PART 16 TERNYATA

"Bar, sudah mendingan kamu ganti baju dulu baru kita pikirkan mencari nari ya" ucap pak Rudi bertekad akan bantu anaknya satu-satunya.

"iya pa" ucapnya lemas tapi enggan bergerak.

Pak Rudi berlalu keluar dari kamar bari lalu duduk di meja makan.

"Gimana pa, kemana Narita nya"

"dia pergi" jawab pak Rudi pendek

"pergi, baguslah" ucap ibu Martina enteng

"Bagus kamu bilang, ibu macam apa kamu"?

"yahhh aku yakin bari akan bahagia kok"

"Hehh bahkan kamu belum sadar sudah menghancurkan anakmu ya"?

"menghancurkan apa"?

"Susah bicara sama kamu, kamu ingat ya ma, bari itu anak kita satu-satunya, kalau sampai kita kehilangan bari gara-gara ulah mama, awas mama, papa yang akan bertindak" ujar pak Rudi sangat keras dan berlalu ke kamar.

Ibu Martina masih merasa paling benar dan tidak bersalah. Narita itu menurutnya hanya beban buat bari.

Bari bangkit dan ingin mengganti pakaiannya, papanya benar dia harus cari Narita, dia ngga boleh lemah. Dia sudah bersalah menampar narita, jangan sampai dia tambah berdosa dengan membiarkan Narita sengsara di luar sana. Apalagi Narita sudah tidak punya siapa-siapa.

Bari ingin mengambil satu baju kaos rumahan dari lemarinya, ketika itu juga dia melihat lipatan kertas di atas tumpukan bajunya.

Bari langsung menyambar kertas itu, pasti itu petunjuk keberadaan Narita. Tidak apa-apa dia pergi dulu dari rumah untuk menenangkan diri, yang penting bari tahu dia kemana?

Bari mulai membaca surat Narita dengan hati yang perih dan cucuran air mata. Sampai akhirnya di ujung surat itu dia terduduk sambil menangis. anggaplah dia cengeng sebagai lelaki, tapi hatinya benar-benar sedih. Apa lagi membaca tulisan Narita yang meminta sedikit duit tabungan mereka, karena dia bukan wanita mandiri.

Dulu bari pernah berjanji bahwa dia ngga butuh wanita mandiri, dia butuh wanita yang mencintainya dengan tulus dan menerima bari apa adanya.

Bari ingin Narita seterusnya tergantung padanya, tidak terlalu mandiri. Dan sekarang lagi-lagi bari gagal mengujudkan janjinya.

'Gimana kamu di luar sana dek, pulanglah' batin barita sedih.

Tidak lama pak Rudi keluar lagi dari kamarnya dan masuk ke kamar bari.

"Bar, kenapa kamu menangis, bukan waktunya untuk menangisi yang terjadi, sekarang waktunya kita pikirkan kira-kira Narita kemana"? ucap pak Rudi mendekati putranya.

Bari yang malas bicara menyerahkan secarik kertas surat itu kepada papanya.

Pak Rudi menerima dan membacanya, lalu setelah membaca surat itu papanya bertanya kepada bari.

"siapa bidan irma"?

"saya ngga tahu pa"

"Tapi nari bilang kamu sudah pernah ketemu"

Bari hanya menggelengkan kepalanya masih sedih sampai dia ngga fokus disurat itu ada nama bidan irma.

"Ngapain dia bawa-bawa nama bidan irma, dasar cewek ngga tahu diri" celetuk ibu Martina.

Pak Rudi walaupun heran, tapi mulai meraba apa yang terjadi.

"mama kenal siapa irma" tanya pak Rudi penuh tekanan

"ya kenalll, kenapa emang"?

"Ohhh jadi mama yang sengaja memprovokasi Narita, supaya dia meninggalkan bari" ucap pak Rudi

"enggakkk, orang ngomong aja malas"

"Jangan sampai saya tahu mama penyebab Narita pergi, ingat itu ma, kamu itu juga wanita, Narita itu sudah tidak punya siapa-siapa" ucap pak Rudi tegas.

"Emang apa sih isi suratnya, coba mama lihat" ucapnya sambil mengambil kertas itu dari tangan pak Rudi.

Ibu Martina terlihat serius membaca surat itu, dahinya sampai beberapa kali berkerut.

"Dasar wanita miskin, masih sempat-sempatnya rampok uang bari"

"Mama, jaga bicaramu. siapa yang rampok, dia bawa semua tabungan bari juga ngga masalah, karena bari juga ngga masalah dan itu uang mereka bukan uang mama" ucap pak Rudi sudah marah

"Stop ngurusin rumah tangga bari, apa kamu belum puas lihat bari sengsara, kamu lihat ngga dia" tunjuk pak Rudi ke bari yang duduk di lantai masih diam menunduk sehabis menangis.

Bari memang ngga habis pikir dengan cara berpikir mamanya. Kemarin bari masih berpikir positif ketika mamanya mengajaknya untuk mengantar mamanya ke rumah sakit.

"Sekarang , bari sudah hancur, kamu belum puas juga" tanya pak Rudi marah

"sudahlah bar, ntar juga kamu terbiasa" ucap Bu Martina enteng

"mamaaaaa" teriak pak Rudi

"isi otakmu apa sih"

"Sudahlah bar, tidak usah perdulikan mamamu dulu, sekarang menurutmu kira-kira Narita pergi kemana ya, kamu ada kepikiran ga?" tanya pak Rudi yang di jawab gelengan oleh barita.

Mereka bertiga terdiam sejenak, sambil berpikir sepertinya.

"Bar, mungkin ngga dia ke rumah omnya"? tanya pak Rudi ngga yakin juga.

"Sepertinya tidak pa, dia ngga akan mengeluh ke mereka"

"Tapi kalau sudah mentok kadang orang sudah tidak perduli masa lalu bar"

"Saya ngga tahu pa, saya pusing" ucap bari berdiri .

"Biarin lah barinya tenang dulu pa, ntar juga terbiasa tanpa Narita" tetap mamanya belum perduli perasaan bari.

"iya mama benar pa," ucap bari akhirnya

"Nari lebih baik pergi dari rumah ini. kasihan dia pa, disini tidak mendapat perlindungan hanya siksaan. Tapi satu yang pasti ma, pa tidak ada irma atau siapa pun wanita lagi dalam hidupku. aku hanya akan terus mencari Narita, hanya dia."

"Kalau nanti aku menemukannya, aku akan membawanya pergi dan hidup mandiri. Dan ingat pa, ma, kalaupun kami tidak di percaya untuk punya anak, saya tidak akan pernah meninggalkan Narita" ucap bari penuh tekanan.

"Jadi ma, aku mohon, stop berusaha menjodohkan ku dengan berpura-pura sakit lah, banyak pikiranlah atau apa pun itu. Aku tahu sebenarnya yang mama lakukan dengan Tante Susan tapi aku ngga nyangka mama nekad sejauh ini"ucap bari ke mamanya tanpa menoleh, karena dia sangat kecewa sama mamanya.

"Tante Susan" tanya pak Rudi sambil menatap mereka berdua bergantian.

"Papa tanya aja mama" ucap bari duduk di sisi tempat tidurnya.

"mama, apa lagi yang mama lakukan"

"emang mama lakukan apa"?

"Bari, jawab papa, apa hubungannya dengan Tante Susan"? pak Rudi tahu bidan Susan teman istrinya.

"Bidan irma itu bidan praktek di rumah Tante Susan"

"terus"

"Waktu itu aku ingin makan mie goreng di jalan xx sama narita pa, karena kasian nari ngga pernah keluar, hanya di rumah terus"

"hmmmm"

"Tapi mama menghalanginya. Mama pura-pura sakit dan minta diantar ke rumah sakit"

"kenapa ngga telepon papa"

"kata mama kasian papa, sudah cape kerja"

"Hahhhh sejak kapan mama perduli papa cape kalau masalah sakit" cecar pak Rudi membuat ibu Martina hanya berani menunduk.

"terus bari"

"Di tengah jalan Tante Susan telepon mengatakan ada obat yang cocok untuk mama dan mama minta di antar ke rumah Tante Susan"

"teruskan"

"Di sanalah bari ketemu dengan bidan irma, tapi tidak bicara pa, karena bari tahu Tante Susan jodohin bidan irma ke bari, bari langsung tidak terima"

"setelah itu"

"Ngga pernah ketemu lagi pa"

Pak Rudi terlihat manggut-manggut, entah apa isi hatinya tapi yang pasti ada kemarahan terhadap istrinya, terlihat dari caranya memandang ibu Martina.

Hai semua

Dukung terus ya

Like, coment dan vote

Terimakasih

Terpopuler

Comments

Rahmayani Aprimanova

Rahmayani Aprimanova

nyesel kan kamu, syukurin

2023-05-03

0

Debrel Jusuf

Debrel Jusuf

tahu deh hamil

2023-01-18

0

Syakhira Dwi Rahmania

Syakhira Dwi Rahmania

aduh ntar bersatu lagi ngga ya

2023-01-10

0

lihat semua
Episodes
1 PROLOG
2 PART 1 KESEHARIAN
3 PART 2 SUDAH KUDUGA
4 PART 3 SARAN
5 PART 4 RENCANA MAMA
6 PART 5 CURHAT
7 PART 6 BIARKAN MENGALIR
8 PART 7 HARUS GIMANA
9 PART 8 MENGINAP
10 PART 9 TANPA BEBAN
11 PART 10 SITUASI YANG SAMA
12 PART 11 HAMIL
13 PART 12 DIFITNAH
14 PART 13 HARUS BEGINI
15 PART 14 PERGI
16 PART 15 TERSERAH KAMU
17 PART 16 TERNYATA
18 PART 17 KAMU DIMANA
19 PART 18 MENJADI DINGIN
20 PART 19 BENARKAH
21 PART 20 INI DOSAKU
22 PART 21 HARUS KEMANA
23 PART 22 KAMU KERJA KERAS
24 PART 23 AKU MELIHATMU
25 PART 24 CERITA
26 PART 25 MAAFKAN AKU
27 PART 26 BELUM INGIN KETEMU
28 PART 27 AKU DENGAR
29 PART 28 MENCAIR
30 PART 29 MAMA
31 PART 30 MARAH
32 PART 31 MESRA
33 PART 32 TIDUR BARENG
34 PART 33 BAHAGIAKU
35 PART 34 AKSI MAMA
36 PART 35 KALIAN SAMA
37 PART 36 MENCARI CARA
38 PART 37 PENDARAHAN
39 PART 38 AKU GAGAL
40 PART 39 INFORMASI
41 PART 40 INGIN KETEMU
42 PART 41 BAHAGIA
43 PART 42 SARAN RISMA
44 PART 43 PENDAPAT PAPA
45 PART 44 SESEORANG
46 PART 45 DOKTER EVA
47 PART 46 BERTEMU
48 PART 47 SALAH SANGKA
49 PART 48 MENGEJARMU
50 PART 49 HARUS BERGERAK
51 PART 50 MENDEKATI
52 PART 51 AKU NGGA BISA
53 PART 52 TERLANJUR
54 PART 53 TANTE MARLINA
55 PART 54 HARUS BERTINDAK
56 PART 55 TERJADI JUGA
57 PART 56 KHAWATIR
58 PART 57 HANCUR
59 PART 58 ULAH MAMA
60 PART 59 LEMAH
61 PART 60 TAKUT
62 PART 61 HARUS GIMANA
63 PART 62 LEBIH HANCUR
64 PART 63 BINGUNG
65 PART 64 SEKUTU
66 PART 65 SANGAT HANCUR
67 PART 66 MASIH DI SINI
68 PART 67 RENCANA
69 PART 68 TUNJUKKAN
70 PART 69 TERSERAH
71 PART 70 PENGAKUAN
72 PART 71 JANGAN MENYERAH
73 PART 72 HARUS BICARA
74 PART 73 JALANI
75 PART 74 KEMBALI
76 PART 75 KEBAHAGIAAN
77 PART 76 MAMA
78 PART 77 AWAL LAGI
79 PART 78 MENGUKIR KENANGAN
80 PART 80 COBAAN LAGI
81 PART 80 KOK BEGINI
82 PART 81 KAMU BOHONG
83 PART 82 PERGI
84 PART 83 LEBIH HANCUR
85 PART 84 TERJADI LAGI
86 PART 85 3 TAHUN KEMUDIAN
87 PART 86 BARI
88 PART 87 MATI RASA
89 PART 88 AYO BANGKIT
90 PART 89 3 TAHUN BERIKUTNYA
91 PART 90 KAGET
92 Part 91 TERBONGKAR
93 PART 92 HARUS GIMANA
94 PART 93 PERTEMUAN
95 PART 94 KEHARUAN
96 PART 95 CURAHAN HATI
97 PART 96 SEPAKAT
98 PART 97 BAHAGIA
99 PART 98 KELUARGA
100 PART 99 BERSAMA KALIAN
101 PART 100 REUNI
102 PART 101 NASEHAT
103 PART 102 BAHAGIA
104 PART 103 NARITA
105 PART 104 CUCUKU
106 PART 105 BAGAS
107 PART 106 RENCANA
108 PART 107 PULANG
109 PART 108 GALAU
110 PART 109 BERANGKAT
111 PART 110 BERENCANA
112 PART 111 AKU DATANG
113 PART 112 KEJUTAN
114 PART 113 AKU PINDAH
115 PART 114 NIATKU
116 PART 115 KE RUMAH IDA
117 PART 116 BELI RUMAH
118 PART 117 SAH
119 PART 118 BULAN MADU
120 PART 119 MALU
121 PART 120 MUNTAH
122 PART 121 POSITIF
123 PART 122 BAHAGIAKU
124 PART 123 KUSIMPAN DULU
125 PART 124 KE JAKARTA
126 PART 125 PAPA KANGEN
127 PART 126 BERJUANGLAH
128 PART 127 SALING MENDOAKAN
129 PART 128 MAU MELAHIRKAN
130 PART 129 MENGURUSMU
131 PART 130 SEDIKIT FLASHBACK
132 PART 131 RENCANA PULANG
133 PART 132 BICARA
134 PART 133 PULANG
135 PART 134 MENANGIS
136 PART 135 MENCAIR
137 PART 136 RUMAH
138 PART 137 KE MAKAM
139 PART 138 SANTAI
140 PART 139 SEBELUM PULANG
141 PART 140 JIKA BOLEH
142 PART 141 KEMBALI
143 PART 142 EVA LAGI
144 PART 143 BODOH
145 PART 144 TERUNGKAP
146 PART 145 JANGAN DEKAT
147 PART 146 TERUNGKAP
148 PART 147 PENYESALAN SEORANG SUAMI
149 PART 148 ENDING
Episodes

Updated 149 Episodes

1
PROLOG
2
PART 1 KESEHARIAN
3
PART 2 SUDAH KUDUGA
4
PART 3 SARAN
5
PART 4 RENCANA MAMA
6
PART 5 CURHAT
7
PART 6 BIARKAN MENGALIR
8
PART 7 HARUS GIMANA
9
PART 8 MENGINAP
10
PART 9 TANPA BEBAN
11
PART 10 SITUASI YANG SAMA
12
PART 11 HAMIL
13
PART 12 DIFITNAH
14
PART 13 HARUS BEGINI
15
PART 14 PERGI
16
PART 15 TERSERAH KAMU
17
PART 16 TERNYATA
18
PART 17 KAMU DIMANA
19
PART 18 MENJADI DINGIN
20
PART 19 BENARKAH
21
PART 20 INI DOSAKU
22
PART 21 HARUS KEMANA
23
PART 22 KAMU KERJA KERAS
24
PART 23 AKU MELIHATMU
25
PART 24 CERITA
26
PART 25 MAAFKAN AKU
27
PART 26 BELUM INGIN KETEMU
28
PART 27 AKU DENGAR
29
PART 28 MENCAIR
30
PART 29 MAMA
31
PART 30 MARAH
32
PART 31 MESRA
33
PART 32 TIDUR BARENG
34
PART 33 BAHAGIAKU
35
PART 34 AKSI MAMA
36
PART 35 KALIAN SAMA
37
PART 36 MENCARI CARA
38
PART 37 PENDARAHAN
39
PART 38 AKU GAGAL
40
PART 39 INFORMASI
41
PART 40 INGIN KETEMU
42
PART 41 BAHAGIA
43
PART 42 SARAN RISMA
44
PART 43 PENDAPAT PAPA
45
PART 44 SESEORANG
46
PART 45 DOKTER EVA
47
PART 46 BERTEMU
48
PART 47 SALAH SANGKA
49
PART 48 MENGEJARMU
50
PART 49 HARUS BERGERAK
51
PART 50 MENDEKATI
52
PART 51 AKU NGGA BISA
53
PART 52 TERLANJUR
54
PART 53 TANTE MARLINA
55
PART 54 HARUS BERTINDAK
56
PART 55 TERJADI JUGA
57
PART 56 KHAWATIR
58
PART 57 HANCUR
59
PART 58 ULAH MAMA
60
PART 59 LEMAH
61
PART 60 TAKUT
62
PART 61 HARUS GIMANA
63
PART 62 LEBIH HANCUR
64
PART 63 BINGUNG
65
PART 64 SEKUTU
66
PART 65 SANGAT HANCUR
67
PART 66 MASIH DI SINI
68
PART 67 RENCANA
69
PART 68 TUNJUKKAN
70
PART 69 TERSERAH
71
PART 70 PENGAKUAN
72
PART 71 JANGAN MENYERAH
73
PART 72 HARUS BICARA
74
PART 73 JALANI
75
PART 74 KEMBALI
76
PART 75 KEBAHAGIAAN
77
PART 76 MAMA
78
PART 77 AWAL LAGI
79
PART 78 MENGUKIR KENANGAN
80
PART 80 COBAAN LAGI
81
PART 80 KOK BEGINI
82
PART 81 KAMU BOHONG
83
PART 82 PERGI
84
PART 83 LEBIH HANCUR
85
PART 84 TERJADI LAGI
86
PART 85 3 TAHUN KEMUDIAN
87
PART 86 BARI
88
PART 87 MATI RASA
89
PART 88 AYO BANGKIT
90
PART 89 3 TAHUN BERIKUTNYA
91
PART 90 KAGET
92
Part 91 TERBONGKAR
93
PART 92 HARUS GIMANA
94
PART 93 PERTEMUAN
95
PART 94 KEHARUAN
96
PART 95 CURAHAN HATI
97
PART 96 SEPAKAT
98
PART 97 BAHAGIA
99
PART 98 KELUARGA
100
PART 99 BERSAMA KALIAN
101
PART 100 REUNI
102
PART 101 NASEHAT
103
PART 102 BAHAGIA
104
PART 103 NARITA
105
PART 104 CUCUKU
106
PART 105 BAGAS
107
PART 106 RENCANA
108
PART 107 PULANG
109
PART 108 GALAU
110
PART 109 BERANGKAT
111
PART 110 BERENCANA
112
PART 111 AKU DATANG
113
PART 112 KEJUTAN
114
PART 113 AKU PINDAH
115
PART 114 NIATKU
116
PART 115 KE RUMAH IDA
117
PART 116 BELI RUMAH
118
PART 117 SAH
119
PART 118 BULAN MADU
120
PART 119 MALU
121
PART 120 MUNTAH
122
PART 121 POSITIF
123
PART 122 BAHAGIAKU
124
PART 123 KUSIMPAN DULU
125
PART 124 KE JAKARTA
126
PART 125 PAPA KANGEN
127
PART 126 BERJUANGLAH
128
PART 127 SALING MENDOAKAN
129
PART 128 MAU MELAHIRKAN
130
PART 129 MENGURUSMU
131
PART 130 SEDIKIT FLASHBACK
132
PART 131 RENCANA PULANG
133
PART 132 BICARA
134
PART 133 PULANG
135
PART 134 MENANGIS
136
PART 135 MENCAIR
137
PART 136 RUMAH
138
PART 137 KE MAKAM
139
PART 138 SANTAI
140
PART 139 SEBELUM PULANG
141
PART 140 JIKA BOLEH
142
PART 141 KEMBALI
143
PART 142 EVA LAGI
144
PART 143 BODOH
145
PART 144 TERUNGKAP
146
PART 145 JANGAN DEKAT
147
PART 146 TERUNGKAP
148
PART 147 PENYESALAN SEORANG SUAMI
149
PART 148 ENDING

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!