Berjalan menyusuri kota yang baru dan bahkan asing menurutnya , hiruk pikuk kehidupannya yang sama sekali tidak ia pahami.
Perjalanan dari kota Surabaya menuju Jakarta cukup melelahkan dan memakan waktu yang cukup lama karna memilih menaiki kereta api.
Sesampainya di Ibu kota yang baru pertama kali ia menjejakan kaki, sempat membuat Hanum sedikit merasa kebingungan ,harus darimana ia memulai kehidupannya.
Dengan berbekal uang seadanya . ia berjalan menuju sebuah warung nasi dipinggir jalan guna mengisi perutnya yang mulai menuntut untuk diisi
Setelah memesan makanan dan minuman ia kemudian duduk disebuah bangku dan meletakan tas besar yang dibawanya.
"Mau kemana Neng, kelihatannya baru saja sampai dikota ini ya?" tanya salah seorang yang juga sedang menikmati secangkir kopi diwarung tersebut.
"Saya juga belum tau pak, mau kemananya karna saya baru pertama kali datang di kota ini, saya juga gak ada sanak family yang tinggal disini" jawab Hanum dengan sedikit bersedih sambil menerima makanan yang disuguhkan oleh pemilik warung nasi tersebut.
Mendengar jawaban yang terlontar dari mulut Hanum pemilik warung merasa iba. Ia merasakan saat dulu pertama menginjakan kaki dikota ini tanpa sanak family itu cukup sulit untuk sekedar bertahan hidup.
"Hati hati neng di kota besar seperti ini banyak sekali orang orang yang memanfaatkan orang baru dan awam seperti kamu ini" ujar ibu pemilik warung.
"Iya bu terimakasih udah kasih tahu".
"Kalo kamu mau , ikut mang Ujang saja bekerja di Mansion mewah diujung jalan itu, kebetulan majikannya sedang membutuhkan tambahan orang untuk bekerja, walaupun hanya sebagai pelayan yang penting kamu aman dikota ini. Iya kan mang ujang?".
"Ah sembarangan kamu Mir, gadis cantik seperti ini kok disuruh kerja jadi pelayan mana mau Mir"sahut mang Ujang kemudian.
Ibu pemilik warung yang bernama Mira itu terkekeh.
"Enggak apa apa Pak, aku mau pekerjaan itu". Ucap Hanum setelah mempertimbangkan nasibnya yang belum jelas setelah ini.
Ia merasa bersyukur bertemu dengan orang baik untuk bertahan hidup di kota baru ini tidak ada salahnya menjadi seorang pelayan. Mengingat sebelumnya ia juga seorang pelayan disebuah cafe.
"Neng serius mau jadi pelayan?"
"Iya Pak Ujang, dari pada saya lontang lantung ndak jelas nantinya, karna saya sendiri tidak punya tujuan dikota ini".
"Baiklah kalo begitu sebentar lagi kita akan kesana dan menemui kepala pelayan disana".
"Lalu Pak Ujang sendiri sebagai apa disana?"
"Kalo saya mah sebagai supir neng, tapi neng tenang aja Nenek Bram itu sangat baik dengan para pelayannya".
"Ah, begitu ya mang ujang?".
"Iya neng".
Setelah selesai menikmati waktu istirahatnya dan menghabiskan kopinya . Kemudian pak Ujang mengajak Hanum ke Mansion tempatnya bekerja.
"Siapa namamu neng?"
"Saya Hanum , pak Ujang !".
"Neng Hanum ! Karna di Mansion itu tidak menerima sembarang orang untuk jadi pelayan, kalo kepala pelayan itu nanya kamu ngomong aja saudara jauh pak Ujang dari kampung ya".
"Iya pak Ujang, emang pak Ujang gak takut ya kalo saya ini orang jahat dan memalukan pak Ujang di Mansion itu nantinya?".
"Pak Ujang tau neng Hanum gadis yang baik, dan Pak Ujang percaya Neng Hanum tidak akan melakukan itu". Ucap pak Ujang seraya mengelus pundak Hanum.
"Makasih karna Pak Ujang udah percaya sama saya".
"Sama sama neng".
Sesampainya di area Mansion yang super mewah itu Pak Ujang menyuruh Hanum menunggu didalam pos satpam terlebih dahulu menunggu kepala pelayan itu keluar dari dalam Mansion.
Tak berselang lama Bu Tin kepala pelayan itu keluar dan mendekat kearah Hanum.
Lalu menatap Hanum dari ujung rambut sampai ujung kaki.
Bu Tin adalah seseorang yang tidak mudah menerima orang untuk bekerja bersama di dalam mainson itu apalagi ia adalah orang yang diberi tanggung jawab penuh didalam mainson.
Cara berpakaiannya sih sederhana tapi terlihat sangat cantik dan anggun apa benar dia mau bekerja jadi seorang pelayan.
"Neng Hanum ini namanya Bu Tin, kepala pelayan dimansion ini, beliau sudah puluhan tahun bekerja disini" ucap pak Ujang .
"Bu Tin, saya Hanum" ucap Hanum dengan ramah lalu menjabat tangan Bu Tin.
Bu Tin mengajak Hanum masuk kedalam mansion dan memberitahu tugas tugasnya selama bekerja di mansion tersebut
"Tugas pertama kamu setelah bangun tidur adalah melayani dan mempersiapkan kebutuhan Den Hanz. Tapi berhubung Den Hans masih diluar kota untuk sementara ini kamu bantu bantu saya aja dulu ya".
"Iya Bu Tin". Ucap Hanum dengan ramah
Lalu Bu Tin mengajak Hanum mengelilingi Mansion mewah tersebut dan memberitahu mana saja tempat yang boleh dan tidak boleh untuk dimasukinya para pelayan kecuali Bu tin Dan Hanum yang memang bertugas melayani Tuannya .
"Besar sekali mansion ini, saya sampai bingung jalan kembali keruangan tadi bu Tin". Nyengir dengan polosnya.
"Itu karna kamu masih baru, nanti juga lama lama hafal tempat tempatnya". Lalu tersenyum ramah.
Lalu bu Tin mengajak Hanum menuju ke kamarnya untuk beristirahat.
"Karna Den Hanz belum datang jadi tugas kamu belum begitu banyak, jadi istirahatlah disini untuk sementara karna untuk kamarmu masih nunggu persetujuan dari Den Hans dan juga Nenek Bram".
"Ah baiklah Bu Tin , Terima kasih banyak".
"Sama sama Hanum".
Jika kamar pelayan aja seluas ini bagaimana dengan kamar **Nenek Br**am dan Den Hanz yang dimaksud Bu Tin tadi ya, pasti 10x lebih luas dari ini.
Hanum membaringkan tubuhnya yang terasa lelah karna semalaman di dalam kereta api.
Sangat tidak menyangka ia akan memulai hidup barunya di mansion ini sebagai pelayan. Tapi tak apalah toh di cafe juga ia sering menjadi pelayan.
Itu lebih bagus dari pada harus menikah , selain ia belum siap menikah ia juga sama sekali tidak mencintai Haris ia hanya menganggapnya sebagai teman yang sudah seperti keluarga.
Demi bisa melanjutkan kuliah ia harus bertahan disini, walaupun ia mendapatkan BEA SISWA tapi tetap saja ia perlu biaya yang lainnya dan itu tidak sedikit untuk keperluan kuliahnya.
Aku akan menabung untuk biaya kuliah dan semoga saja aku bisa mengembalikan rumah ayah yang mungkin akan disita bank nantinya. Ayah aku sangat merindukanmu, semoga ayah selalu bahagia disurga.
Kemudian ia terlelap sejenak mengembalikan energi yang terkuras dalam perjalanannya semalam.
...****************...
Sementara ditempat lain .
"Semua urusan disini sudah beres Rel, aku harus segera kembali. Kantor pusat sangat membutuhkanku ada beberapa berkas yang harus aku tanda tangani secara langsung".
"Baiklah Hanz , makasih untuk bantuannya, kapan rencana kamu akan terbang?".
"Aku berencana malam ini akan kembali".
"Apa Om dan Tante akan ikut bersamamu?"
"Tidak Daddy dan mommy akan kembali ke Austria".
"Okelah kalo begitu aku pergi dulu, ati ati saat perjalanan nanti!" Farel menepuk pundak Hanz kemudian berlalu pergi.
Hanz menelpon salah satu orang kepercayaan nya untuk menyiapkan tiket untuknya dan nenek.
"Hanz!" seru nenek dari dalam kamarnya.
"Iya Nek, ada apa?"
"Kenapa ponsel Hanum tidak bisa dihubungi dari kemarin ,padahal sebelum kita kembali , aku ingin bertemu dengan Hanum". Memanyunkan bibirnya dengan raut muka yang begitu sedih.
"Gadis sederhana itu memang istimewa bahkan mampu mengusai pikiran nenek sampai bersedih karna tidak bisa dihubungi" gumam Hanzen dalam hati.
"Nanti kita coba mampir ke cafe tempatnya bekerja saja nek, kita bisa menemuinya disana".
"Jadi kamu udah tau dimana dia bekerja?" binar bahagia terpancar diwajah neneknya.
"Dia kerja di cafe tempat kami nongkrong dan menghabiskan waktu senggang nek di dekat kampus".
"Kalo begitu tunggu apalagi ayo sekarang juga kita kesana!" nenek lansung bangun dari duduknya.
"Sekarang belum ada Nek, menurut informasi yang aku dapat dia kerja paruh waktu disana setelah pulang dari kuliahnya".
Nenek pun mengangguk anggukan kepalanya tanda mengerti dengan penjelasan cucunya.
Lalu hanzen berlalu pergi menuju kamarnya. Ia segera menelpon seseorang dan memberitahu tentang kepulangannya malam ini.
.
.
.
BERSAMBUNG..
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 70 Episodes
Comments
Teteh
suka ceritanya
2024-04-03
0