Gak Waras?

Renzi kecil yang mendengar gertakan dari papanya terdiam dengan dada yang terasa sangat sakit. "Pa...papa..."

"Diam kau!!! Gara-gara mu istriku tiada!!! Teganya kau membu**h orang yang menganggap anak pembawa sial sepertimu sebagai putranya!!!!" Bentak pria itu yang mencengkeram kuat lengan atas bocah itu. Pria itu melonggarkan cengkeramannya dan memeluk tubuh wanita yang terbaring di sana, ia terisak-isak sambil mengatakan beberapa patah kata.

Bocah itu keheranan melihat papanya yang menyebut wanita itu dengan sebutan yang biasanya ia peruntukkan pada mamanya padahal mamanya ada disampingnya tengah menangis.

*Flashback off

"Bodohnya saat itu aku tak sadar kalau mama telah tiada sampai umurku 10 tahun, eemmm itu lumayan lama. Papa dan tante (ibu tiri Renzi) selalu menyalahkan ku atas kematian mama. Untuk beberapa waktu mereka menghiraukan ku dan mengucilkan ku, tapi itu tak lama sampai akhirnya aku diusir karena takut aku...membawa kesialan bagi keluarga itu." Ujar Renzi dengan wajah yang tertunduk dan senyum yang sedikit dipaksakan. Ara memperhatikan raut wajah Renzi yang tampak sedih, entah mengapa ia merasa kalau Renzi sama sepertinya.

"Yaaahhh... mungkin gak diusir aku hanya diantar ke tempat nenek dari mamaku, setidaknya papa masih membiayai kebutuhanku walau kami tak pernah bertatap muka sejak kejadian itu," sambungnya lagi mengakhiri. "Eh? Maaf aku jadi curhat gak biasanya begini...".

Tangan dingin Ara menepuk pelan punggung Renzi. Pemuda itu menoleh kaget dan melihat senyuman Ara yang sedikit terlihat. "Tidak apa-apa, terkadang membicarakan bebanmu itu dapat meringankan. Andai aku juga bisa," kata Ara dengan suara pelan diakhir kalimat.

Renzi berbaring di tempat tidurnya dengan ponsel yang diletakkan di samping kepalanya. Ia menatap ke luar jendela yang terbuka, udara dingin yang masuk melalui jendela itu membuat Renzi menyilangkan tangannya.

Ia bangkit dari posisinya dan menutup jendela tersebut, "haahh...udah malam tapi paman belum hubungi," batin Renzi yang melirik ponselnya. Tiba-tiba saja ponselnya berdering, pemuda itu segera mengangkat telepon itu.

"Halo?"

"Halo, nak. Paman hanya ingin bilang kau bisa kesini, sudah diizinin sama ketua. Kapan kau bisa?" Tanya pamannya. Renzi melirik kalender yang ada di atas meja belajarnya, ia perhatikan tanggal merah di kalender tersebut.

"Sepertinya lusa, aku bisa. Nanti akan ku hubungi. Terimakasih, paman," ucapnya lalu mematikan telepon itu. Ia letakkan ponselnya di atas meja dan kembali berbaring dengan tangan di belakang kepalanya.

***

Ara duduk diatas atap mobil Renzi. "Hei!!! Turunlah!!!" Pekik Renzi sambil menatap Ara yang sedang menyisir rambutnya yang sedikit berantakan. "Kau ingin menggores mobilku, ya?" Pemuda itu meletakkan tangannya di pinggangnya dengan kepala dimiringkan dan gigi yang digertakkan.

Ara merosot turun melewati kaca depan mobil dan melayang ke batang pohon jambu yang tidak jauh dari mobil Renzi. "Ayolah...aku hantu tidak mungkin menggores sesuatu," kata Ara sambil mengibas rambutnya "kecuali aku ingin." Sambungnya bergumam.

"Aku mendengar mu, nenek!!!" Teriak Renzi kesal. Ia membuka pintu mobilnya lalu meletakkan tasnya di bangku belakang. "Oh iya, kau nenek. Jangan ikut aku ke kampus." Perintah Renzi sinis.

Ara menunduk melihat pemuda itu kemudian mengiyakan sambil bergumam sedikit.

"Hei, nak!" Panggil seorang pria dengan suara berat dan lantang dari belakangnya. Renzi membalikkan badannya dan menatap pria dengan cangkul di pundaknya.

"I-iya, pak. Ada apa, ya?" Tanyanya bingung sambil berjalan mendekat.

"Kau masih waras kan?" Tanya pria itu.

Pertanyaannya membuat Renzi terdiam, ia menggaruk kepalanya dengan mata yang melihat ke sekelilingnya dengan heran.

"Maksud bapak?"

"Kau berbicara sendiri disana, aku khawatir kau sudah gak waras karena tinggal dirumah itu," jelasnya diiringi dengan senyuman yang terkesan meledek. "Kau tau? Rumah itu ada hantu penunggunya." Bisiknya lalu kembali berjalan.

"Tetap waras, nak!!!" Ledeknya yang berjalan menjauh.

Renzi mematung ditempat sambil melihat Ara yang terkekeh-kekeh. Hantu itu melayang ke dekatnya masih dengan tawa yang tak henti-henti.

"Uuuhhhh...tak waras, hahahahahaha." Pemuda itu menatap sinis ke arah hantu itu.

"Diamlah! Kau yang membuatku dikatai begitu." Kesalnya yang berjalan masuk ke dalam mobil.

*Di kampus, jam istirahat

Renzi duduk di mejanya dikelilingi oleh teman-temannya yang sedang bercerita. Ia perhatikan Martha yang mengoceh tentang film fiksi ilmiah yang baru ditontonnya beberapa hari lalu, dengan wajah datar pemuda itu mendengarkan temannya yang sibuk mengoceh.

"Nontonlah malam ini akan tayang ulang di TV." Ajak Martha dengan penuh semangat. Dari cara ia bercerita sepertinya ia sangat menyukai film itu.

"Tayang ulang, ya? Tapi kalau nonton sendirian pasti kurang seru. Bagaimana kalau kita nonton bareng?" Sahut Yura yang sama semangatnya dengan Martha.

"Aku gak bisa, ada janji." Tolak Brody yang duduk di atas meja di samping Renzi.

"Mmmm...ide bagus. Yok nonton di rumahku!!" Ujar Martha yang tak memedulikan omongan Brody.

Sementara teman-temannya sibuk berbincang, Renzi melihat ke meja-meja paling depan dekat pintu masuk. Meja itu di kerumunin beberapa mahasiswi yang tertawa terbahak-bahak. Ia perhatikan sekelompok orang yang menurutnya aneh itu, gadis-gadis itu terdiam sejenak setelah tertawa panjang kemudian kembali tertawa setelah bertukar pandang satu sama lain.

Pemuda itu menghela nafasnya dengan wajah yang di palingkan, "apa mereka waras?" Tanya Renzi bergumam.

"Tentu saja, kamu aja yang gak waras,"

Seketika ia menolehkan kepalanya kebelakang dengan ekspresi wajah kaget saat mendengar suara Ara. "Ara?" Herannya saat melihat hantu itu berdiri dibelakangnya.

"Hah? Apa? Ara? Siapa? Kamu mau ajak Ara?" Tanya Brody saat mendengar perkataan Renzi.

"Eh? Bukan, bukan apa-apa. Aku mau ke toilet dulu," pemuda itu berlari sambil menarik segenggam rambut Ara.

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!