Bari sangat tidak bersemangat bahkan hanya untuk berganti pakaian.
"Bar, berarti Narita pergi untuk menenangkan diri, kamu berdoa aja bar, supaya diluar sana dia bisa tenang dan aman"
"Tapi dia itu bukan wanita yang kuat pa, perlu perlindungan"
"Huhhhh kamu tahu ngga bar, bahkan orang yang paling lemah sekalipun akan diberi Tuhan kemampuan untuk melindungi dirinya, kamu tinggal berdoa. Dan lagi Narita orang baik, dia pasti akan bertemu orang yang baik ya."
Bari hanya diam mendengar penjelasan papanya. Bari memang tahu banget kalau Narita itu orangnya lembut dan baik, pasti dia akan bertemu orang baik juga.
"Sekarang kamu istirahat dulu, kita akan pikirkan mencarinya besok ya. Segala sesuatu itu butuh pikiran yang tenang untuk mengambil keputusan"
"iya pa"
Bari masih enggan bergerak tapi dia benar-benar cape hatinya.
Tanpa mandi dan makan malam bari ingin tidur aja.
"papa keluar aja, bari ingin rebahan, bari cape"
"iya nak, papa keluar, tapi ingat perbanyak doa ya"
"iya pa"
Bari merebahkan dirinya di kasur empuknya dengan tatapan ke langit-langit kamar.
'dimana kamu dek'
'apa kamu masih sedih dan menangis'
'apa kamu sudah makan'
'Kenapa kamu ngga marah aja langsung samaku dek, tentang semua yang kamu rasakan. biar bisa aku jelaskan tidak ada wanita lain dek'
'Sekarang kamu pergi, dan kamu bilang demi kebaikan kita semua, tapi aku tidak baik-baik aja dek' batin bari tanpa sadar sudah meneteskan air mata.
'Tuhan aku tahu aku bukan suami dan anak yang baik, aku juga banyak kekurangan, tapi ku mohon jagalah istriku Tuhan dimanapun dia berada. Aku percaya Tuhan punya rencana yang indah dibalik musibah' doa bari dengan tulus.
Karena terlalu cape dan tadi sempat menangis bari akhirnya tidur begitu aja.
Dan keesokan harinya keadaan di rumah itu makin terasa sepi tanpa Narita.
Biasanya subuh Narita sudah membuka semua horden dan mematikan semua lampu. Tapi hari ini semua tidak ada yang melakukan. Bahkan ibu Martina pun seperti baru sadar bahwa banyak hal yang biasanya Narita lakukan belum dia lakukan.
"Bar, kamu bangun, kerja" ucap pak Rudi yang tadinya ingin melihat keadaan anaknya.
"uhhhhhh"
"Bangun bar, nanti kamu terlambat ke kantor"
"hmmmmmm"
"iya pa, ntar lagi" lanjutnya lemas
pak Rudi keluar dari kamar barita dan bersiap juga untuk kerja.
Sekitar setengah jam pak Rudi duluan yang keluar dari kamar.
Dia duduk di meja makan untuk sarapan dan minum kopi seperti biasa.
Tidak berapa lama bari juga keluar dari kamarnya, tapi dia tidak duduk di meja makan untuk sarapan atau minum kopinya. Dia langsung jalan ke kantor tanpa sarapan.
"duduk bar, kita sarapan"
"ngga pa, nanti aja"
"Sarapan dulu bar, ini sudah mama siapin" ujar mamanya melihat bari ingin langsung jalan.
"ngga usah ma" jawab bari pendek
"Mama sudah cape-cape lho nyiapin ini" ucap mamanya membuat bari melengos.
"Baru kali ini mama nyiapin sudah mengaku cape, nari tiap hari lakukan dengan tulus tanpa pernah bilang cape" ucapnya tanpa menoleh lagi.
Ibu Martina tidak dapat berkutik lagi. Pagi ini sudah banyak yang dia lakukan tapi tidak di hargai.
Sementara pak Rudi hanya melihat sekilas bari yang melangkah pergi lalu lanjut sarapan, tapi juga tidak habis karena seleranya hilang seketika.
"Apa sekarang kamu sudah sadar akibat perbuatanmu, aku yakin kalau kamu bisa aja kehilangan anakmu sekalipun dia ada di dekatmu. Hati bari itu hanya untuk Narita" ucap papanya juga sambil berlalu.
Ibu Martina terdiam di tempatnya, mendengar semua koment anak dan suaminya. memang sih tiap hari Narita kerja di rumah ini jarang mengeluh, tapi aku sehari aja aku sudah mengeluh.
Belum lagi bari sepertinya sangat marah sama mamanya, sampai dia enggan untuk bertatap muka.
'Ngga itu hanya sebentar, nanti juga bari bisa melupakan Narita dan menerima Irma, aku yakin itu' batin Bu Martina tetap kekeh.
Sementara bari yang berangkat menuju kantor dengan motornya berharap dia melihat ke ajaiban. Dia berharap nari datang menemuinya di kantor karena malas sama mamanya. Tapi khayalan tinggal khayalan tidak ada hal yang menjadi petunjuk keberadaan Narita.
Bari kembali mencoba telepon nomor Narita, tetap sama tidak aktif. Akhirnya bari punya inisiatif untuk kirim chat aja, sewaktu-waktu Narita buka akan baca.
Sepanjang hari bari bekerja tidak konsentrasi sama sekali. Sampai sorenya dia pulang ke rumah pun hatinya sangat kacau.
Sementara hari pertama Narita di rumah Risma masih agak kikuk. Nari ingin masak sementara Risma masih tidur.
"Kamu sudah masak nar" tanya Risma ketika bangun tidur dia sudah cium bau masakan.
"iya kak, biasanya memang jam segini aku sudah masak, kalau bengong aku jadi ingat bang bari"
"Ohhh ya sudah dek, lakukan semua yang kamu mau, kakak tidak melarang tapi jangan yang bahaya buat kandunganku, oke" ucap Risma
"Makasih ya kak, coba nggada kakak, entah gimana nasib saya"
"ada Tuhan nar, jangan ngomong begitu"
"iya kak"
"Kakak tidak akan kasih saran atau turut campur urusan rumah tanggamu, terserah kamu karena kamu yang jalani. Tapi kalau kamu mau disini, nikmatin di sini jangan sedih-sedih, kalau mau pulang berpikir matang ya" nasihat Risma bijak
"iya kak"
"Oh iya, daripada kamu di rumah terus bengong, gimana kalau hari ini kamu ikut ke kios jahit kakak"
"iya kak, saya mau"
"Ya sudah bentar lagi kita jalan, kakak mandi dan kita sarapan"
"iya kak"
Jadilah hari ini Narita ikut ke kios jahit Risma yang berada di pasar dari rumahnya. Hanya butuh lima belas menit dari rumahnya menuju kios.
Narita senang ternyata benar kios Risma ada di ruko pinggir pasar, jadi ramai banget.
Risma memiliki dua anak buah yang membantunya menjahit sesuai fungsi mereka, ada yang membuat pola dan memotong serta menggosok di akhir jahitannya.
"kak aku tidak mengganggu kan"
"tidaklah, ayo aku kenalkan"
"Ita, kenalin ini adek sepupuku, namanya Narita, dia akan bersama kakak sampai suaminya datang"
"ohhh halo nari, saya Ita" dan mereka berjabat tangan.
"dan yang ini Nia, karunia, tapi kami panggil Nia" ucap Risma
"hallo nari"
Setelah selesai berkenalan Risma mengatakan kepada anak buahnya bahwa Risma sedang hamil.
"Dia sedang hamil muda, jadi bantu awasi ya kalau dia bandel yang membuat kehamilannya bahaya, kasih tahu saya"
"iya kak"
"Nar, kamu istirahat disana dulu ya, ada dua yang harus kakak keluarin kebayanya, kamu tunggu dulu ya, nanti kita jalan cari jajanan"
"iya kak"
Melihat kios jahit Risma Narita jadi punya ide untuk cari kerja apa, dia akan menjahit juga seperti Risma. Modal dia punya, karena uang tabungannya dan juga uang bari yang dia pinjam sangat cukup untuk modal nyewa ruko.
Hai semua
Jangan bosan ya
Dukung terus
like, coment dan vote
Terimakasih
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 149 Episodes
Comments
Rahmayani Aprimanova
nah Lo Narita BS juga cari duit kan
2023-05-03
0
Debrel Jusuf
dia jadi tukang jahit
2023-01-18
0
Syakhira Dwi Rahmania
sabar nar kamu akan bahagia
2023-01-10
0