Menikah dengan papa
05
"Terima kasih Tania, maafkan Papa jika menurut kamu teralu mengekang. Tapi yakinlah apapun yang Papa lakukan itu yang terbaik untuk kamu,"
"Tidak apa Pa, aku percaya apa yang Papa katakan pasti demi kebaikan aku," ujar Tania sambil tersenyum. "Oh ya, tadi Papa kerumah Oma ngapain aja?"
"Nyuruh Papa untuk menikah, apa lagi kalau bukan masalah itu Tania," jawab Dafa sambil memperhatikan wajan cantik putri angkatnya.
"Lalu kenapa Papa tidak menikah saja? Aku tidak masalah jika Papa menikah kok. Lagian umur Papa juga sudah masuk kepala 4 dan lagian apa Papa tidak ingin menikah?" Tania menatap bingung sang ayah. Pasalnya ayahnya itu terlalu betah untuk melajang. Jika saja boleh jujur, Tania ingin sekali merasakan yang namanya dekapan seorang Ibu, ingin sekali Tania merasakan bagaimana rasanya memiliki ibu, memasak berasama atau bahkan tidur bersama.
'Papa hanya mencintai kamu Tania, tidak ada wanita lain yang bisa masuk ke dalam hati Papa selain kamu. Hanya kamu, hanya kamu yang Papa inginkan Tania,' batin Arkana bersorak dengan keras. Andai saja dirinya bisa mengungkapkan isi hatinya semudah itu, mungkin dirinya bisa merasa sedikit lega dari pada menahan rasa yang sudah yang menumpuk di hatinya.
Arkana tersenyum menatap putri cantiknya. "Papa mencintai seorang wanita yang mungkin saja sulit Papa gapai Tania,"
"Kalau Papa memang menginginkan wanita itu kenapa tidak Papa dekati saja, atau ajak dia ngomong baik-baik atau apalah itu Pa. Mungkin saja dia akan menerima Papa," ujar Tania solusi.
'Orang itu kamu Tania, kamu!!' batin Arkana berteriak dengan histeris.
"Tidak semudah itu Tania, tidak semudah yang kamu katakan," jawab Arkana yang masih setia menatap wajah polos tanpa make up putrinya.
Tak ada lagi yang bisa Tania katakan. Lagian Tania juga tidak akan bisa memaksakan sang ayah untuk segera menikah.
"Tania Papa mau ngomong sesuatu sama kamu,"
"Papa mau ngomong apa?" tanya Tania bingung.
"Maafkan Papa, maafkan Papa jika selama ini menutupi suatu kebenaran sama kamu, padahal ini sudah bertahun-tahun. Kamu berhak tahu ini Tania, apalagi sekarang umur kamu tak lagi kecil tapi sudah memasuki masa dewasa. Kamu, kamu bukan putri kandung Papa, Tania,"
Tak ada reaksi yang ditampilkan Tania di wajahnya. Bahkan Arkana dapat melihat wajah putrinya terlihat biasa-biasa saja tanpa perubahan sedikitpun.
"Maafkan Papa yang baru sekarang jujur sama kamu Tania. Kamu boleh marah sama Papa, Papa tidak akan larang itu Tania,"
Tania tersenyum ke arah Arkana. "Aku tidak akan bisa marah sama Papa. Bahkan sampai kapanpun aku tetap tidak bisa marah sama Papa. Papa adalah pahlawan didalam hidup aku, papa adalah cinta pertama yang hadir didalam hidup aku. Hanya Papa yang aku miliki, hanya Papa yang bisa memberikan aku sebuah kasih sayang yang begitu tulus, yang mau merawat dan menjaga aku sampai seperti ini. Maafkan aku, Pa, aku sudah tahu jika aku bukanlah putri kandung Papa," jawab Tania yang mendapat tatapan penuh tanya dari Arkana.
"Sejak kapan kamu tahu Tania?" tanya Arkana.
"Sudah lama Pa, mungkin saat itu aku masih kelas 3 SMA. Aku tidak sengaja mendengar di rumah Oma saat Papa, Oma, Opa dan Aunty Helia berkumpul dan membahas tentang Oma yang ingin memberikan Papa dan aku seorang istri dan ibu angkat untuk aku. Maafkan aku Pa, jika saat itu aku telah salah mencuri dengar," ujar Tania tak enak hati. Sungguh dia sedikit menyesal mendengar itu.
Bahkan waktu itu hati Tania sangat sedih, Tania tidak marah jika dia hanya seorang anak angkat. Namun dia sedih kenapa keluarganya tak satupun mau menjaga dan merawat dirinya. Hanya itu yang di pikirkan Tania kala itu.
"Kamu tidak salah Sayang, yang salah Papa karena tidak sejak awal memberi tahu kamu masalah ini."
"Tidak Pa, justru aku berterima kasih kepada Papa karena dengan suka rela merawat dan membesarkan aku dengan penuh cinta dan kasih sayang. Aku bersyukur memiliki ayah seperti Papa. Tapi apakah aku boleh nanya sesuatu Pa?"
"Kamu mau nanya apa?"
"Dimana orang tuaku Pa? Apakah Papa tahu dimana mereka dan juga keluarganya? Aku hanya ingin tahu saja Pa tidak lebih dari itu," ujar Tania menunduk. Takut Arkana akan marah kepada dirinya.
Arkan mengangkat kepala sang putri agar kembali menatap dirinya. Arkan tahu jika saat ini putrinya merasakan tak enak hati karena pertanyaan dirinya.
"Maafkan Papa, Sayang. Papa tidak tahu dimana keluarganya orangtua kamu, tapi yang Papa dengan dari panti tempat dulu Papa mengadopsi kamu, ke-dua orang tua kamu sudah meninggal dan keluarga ibu maupun ayah kamu tidak ada yang mau menjaga kamu sayang. Bahkan meraka tidak tinggal di kota yang sama dimana tempat kamu dititipkan," jelas Arkan sambil memeluk tubuh mungil sang putri.
"Terima kasih Pa, terima kasih sudah menjelaskan kepadaku. Aku sayang Papa," Tania melepaskan pelukannya lalu memberikan ciuman pada pipi Arkana.
Tania tak peduli jika keluarga orang-tuanya tak ada yang peduli kepada dirinya. Sekarang dirinya sudah sangat bahagia hidup bersama sang ayah, Arkana. Ayah yang membuat dirinya merasakan kehidupan penuh cinta dan kasih sayang. Bahkan Arkana sudah mencurahkan segala rasa yang dia miliki kepada dirinya. Lantas apalagi yang ingin di dapatkan Tania jika itu semua sudah diberikan Arkana kepada dirinya.
Arkana hanya tersenyum melihat kelakuan putri kecilnya. Putri kecilnya yang kini sudah beranjak dewasa. Bahkan putri kecil yang bahkan membuat dirinya berdebar dan jatuh cinta. Aaahhh, ingin rasanya Arkana mengatakan perasaannya kepada sang putri, namun dirinya terlalu takut jika Tania akan marah atau malah takut kepada diirinya. Mungkin kini memang belum saatnya Tania tahu akan perasaannya, tapi yang jelas suatu hari nanti Arkana pasti akan memberitahu kepada Tania.
TBC
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 38 Episodes
Comments
Rice Btamban
lanjutkan
2023-01-06
1
Hi Hii
karajan saja arkana kalau kamu mencintai nya .....gadis kk dan trs nyimak Semangat nulisnya 💪💪💪💪semogasukses selalu.....
2022-12-29
2