Ameryl Hanvia Clara

"Takut? Emangnya kenapa harus takut?" Tanya Renzi pada Yura. Kedua gadis didekatnya itu saling bertatapan kemudian menatapnya dengan penuh heran.

"Jadi kau tidak tau apa-apa tentang rumah yang sekarang kau tinggali?" Tanya Yura, pemuda itu mengangguk sambil memperhatikannya yang seolah tak percaya. "Kalau gitu kau harus tau, dirumah itu pernah ditemukan mayat seorang perempuan," katanya dengan tangan yang digerakkan dan suara yang sedikit berbisik.

Pemuda itu mulai hanyut dalam pembicaraan kedua gadis tersebut. "Iya, katanya penyebab kematiannya tak pernah diketahui dan kasusnya telah ditutup. Semenjak itu siapapun yang tinggal di sana akan dihantui sampai pergi," sambung Shinta buka suara.

"Tak pernah? Diketahui? Eeemmmm...". Sepanjang pelajaran ia termenung memikirkan pembicaraannya dengan Shinta dan Yura, rasa penasaran mulai mengerubungi hatinya sehingga membuatnya tidak terlalu fokus hari itu.

Pukul 16:15, dirumah

Ia memarkirkan mobilnya di halaman kosong yang ada di samping rumah. Dengan tergesa-gesa Renzi segera berlari masuk kedalam rumah yang katanya ada penghuninya, ditengah langkahnya pandangannya mendadak tertuju pada sebuah benda berwarna cokelat yang berada di kolong sofa. Tangannya meraih benda itu, ternyata itu ialah sebuah bingkai foto dengan kaca yang retak tepat di bagian wajah seorang wanita.

"Apa ini milik perempuan yang dikatakan meninggal itu?" Tanyanya lalu memajang bingkai itu di dinding.

Hantu penghuni yang berdiri sedikit jauh dibelakang Renzi mematung melihat pemuda itu memajang fotonya yang sudah tak jelas. "Dia...orang pertama yang memajang ini," lirihnya pelan kemudian mengikuti Renzi yang berjalan menuju kamarnya. Ia berhenti di depan pintu kamar yang terbuka dan memperhatikan Renzi yang sedang menghidupkan laptopnya di meja belajar.

"Kasus penemuan mayat didalam rumah," ketiknya di keyboard. Hasil ketikannya terpapar di layar, ia mencari foto rumah atau alamat yang mirip dengan rumah tempat ia tinggal. "Ini dia!" Pekiknya dengan bangga kemudian membaca artikel itu.saat fokus-fokusnya membaca, layar laptopnya mendadak mati sehingga pantulan dirinya terlihat serta pantulan hantu penghuni yang berdiri di depan pintu. Renzi yang kaget segera berdiri dan melihat ke arah pintu, tapi sosok itu telah hilang diiringi dengan layar laptop yang kembali menyala.

"Lebih baik aku mencari tau tentang hantu ini," gumamnya kemudian membaca artikel tentang rumah yang ia sewa. Setelah membaca cukup banyak, ia pun memulai mencari dokumen-dokumen yang mungkin masih ada dirumah itu seperti KTP dan sejenisnya.

Dengan sangat yakin kalau tidak ada yang akan menempati rumah itu apalagi mengambil barang dirumah yang dihantui tersebut. Ia membongkar lemari yang ada di ruang tamu, lemari berdebu dengan tumpukan kertas yang sangat kotor ditemukan di dalam lacinya. Penuh keterpaksaan ia harus memegang kertas yang mungkin berisi sesuatu yang penting.

"Kartu keluarga? Penting ini," ucapnya kemudian memeriksa kartu keluarga itu. Terdapat hal janggal yang ia temukan di dalam kertas itu, yaitu hanya terdapat satu nama orang saja.

"A…Ameryl Hanvia Clara. Perempuan. 12 june 1998?" Heran Renzi yang membaca kertas ditangannya. Seorang gadis dengan 3 kata di namanya dan memiliki seluruh surat tanah serta rumah atas namanya, ia kemudian membalikkan badannya sambil membawa tumpukan kertas itu ke kamarnya.

Pemuda itu menuliskan nama pemilik lama rumah itu di buku catatannya dan seluruh keterangan yang ia ketahui. Sembari membaca rangkuman artikel yang tadi telah ditulisnya, ia menggoyang-goyangkan kakinya untuk membantunya fokus.

Matanya mulai sakit karena terlalu lama menatap tulisan-tulisan itu serta layar laptopnya "Argh!! Dimana aku meletak kacamataku?" Tanya Renzi yang membuka laci meja. "Kacamatanya kotor, lebih baik kuambil air dan membersihkannya," Batinnya kemudian melangkah menuju kamar mandi. Ketika ia membuka pintu kamar mandi, perasaannya seketika menjadi tidak enak karena merasa kalau akan terjadi sesuatu dan perasaan itu semakin terasa saat ia tiba di depan cermin wastafel.

Dengan ragu ia memutar keran air untuk mengisi gayung yang baru ia ambil, mendadak sepasang tangan keluar dari cermin dan mencengkram kedua pundaknya. Pemuda yang sebelumnya melihat ke aliran air yang keluar dari keran mengangkat kepalanya dan melihat ke cermin yang mulai tampak sebuah kepala yang keluar dari cermin.

"Hihihihihihihi…hihihi…aduh!!!" Tawa menyeramkan sosok itu berhenti ketika Renzi memukul kepalanya dengan gayung yang airnya telah ia buang.

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!