Keesokan harinya seperti biasa bari bangun setelah di bangunkan oleh papanya.
"Bar, duduk dulu, sarapan dulu" ucap pak Rudi ketika melihat anaknya ingin langsung pergi.
"nanti aja pa"
"Bar, kamu boleh marah dengan keadaan ini, boleh, tapi jangan siksa dirimu, lihat kamu makin kurus" ujar papanya
"ngga apa- apa pa"
"Nanti malam kita cari Narita lagi, tapi ingat kamu jangan menyiksa dirimu sendiri. Diluar sana kita ngga tahu apakah Narita hidup baik-baik aja atau tidak, bagaimana kamu mencarinya kalau kamu sendiri jadi urusan"? ucap papanya menyadarkan barita
"iya pa, nanti bari perhatikan"
"Sarapan dulu aja, sini" ujar papanya tetap karena melihat akhir-akhir ini anaknya tidak semangat.
Walaupun malas barita tetap menuruti papanya. sejauh ini papanya selalu membantu bari dengan tulus.
"bar, apa kam...." ucapan ibu Martina yang baru gabung langsung di potong oleh pak Rudi.
"Mama sebaiknya jangan ikut campur dulu, terutama urusan Narita. " ucap papanya datar membuat ibu Martina terdiam.
"Saya langsung berangkat aja pa, ma" ucap bari lemas
"Ya sudah, hati-hati di jalan, karena jalan itu bukan hanya milik kita, jangan membahayakan orang lain" ucap pak Rudi selalu mengingatkan.
"iya pa"
Bari berangkat tanpa sarapan karena seleranya sudah hilang begitu menyangkut urusan Narita.
"Kamu lihat kan, setiap kamu bicara selera makan bari langsung hilang" tekan pak Rudi ke istrinya.
"Papa sengaja menjauhkan aku dari bari" ucapnya
"Apahhh, apa kamu belum sadar juga apa yang kamu lakukan. lihat betapa hancurnya hidup bari sekarang. apa kamu ingin sampai dia gila, benar-benar ibu yang egois kamu"? ujar pak Rudi sambil berdiri dan meninggalkan meja makan.
"Semua menyalahkan aku, padahal ini semua gara-gara Narita. dulu sebelum dia datang semua baik-baik aja, sekarang semua jadi begini" ucap Bu Martina pura-pura sedih.
Pak Rudi melangkah mendekat lalu bicara sambil agak menunduk.
"Karena dulu kamu itu tidak egois, kamu selalu memperhatikan perasaan bari, tapi sekarang apa, pernah ngga kamu berikan yang dia inginkan? padahal dia hanya ingin damai di rumah ini, Narita dan mama, tapi apa, mama selalu aja membenci Narita hanya karena uang yang dimakan keluarganya waktu pernikahan itu. mama tidak pernah bersyukur dapat menantu yang baik seperti dia, sekarang kamu nikmatilah hidup tanpa Narita. kamu dekat dengan Bari tapi ngga mau kamu dekatin, sedih ngga"? jelas pak Rudi sejelas-jelas nya.
Setelah itu pak Rudi langsung melangkah keluar untuk berangkat kerja.
Sore harinya pak Rudi dan bari naik motor ke jalan Ampera yang tidak terlalu jauh, hanya saja harus memutar lewatnya.
Ternyata omnya Narita benar, tidak sulit mencari rumah ibu tesa atau tesalonika dan pak Roni.
tok tok tok
"Iya, cari siapa ya pak" pak Roni yang membuka pintu
"Maaf pak, apa benar ini rumah ibu tesa atau ibu tesalonika"
"Oh iya benar, saya suaminya, ada perlu apa ya sama istri saya"
"begini pak..." belum di jelaskan oleh pak Rudi ibu tesa nongol dari dalam.
"ada siapa pa"
"ini mah, mencari mama"
"cari mama"
"hmmmm"
Ibu tesa terlihat memperhatikan kedua tamunya, sepertinya pernah dia lihat tapi dimana ya"?
"Maaf Bu, saya bari, ibu mungkin tidak kenal sama saya, tapi saya suaminya Narita" jelas bari sambil menyalami ibu tesa.
"Ohhhhhh iya Miss nari pa, makanya saya pikir pernah lihat tapi lupa dimana, ternyata di nikahan mereka pa"
"Ohhhh suami Miss nari, ayo, ayo pak, silakan masuk" ucap pak Roni mempersilakan tamunya masuk dan duduk.
"Iya, tumben ini, ada kabar apa ini Miss nari" tanya pak Roni
"Pasti kabar baik pa, orang Minggu kemarin aku ketemu Miss nari pas dia pulang dari dokter" cerita ibu tesa sambil ingin berlalu untuk mengambil minum.
"Dan kalau bapak ini" sambil menunjuk pak Rudi
"Saya papanya bari pak, mertua Narita"
"ohhhhh"
"Ayo diminum pak, hanya ada ini" ucap Bu tesa dengan botol air mineral ditangannya.
"terimakasih Bu" jawab bari
"Kok Miss narinya ngga ikut"
Bari dan papanya saling pandang, bingung untuk mulai menjelaskan dari mana.
"Miss nari ngga apa-apa kan? kandungannya baik-baik aja kan?"
jedarrrrrrrr
Pak Rudi dan bari begitu juga pak Roni jelas aja kaget dengan kabar ini. Karena belum ada yang tahu tentang kehamilan Narita.
"maksud ibu" tanya bari
"Lho kok pada kaget gitu sih, emang Miss nari belum bilang ya dia sedang hamil"?
"Waduhh jadi ngga spesial lagi deh nanti" lanjutnya senyum kecil
Kembali bari melihat papanya dan melihat ibu tesa, sepertinya tidak ada kebohongan atau canda disana.
"Ngga ngga ngga, ibu tahu dari mana kehamilan mis nari" tanya pak Roni
"Dari Miss nari pa Minggu kemarin. sebenarnya ngga sengaja pa, pulang sekolah kita drop teman sekolah anak kita dekat ujung jalan itu. Pas dekat pom bensin saya lihat Miss nari lagi jalan, terus aku panggil donk" jelas Bu tesa.
"Singkat cerita kita minum es dulu di pinggir jalan itu, papa ingatkan aku bilang telat lima belas menit." ucap Bu tesa mengingatkan suaminya
"iya terus"
Sementara bari dan pak Rudi sudah ngga sabar dengar cerita berikutnya.
"Ya begitu pa, aku lihat Miss nari pucat, terus saya tanya kenapa, sakit, mis nari menggeleng terus senyum tapi menangis, terus bilang akhirnya saya hamil Bu"?
"Oh ya, saya kaget juga. tapi akhirnya dia jelasin dia baru pulang dari dokter Dewi yang di ujung jalan itu dan sudah USG, benar dia hamil, tapi beresiko jadi tidak boleh cape dan tidak boleh stress." jelas pak tesa membuat airmata bari makin menetes.
'Berarti sekarang aku tidak hanya kehilangan Narita, tapi juga anak dalam kandungannya' batin bari.
"Persisnya kapan itu Bu? karena begini Bu, sejujurnya sudah hampir seminggu Narita pergi dari rumah."
"Apahhhhh, kok bisa? berantem"? tanya Bu tesa tak percaya wanita selembut Narita bisa pergi meninggalkan rumah.
Pak Rudi melirik anaknya, lalu menarik nafas.
"Ini semua salah bari Bu, dia sudah sangat berdosa sama nari"
"maksudnya" tanya pak Roni dan Bu tesa
"Panjang ceritanya Bu, yang pasti saya sudah main tangan sama Narita Bu, saya sangat berdosa Bu"
"Oalahhhh pak bari pukul istri yang sedang hamil" ucap Bu tesa kaget luar biasa.
Sementara pak Rudi sudah bingung mau ngomong apa, karena mereka juga ngga tahu kalau nari itu sedang hamil. Walaupun begitu bari tetap salah memukul istrinya walau apapun ceritanya kecuali ketangkap basah selingkuh.
"kapan dia pergi dari rumah"
"Hari Rabu kemarin Bu, saat kita semua tidak ada di rumah"
"Itu berarti sehari setelah kami ketemu, " ucap Bu tesa.
"Mohon maaf, tapi masalah apa yang membuat pak bari memukul nari" tanya Bu tesa hati-hati.
"Mereka berselisih dan mendorong mama sampai hampir jatuh" cerita bari terbata-bata. Biar bagaimana pun di hati bari sekarang semakin banyak penyesalan apalagi baru tahu Narita hamil.
"Ohhh masalah ibu mertua, berarti saya rasa nari punya alasan sendiri untuk pergi pak, mungkin untuk menyenangkan diri, karena kata dokter dia ngga boleh stress. Memang beberapa kali dia curhat sama saya, maaf pak, tentang ibunya pak bari, tapi karena cintanya sama pak bari sangat besar dia tidak memperdulikan semua itu, hanya saja mungkin sekarang dia sedang hamil ditambah lagi sekarang pak bari yang memukulnya, membuatnya tidak berharap dan berguna lagi untuk bertahan". jelas Bu tesa.
Hai semua
Tetap dukung ya
like, koment dan vote
Terimakasih
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 149 Episodes
Comments
Rahmayani Aprimanova
bari makin merasa bersalah tuh
2023-05-03
0
Debrel Jusuf
ibu tesa yang bijak
2023-01-18
0
Syakhira Dwi Rahmania
kasian bgt
2023-01-10
0