Renzi...bagaimana kau bisa tinggal di rumah yang ada penghuni kayak gitu? Kau tidak takut?" Tanya Martha pada pemuda dingin di depannya.
"Tidak, aku bisa dibilang hanya numpang tidur," jawabnya kemudian meneguk kopinya. "Lagipula kami punya perjanjian," gumamnya lagi dengan suara pelan.
Martha menggebrak meja kemudian mencondongkan tubuhnya ke depan Renzi. "Kau serius?" Tanyanya tak percaya, Renzi bingung dengan pertanyaan Martha lalu mengangguk. "Bagaimana bisa kau tidur nyenyak di sana?" Tanyanya lagi sambil terus menatap pemuda itu.
"Hei, ada apa?" Tanya Brody yang baru selesai menelepon. "Kita bisa diusir jika kalian ribut begini," bisiknya.
"Brody, Renzi bilang dia bisa tidur nyenyak di rumah itu,". Perkataan Martha membuat Brody turut kaget dan memegang kedua pundak Renzi.
"Sungguh? Ren, jika kau butuh tempat tinggal. Kamu bisa tinggal di rumah Martha," ucap Brody dengan suara cemas.
Melihat teman-temannya yang berceloteh dan menatap panik dirinya, membuat Renzi hanya bisa pasrah sambil terus menikmati secangkir kopinya. "Dasar remaja," gumamnya yang kembali meneguk kopinya.
Telah beberapa detik berlalu namun teman-temannya masih tetap membahas tentang itu. Ia lirik cangkirnya yang telah kosong kemudian menatap kedua temannya itu, "lebih baik kalian habiskan minuman kalian," katanya dengan nada datar. "Daripada mencemaskan ku lebih baik kau cemaskan dirimu yang membawa rengginang favorit hantu itu dari sana, juga karena kalian lari. Dia gak suka orang yang lari terbirit-birit dari rumahnya," kata Renzi tanpa sadar menakuti mereka.
Martha melihat plastik rengginang yang telah kosong kemudian menggosok telapak tangannya seperti lalat dan memejamkan matanya ketakutan. "Bukan aku wahai hantu! Tapi Brody yang ambil," ucapnya ketakutan. "Aku hanya rasa sedikit...Brody yang makan semuanya...bukan aku..." Ulang Martha yang membuat Brody merinding ketakutan karena takut kalau hantu itu akan salah paham.
"Dasar bocah," gumam Renzi cekikikan.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 71 Episodes
Comments