Sudah empat hari bari hidup tanpa Narita, benar-benar hidupnya tiada gairah dan semangat, bahkan untuk mandi pun dia malas banget.
"Bar, sudah empat hari Narita nggada kabar, papa rasa nanti malam kita harus cari ke rumah omnya atau paling tidak mungkin mereka tahu Narita biasanya pergi kemana kalau dia lagi sedih, dan juga mereka harus tahu bahwa nari sekarang tidak disini" ucap pak Rudi sambil sarapan.
"Pusing banget sih pa, biarin aja ntar dia pulang sendiri" ujar Bu Martina sambil nyendok nasi goreng ke piringnya.
"kalau ngga pulang"
"Biarin aja, berarti mereka ngga jodoh lagi"
"Mama kapan sadarnya sih? coba pikirkan siapa yang buat semua jadi begini? mama kan? Kalau mama tidak menekan Narita dia tidak akan pergi dan bari tidak akan merasa sedih"
"Bari seperti di pelet sama dia sih, kamu sudah ngga peduliin mama" ucapnya pura-pura sedih.
Ingin rasanya bari marah sama mamanya yang selalu egois dan mikirin diri sendiri, tapi apa daya bari tidak ingin di cap anak durhaka.
"Bukan bari yang tidak peduli mama, tapi manalah yang tidak peduli perasaan bari" ucapnya menatap mamanya. Lalu melihat ke arah papanya.
"Baiklah pa, nanti saya usahakan pulang cepat"
"hmmm"
"bari berangkat dulu pa"
"iya, hati-hati bar"
Barita berangkat ke kantor masih dengan pikiran yang kacau. Selama Narita pergi hampir tidak pernah bari tertawa lagi. Senyum kepada rekan kerjanya juga hanya seadanya doank.
Hidup bari sekarang sangat hambar. Cintanya sama Narita sangat dalam memang hanya saja dia kurang tegas kepada mamanya.
Sore harinya bari pulang kerja karena mau cari Narita, ternyata sudah lebih dulu papanya tiba di rumah.
Setelah berganti pakaian bari dan papanya berangkat menuju rumah omnya Narita di pinggiran kota, sekitar satu jam naik mobil.
Mereka tiba setelah magrib, syukurnya keluarga omnya sudah tiba di rumah, karena sehari -harinya mereka berjualan pakaian di salah satu pasar modern di kota itu.
"Tumben ini bari sama pak Rudi sampai kesini"? tanya om Narita setelah mempersilakan pak Rudi dan bari duduk di ruang tamu.
"iya pak, biasalah anak-anak kita ini" ujar pak Rudi bijak tapi langsung ditanggapi oleh tantenya Narita.
"nari tidak bikin masalah kan"? potong tantenya Narita jutek
Bari sama papanya saling pandang lalu pak Rudi bicara perlahan.
"Justru itu Bu, nari pergi dari rumah, mereka ada sedikit cekcok karena ada salah paham. Maklumlah pak rumah tangga" ujar pak Rudi bijak.
"Begitu tuh anak ngga pernah di didik, ya ngga tahu aturan" ucap tantenya sinis
"mama" potong omnya Narita
"kenapa benarkan"? ucapnya memojokkan, sementara om nya Narita sangat malu sama besannya ini.
Bari makin sedih mendengar hinaan tantenya kepada Narita, karena dulu bari sudah pernah dari Narita tentang sikap om dan tantenya dan bari janji akan menjaga Narita walaupun neneknya tiada. Tapi apa sekarang, malah bari yang menyakitinya, bari yang membuatnya pergi.
"Begini Bu, pak niat kami kesini ingin mencari tahu apa Narita datang kesini? atau siapa tahu bapak dan ibu tahu, kira-kira kemana Narita pergi biasanya kalau pas ada masalah" ujar pak Rudi.
"Ya kami ngga tahulah, dia itu kan sudah pacaran lama sama kamu bari, masa ngga tahu kira-kira kemana kalau dia sedih" tantenya Narita malah nyolot
"Bukan, maksud saya pak, ada ngga saudara lain Narita selain bapak dan ibu atau teman akrabnya atau saudara dari ibunya" tanya pak Rudi
"Ngga tahu, dia kan gada saudara lagi, kalau temannya kita nggada yang kenal" ucap tantenya langsung
"Iya pak, satu-satunya saudara papa nya cuma saya, kalau saudara mamanya juga kayaknya ngga mungkin, soalnya mereka ngga pernah komunikasi" jawab omnya sopan
"Jadi kira-kira dia kemana ya pak"? tanya pak Rudi.
"Saya benar-benar tidak tahu pak, dan tidak bisa juga saya prediksi dia kemana" om nya Narita terlihat agak sedih.
"Kalau begitu saya minta tolong nih pak sebagai orang tuannya bari, kalau tahu keberadaan Narita tolong lah kabari kami, nanti biar saya yang mengurusnya. Kalau dia belum mau pulang tidak apa-apa, tapi kami tetap menunggunya"
"Baik pak, kalau kami tahu kabar Narita akan kami kabari" ucap omnya sopan.
Sejujurnya om Narita merasa bersalah juga kepada Narita tapi atas hasutan istrinya dia kesampingkan dulu perasaannya.
"Kalau begitu kami pamit dulu ya pak Bu, ini saya tinggalkan nomor handphone saya dan kalau boleh saya minta nomor handphone bapak juga" ucap pak Rudi
"Baik pak, saya ambilkan dulu" ucap omnya
Setelah mendapatkan kartu nama masing-masing, mereka bari dan papanya ingin pamit pulang karena sudah malam juga.
Tantenya Narita tidak ikut mengantar ke depan karena dia langsung berberes di dalam. Sementara om nya Narita yang mengantar ke depan mengatakan satu hal kepada barita.
"bari" ucapnya seperti sambil mikir
"iya om"
"Mungkin kamu bisa tanyakan ibu tesa, ibu gembala persekutuan, dulu sih kalau sedih Narita sering sharing ke sana. Rumahnya di jalan Ampera belakang komplek rumahmu itu." ucapnya perlahan
"Om juga tidak yakin, tapi apa salahnya kamu coba, siapa tahu ada petunjuk disana, atau dari ibu tesanya"
"Persisnya alamatnya dimana om"
"Tanya aja ibu tesalonika, di jalan Ampera itu, beliau itu sangat dikenal orang"
"siapa itu"
"Dia itu ibu gembala persekutuan pak, orangnya sangat baik dan dulu anaknya adalah murid Narita" jelas omnya
"ohhhh baik pak, terimakasih banyak" pak Rudi langsung antusias.
Bari dan pak Rudi akhirnya pulang tanpa hasil, tapi setidaknya bari dan pak Rudi tahu tentang ibu tesa.
Hampir jam sebelas malam mereka tiba di rumah. Dengan wajah yang sangat cape mereka ingin istirahat tidur.
Mereka langsung di sambut oleh ibu Martina. Dia sudah menunggu anak dan suaminya.
"gimana, ada Narita nya disana"?
"ngga" jawab pak Rudi singkat dan sambil berlalu.
"Terus mereka tahu ngga kira-kira Narita kemana"?
"ngga"
"terus"
"Tidur aja dulu ma, besok baru dibicarakan" ucap pak Rudi
"bari, kamu tidur dulu, besok kamu harus kerja"
"iya pa" ucap bari berlalu ke kamarnya.
'Sekarang kamar ini dingin dek, sama sekali tidak hangat, bahkan aku merasa ini seperti diasingkan' gumam bari sambil melangkah ke tempat tidur.
Bari duduk dipinggir tempat tidurnya, dia melihat kembali telapak tangannya lalu memukulkan ke wajahnya.
"Kenapa kemarin kamu tampar Narita, kenapa???? kenapa kamu menyakitinya? sekarang dia pergi entah kemana? bagaimana keadaannya, apa dia bisa tidur nyenyak atau tidak?" ucap bari sambil meremas telapak tangannya.
'Kamu kurang tegas bari sehingga istrimu selalu tersakiti dan bahkan sekarang pergi, nikmatin ajalah' suara hati bari seolah menertawakannya.
Hai semua
jangan bosan ya
Dukung terus
Like, koment dan vote
Terimakasih
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 149 Episodes
Comments
Rahmayani Aprimanova
bari bari kamu SH ga tegas
2023-05-03
0
Debrel Jusuf
menjadi dingin
2023-01-18
0
Syakhira Dwi Rahmania
kasian juga sih sama bari juga ya
2023-01-10
0